Dua orang sahabat dekat. Letnan satu Raden Erlangga Sabda Langit terpaksa harus menjadi presiden dalam usia muda karena sang ayah yang merupakan presiden sebelumnya, tutup usia. Rakyat mulai resah sebab presiden belum memiliki pasangan hidup.
Disisi lain presiden muda tetap ingin mengabdi pada bangsa dan negara. Sebab desakan para pejabat negara, ia harus mencari pendamping. Sahabat dekatnya pun sampai harus terkena imbas permasalahan hingga menjadi ajudan resmi utama kepresidenan.
Nasib seorang ajudan pun tak kalah miris. Letnan dua Ningrat Lugas Musadiq pun di tuntut memiliki pendamping disaat dirinya dan sang presiden masih ingin menikmati masa muda, apalagi kedua perwira muda memang begitu terkenal akan banyak hitam dan putih nya.
Harap perhatian, sebagian besar cerita keluar dari kenyataan. Harap bijaksana dalam membaca. SKIP bagi yang tidak tahan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Danton kocar-kacir.
Setelah beberapa saat, akhirnya Bang Lugas bersedia menggendong bayinya dan mulai mengadzaninya. Setelah itu, Bang Lugas membawa bayinya bertemu dengan Nadine. Bayi kecilnya menggeliat seakan mengerti ibunya dudah tidak ada lagi. Bang Lugas pun serasa lemah tak berdaya. Bukan karena rasanya untuk Nadine, tapi lebih kepada takdir yang harus ia jalani selanjutnya.
"Tidurlah, Nadine. Saya akan menjaga anak kita..!!" Ucap Bang Lugas.
***
Suasana pemakaman Nadine begitu pilu. Hujan rintik-rintik seakan ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Bang Lugas berdiri di sisi pusara, tatapannya kosong. Dena, dengan perut buncitnya yang sudah memasuki bulan kedelapan, berdiri di sampingnya, menggenggam erat tangannya. Bayi kecil Bang Lugas bersama Nadine sudah menunggu di mobil, dalam gendongan Anne.
"Kembali sekarang, Kang?" Tanya Bang Erlang.
Bang Lugas mengangguk sebab ia juga memikirkan kandungan Dena.
"Mana kunci mobilnya, saya yang nyetir" Kata Bang Decky mengambilnya dari tangan Bang Erlang.
***
Setelah prosesi pemakaman selesai, mulai detik itu juga Dena dengan sabar merawat bayi Bang Lugas. Ia memberinya susu, mengganti popok, dan menimangnya dengan penuh kasih sayang. Bang Lugas hanya bisa memandangi Dena dengan rasa bersalah yang tak terhingga. Bukannya tidak ingin membantu tapi bayinya lebih tenang bersama Dena.
Bang Lugas menyadari, Dena sedang mengandung anaknya dan seharusnya ia fokus pada kehamilannya sendiri. Namun, Dena justru merawat bayi Nadine dengan begitu tulus.
"Istirahat lah dulu, sayang..!! Biar Abang yang jaga." Kata Bang Lugas tidak tega.
"Sedikit lagi, Bang. Kalau Bang R bangun, Abang malah jadi begadang." Jawab Dena.
"Nggak apa-apa. Abang sudah biasa begadang. Kamu yang seharusnya banyak istirahat, Abang tau kamu kecapekan. Sabar ya.. Abang sudah tanya info assisten, biar bisa bantu kamu jaga Bang R."
Belum juga mulut Bang Lugas tertutup, tubuh Dena sudah limbung.
"Allahu Akbar, apa Abang bilang..!!!!! Kamu sudah kecapekan, dek." Secepatnya Bang Lugas mengambil Bang R dari tangan Dena kemudian menidurkannya pada box bayi dan kembali pada Dena.
Melihat Dena yang sudah memucat, Bang Lugas segera mengangkat Dena dan membawanya ke atas tempat tidur. Bang Lugas baru menyadari ternyata Dena sedang demam tinggi. Bang Lugas pun kalang kabut di buatnya. Ia menyambar ponselnya dan menghubungi Bang Erlang.
