Season kedua dari "Two Promises"
Musim panas telah berlalu, dan Minamoto Haruki akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Yoshimoto Sakura. Namun, perjalanan waktu Haruki untuk menyelamatkan kekasihnya baru saja dimulai.
Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang masa lalu mulai mengancam kebahagiaan mereka. Haruki harus menghadapi konflik internal keluarga Yoshimoto yang gelap, dan yang lebih mengerikan, rahasia besar yang selama ini disembunyikan Sakura mulai terungkap perlahan.
Akankah Haruki mampu mengungkap kebenaran dan mengubah takdir yang menanti? Atau, akankah usahanya sia-sia, membawa mereka pada akhir yang tragis seperti di masa lalu?
Saksikanlah perjuangan mereka dalam 'Two Promises 2"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Part 2) Ch. 25 - Malam Natal Yang Indah: Bagian 2
[24 Desember — 2015]
[•] Minimarket
*POV Sakura
Saat ini, aku dan Haruki-kun sedang berada di dalam minimarket untuk membeli jagung popcorn.
Aku dan Haruki-kun kini berada di depan rak yang penuh berisi jagung popcorn dengan berbagai rasa—dikemas ke dalam plastik zip.
Haruki-kun mengambil salah satu di antaranya—lalu menunjukkannya padaku.
"Bagaimana kalau kita beli yang ini, Sakura?"
Dengan suara yang lemas aku menjawab, "Yang mana pun boleh, Haruki-kun."
"Oh, begitu ya."
Haruki-kun kembali menaruh kemasan itu dan melihat kemasan dengan rasa yang lainnya di rak.
Kenapa aku harus melakukan ini sekarang?
Perasaan kesal dan tidak enak—menyebar luas di dalam hatiku.
"Mengapa ibu menyuruhku di saat-saat seperti ini?"
Tanpa aku sadari, suaraku keluar dengan sendirinya—dan Haruki-kun mendengarnya.
Haruki-kun menoleh dan bertanya, "Kamu bicara apa tadi, Sakura?"
"Ugh... bukan apa-apa kok, Haruki-kun."
"....."
Suasana menjadi hening seketika setelah itu—kemudian Haruki-kun menunjukkan padaku kemasan jagung popcorn dengan rasa karamel dan stroberi sambil bertanya.
"Mau rasa yang mana, Sakura?"
Aku mengangkat tanganku dan kemudian mengarahkan jari telunjuk-ku ke salah satu rasa yang Haruki-kun pilih.
"Kita ambil yang ini saja, Haruki-kun."
Aku memilih rasa stroberi dibandingkan rasa karamel yang Haruki-kun perlihatkan padaku.
Haruki-kun tersenyum atas pilihanku. "Baiklah Sakura. Kita ambil yang ini saja."
Haruki-kun menaruh kembali kemasan rasa karamel itu ke dalam rak dan mengambil banyak kemasan rasa stroberi dan menaruhnya di dalam keranjang yang kubawa.
"T-tunggu Haruki-kun. Bukannya itu terlalu banyak!?"
Haruki-kun berhenti menaruh kemasan rasa stroberi itu dan kemudian menatap ke arahku. Dia memandangiku selama beberapa saat.
Eh? kenapa Haruki-kun terus menerus memandangiku?
"Um... Haruki-kun?"
Sesaat setelah aku bertanya—Haruki-kun tersenyum tipis.
"Baiklah, jika itu yang kamu mau, Ojou-sama."
—Eh? O-Ojou-sama?
Setelah itu, Haruki-kun kembali meletakkan beberapa kemasan ke dalam rak dan meninggalkan 7 kemasan di dalam keranjang.
Setelah meletakkan kembali kemasan itu ke dalam rak—Haruki-kun memandangiku dengan wajah bingung.
"Kenapa kau menatapku dengan tatapan serius seperti itu, Ojou-sama?"
"Sebelum itu, bisakah kamu hentikan panggilan seperti itu, Haruki-kun?"
"B-baiklah, Ojou—Sakura."
* * *
[•] Perjalanan Pulang
Setelah itu, aku dan Haruki-kun, kami langsung berjalan pulang ke rumahku.
Seisi trotoar yang kami lewati malam ini—dipenuhi dengan pasangan yang sedang berkencan di malam natal ini.
Semua pasangan itu—mereka semua saling berpegangan tangan dengan erat.
Dan itu... membuatku merasa sangat iri.
Haruki-kun menoleh menatapku dengan bingung. "Sakura, kenapa wajahmu murung begitu?" tanyanya.
Sambil memainkan jariku aku berkata, "Nee, Haruki-kun... "
"Hm, ada apa Sakura?"
Katakanlah padanya, Yoshimoto Sakura! seperti biasanya.
"U-um... H-Haruki-kun. B-be-bergandengan t-tangan... "
Apa yang baru saja aku katakan padanya!!? kalau kamu katakan seperti itu, Haruki tidak akan mengerti maksudmu, Yoshimoto Sakura!!
Jawabanku membuat Haruki-kun menatapku dengan bingung dan melihat ke arah sekitar selama beberapa saat sebelum kembali menatapku.
Wajahku memerah saking malunya saat ditatap oleh Haruki-kun.
Aku menggenggam erat kedua tanganku—berharap meskipun kecil: Haruki-kun mengerti maksud dari perkataanku.
Aku menundukkan kepalaku—mengalihkan pandanganku dari wajahnya.
Tak lama kemudian—sebuah tangan muncul; tangan Haruki-kun.
Aku mengangkat kepalaku—melihat Haruki-kun tersenyum mengulurkan ke arahku. Tepat di depan mataku, Haruki-kun berkata.
"Kamu tadi mau bilang ingin bergandengan tangan sambil berjalan, kan, Sakura?—kamu kesulitan mengatakannya karena malu."
"—Eh?"
H-Haruki-kun mengerti?—ada apa ini?
Jantungku berdebar saking kencangnya karena sikap Haruki-kun.
Napasku tak teratur, wajahku merona—aku menggenggam erat kedua tanganku dan mata kami saling menatap.
Perlahan aku melepas genggaman kedua tanganku dan menerima uluran tangan itu—aku menggenggamnya dengan erat.
Dan kami pun melanjutkan perjalanan kembali menuju rumahku—sambil bergandengan tangan, kami hampir tak berbicara satu sama lain.
Malam natal pada hari itu... merupakan malam natal paling indah yang aku alami selama hidupku.
* * *
SEMENTARA ITU MAU DI RUMAH SAKURA...
Di rumah sakura, beberapa menit setelah Sakura dan Haruki pergi ke luar—Mai terlihat sedang mencari sesuatu di dalam kantung plastik belanjaan yang dia bawa.
Mai mencari 'sesuatu' itu selama beberapa menit dengan ekspresi panik terpampang jelas di wajahnya.
Hanya ada beberapa patah kata yang terus dia ucapkan berulang kali saat mencari.
"Di mana itu? di mana itu? apa jangan-jangan aku lupa membelinya?"
Cukup lama melihat Mai yang sedang mencari sesuatu itu—Megumi yang cemas pun menghampirinya dan bertanya.
"Kamu sedang mencari apa, Mai-chan?!"
Mai menoleh setelah Megumi bertanya—lalu menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lainnya.
"Bolehkah aku pergi ke luar sebentar, Megumi-chan, semuanya?—ada sesuatu yang lupa aku beli."
"Apa kamu mau pergi sendiri, Mai-chan?—atau aku temani saja?" tanya Megumi.
Mai menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Megumi-chan. Biar aku sendiri saja yang pergi," jawabnya.
"Baiklah kalau begitu, Mai-chan. Aku dan yang lainnya akan mempersiapkan semuanya sampai kamu datang nanti."
Mai mengangguk dan kemudian berdiri. "Kalau begitu... aku pergi ya, Megumi-chan!" ujarnya sebelum melangkah ke luar.
Megumi melambaikan tangan padanya sebelum Mai keluar dari pintu.
"Hati-hati di jalan, Mai-chan," ucapnya dalam hati.
Hana yang baru saja kembali dari dapur dengan tumpukan piring di kedua tangannya—memandangi Megumi dengan bingung.
"Apa yang tadi baru saja pergi ke luar adalah Mai-san, Megumi?" tanyanya.
"Benar, Hana."
SEMENTARA ITU MAI...
•Beberapa menit kemudian....
[•] Di depan minimarket
Mai baru saja keluar dari minimarket dengan membawa kantung plastik belanjaan—dengan beberapa batang cokelat di dalam kantung plastik itu.
Dan saat ini, dia sedang dalam perjalanan kembali ke rumah Sakura.
"Yosh! dengan begini lengkap sudah!" ucapnya sambil melihat isi kantung plastik tersebut.
"Yo! Mai-san!"
Seseorang memanggil namanya dari belakang—merasa familiar dengan suara itu, Mai menoleh ke belakang sesaat setelah mendengarnya.
"Amane-kun?! Kenapa kau ada di sini?!"
Orang yang memanggilnya adalah Amane Shinji, ketua kelas 3-A Hoshizora Kōkō, serta orang yang dia benci juga.
* * *
SEMENTARA ITU SAKURA DAN HARUKI...
[•] Di dekat taman
*POV Sakura
Saat ini, aku dan Haruki-kun sedang berjalan kembali ke rumahku—sambil bergandengan tangan.
Perasaan senang bergejolak di dalam hatiku, jantungku berdebar kencang, dan senyum yang tak dapat tertahankan ini—adalah rasa senang yang aku alami saat ini.
Haruki-kun, aku...
"Naa... Sakura!"
Dengan suara lembutnya, Haruki-kun memanggil namaku.
"Ada apa, Haruki-kun?"
"Maukah kamu beristirahat sebentar?—sebelum lanjut berjalan."
Istirahat. Kata itu berputar di dalam kepalaku setelah Haruki-kun mengatakannya.
Di dekat sini... kalau tidak salah, ada taman yang jaraknya tidak jauh.
Apa Haruki-kun mau aku beristirahat di sana sebentar?
"Istirahat... di mana, Haruki-kun?" tanyaku.
Haruki-kun menghentikan langkah kakinya sebelum menjawab pertanyaanku.
"Bagaimana kalau kita istirahat di taman yang berada di dekat sini, Sakura?—sambil mengobrol sedikit di sana."
Aku tersenyum tipis. "Aku setuju, Haruki-kun."
Setelah itu, aku dan Haruki-kun, kami berjalan bersama menuju taman itu.
Nee, Haruki-kun... apakah harus aku katakan padamu di sana?—rahasiaku.
Bersambung....