"Yo, Kang. Piye???" Respon cepat Bang Erlang di seberang sana.
"Doktermu ada yang standby?? Dena demam."
:
Bang Lugas mengurut keningnya. Nampak jelas wajah cemas penuh sesal. Ia pun terus mengusap perut Dena dengan sayang.
"Hamil besar begini pasti capek-capeknya, Gas. Sabar ya, ini saya juga lagi cari info assisten." Kata Bang Decky.
Sejenak dalam situasi pening, Nindy meraih ujung pakaian Bang Erlang. "Bang... Ini lantainya....... Basah."
Bang Erlang melihat lantai yang di tunjuk Nindy. Seketika dokter ikut panik.
"Itu ketuban, Pak."
Bukan main ributnya malam itu, Bang Decky yang awalnya tenang sampai ikut terbawa suasana. "Kok iso bocor????"
"Sebentar ya, Bang. Anne mules." Pamit Anne.
"Eehh.. Mau lahiran juga kamu, dek????" Serunya membuat wajah Bang Decky seketika waspada.
"Duuhhh.. Anne kebanyakan sambal. Abang jangan ikutin Anne terus donk." Protes Anne kemudian berjalan cepat pulang ke rumahnya sendiri yang hanya bersebelahan dengan Bang Lugas dan menuju kamar mandi.
"Abang ikut." Kata Bang Decky.
Anne pun merasa risih dan mendorong Bang Decky keluar dari kamar mandi. "Baaaang, Anne malu."
"Buat apa malu???? Pokoknya Abang ikut, jangan sampai anak Abang brojol di kamar mandi." Jawab Bang Decky.
"Abang nggak usah berlebihan. Cepat keluar, Anne sakit peeruuutt..!!!" Omel Anne.
Bang Decky pun kalah, ia menunggu di luar kamar mandi sembari mondar-mandir karena cemas karena tragedi kedua sahabatnya.
"Dek..!!!!!! Sudah apa belum???" Tanya Bang Decky sambil mengetuk pintu.
"Duuhhh.. Abaaaang, jangan mengganggu kenikmatan." Tak hentinya Anne mengomel karena suara ketukan pintu tidak juga berhenti.
"Buka lah dek, Abang takut ada kebocoran juga seperti Nindy. Coba Abang cek dulu..!!!" Kata Bang Decky.
Terdengar suara air mengalir, tapi kemudian suara Anne mengagetkan Bang Decky.
"Aawwhh.. Aduuuuuhh.."
"Dek.. Ada apa, dek??? Buka pintunya sayang..!!!!! Abang dobrak nih ya..!!!" Bang Decky pun sudah bersiap menendang pintunya. "Jauh-jauh, sayang..!!!!"
Kaki Bang Decky menendang bersamaan dengan pintu yang terbuka, siapa sangka Anne tertendang kaki Bang Decky, nasib baik Bang Decky bisa meraih tubuh Anne dan bisa menahannya hingga dirinya sendiri yang jatuh dan terhantar lantai.
"Aaaaarrgghhhh.. Abaaaang.. Sakiiiiitt..!!!!!!" Rintihan Anne menambah kepanikan Bang Decky.
:
Siapa sangka malam itu tiga ambulans harus berpacu cepat menuju rumah sakit membuat Danyon stress berat memikirkan para Dantonnya.
Di rumah sakit, Dena masih di beri perawatan intensif untuk mempertahankan kandungannya sedangkan Nindy sedang menjalani proses persalinan.
Semua berasa tahap tenang namun teriakan Anne membuat kalang kabut di sepanjang koridor rumah sakit terutama Bang Decky. Suami Anne itu berkali-kali tersandung karena Anne terus menjambaknya.
"Sabar, Neng.. Sabaaaarrrr.. Isi kepala Abang bisa kopyor nih, Abang bisa gegar otak." Ujar Bang Decky ikut berlari mengikuti brankar masuk ruang tindakan UGD.
.
.
.
.
,
💪💪