Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 Menagih hutang
Pagi itu langit masih berwarna kelabu pucat ketika sebuah sedan hitam berhenti mulus di depan gedung tinggi berlapis kaca.
Logo Vanguard Security terpampang gagah di dinding marmer hitam di samping pintu masuk — seekor naga perak yang melingkar, melambangkan kekuatan dan kewaspadaan.
Meski dari luar gedung tampak megah, suasana di dalam tidak seramai perusahaan besar pada umumnya; lobi yang luas terasa sepi, hanya beberapa resepsionis yang terlihat sibuk dengan komputer mereka.
Pintu mobil dibuka oleh sopir. Liu Yuxin turun lebih dulu, mengenakan setelan kerja rapi berwarna abu-abu muda. Wajahnya terlihat lelah meski tetap anggun, rambutnya ditata rapi namun ada lingkaran samar di bawah mata. Ia sempat menarik napas panjang sebelum menoleh pada pria di belakangnya.
Zhiyuan turun menyusul, mengenakan kemeja sederhana dan jaket tipis. Sorot matanya tenang namun penuh rasa ingin tahu, meneliti gedung perusahaan milik istrinya itu.
Sebelum melangkah masuk, Liu Yuxin sempat memberinya tatapan peringatan.
“Tunggu di lobi, anggap saja dirimu sebuah patung, jangan melakukan apapun dan jangan bicara dengan siapapun. Jam enam nanti aku pulang kerja, lalu kita makan malam.”
Nada suaranya terdengar tegas, tapi juga letih. Ada banyak beban di pundaknya.
Setelah berkata begitu, ia berbalik dan melangkah cepat dengan hak tingginya, masuk ke lift yang menunggu.
Zhiyuan menatap punggung istrinya sampai pintu lift tertutup. Dia menghela napas ringan, tersenyum samar. “Patung, ya…” gumamnya.
Alih-alih duduk diam di lobi seperti yang diperintahkan, langkahnya justru bergerak mantap menyusuri koridor dalam gedung. Ia sudah memutuskan: jika ingin memahami dunia istrinya, ia harus melihat sendiri dari dalam.
Beberapa anak tangga kemudian, ia sampai di lantai yang sunyi — departemen keuangan.
Ruangan luas itu terasa kosong dan suram, banyak meja tak berpenghuni. Tumpukan dokumen berserakan, beberapa komputer bahkan mati. Tak heran, Vanguard Security sedang berada di ambang krisis; banyak karyawan memilih hengkang sebelum kapal tenggelam.
Hanya ada satu orang yang masih bekerja di sana — seorang wanita muda dengan rambut dikuncir rapi, kacamata tipis bertengger di wajahnya. Ia sedang menatap layar komputer penuh grafik merah dan angka yang jatuh.
Begitu melihat kedatangan Zhiyuan, ia langsung menunduk sopan karena tahu jika pria itu adalah suami bosnya.
"Aku ingin mendengar semua yang terjadi pada perusahaan ini dari sisimu," ucap Zhiyuan tanpa basa-basi.
Wanita itu, Zhou Ziyi, awalnya tampak ragu, namun kemudian dia menceritakan semua masalahnya.
Perusahaan mereka sebenarnya tidak memiliki hutang. Justru sebaliknya, ada uang pinjaman sebesar 3 juta yuan yang masih macet sejak tahun lalu.
Uang itu dipinjam oleh sepupu Liu Yuxin, Liu Dong, untuk perusahaan barunya. Surat promes jatuh tempo awal tahun ini, tapi sampai sekarang belum dibayar.
Vanguard Security bahkan sudah berulang kali menagih dengan bantuan orang lain, tapi tetap saja gagal.
Akhirnya Liu Yuxin mengumumkan, siapa pun yang bisa mengembalikan uang itu akan mendapat komisi 10%. Sepuluh persen dari 3 juta berarti 300 ribu.
Bagi Zhiyuan yang baru keluar penjara dan butuh uang, ini adalah kesempatan emas. Ia bisa dapat uang sekaligus membantu perusahaan Liu Yuxin bernapas lagi.
Dua keuntungan dalam sekali jalan.
Meskipun yang berutang itu cucu kesayangan Liu Tiehshan, kepala Keluarga Utama Liu, tetap saja hutang harus dibayar.
Begitu mendapat alamat perusahaan Liu Dong dari Zhou Ziyi, ia langsung meluncur ke sana.
Sesampainya disana, Zhiyuan hendak langsung menemui Liu Dong di kantornya, namun sayangnya pria itu tidak ada di tempatnya.
Dari salah satu karyawan, Zhiyuan mendapat informasi jika setiap malam Liu Dong selalu menghamburkan uangnya di pusat hiburan Starlight Club, khususnya kamar pribadi nomor 888.
Kebetulan sekarang sudah hampir pukul enam sore. Zhiyuan memutuskan untuk langsung menuju Starlight Club.
Ponselnya sudah mati, jadi ia tak sempat memberi tahu Liu Yuxin.
Malam turun, lampu-lampu gemerlap Starlight Club menyala merah-hijau. Mobil-mobil mewah berdatangan silih berganti.
Zhiyuan berdiri agak jauh dari pintu masuk, menunggu. Hampir tiga jam kemudian, Liu Dong akhirnya muncul.
Ia tidak langsung bergerak, melainkan mengikuti kerumunan geng Liu Dong masuk hingga tiba di kamar 888.
Saat Liu Dong baru mulai duduk untuk minum, ia terkejut melihat Zhiyuan yang tiba-tiba memasuki kamarnya.
“Yo, bukankah ini saudara ipar sampahku?” Liu Dong mencibir sambil mengangkat gelas. “Kudengar kau baru keluar penjara. Selamat ya. Eh, tapi kenapa kau ada di sini? Takut aku membuat masalah lalu kau harus masuk penjara lagi untuk menggantikanku lagi?”
Zhiyuan menyilangkan tangan, menatapnya dengan dingin. “Tidak, siapa yang peduli dengan itu. Aku kesini hanya untuk menagih utang.”
"Hutang?" Liu Dong berpikir sejenak sebelum menyeringai lebar. “Ahh... yang kau maksud tiga juta itu? Hahaha… Zhiyuan, kau benar-benar konyol. Apa menurutmu sampah sepertimu pantas menagih uang dariku?”
Wajah Liu Dong penuh ejekan, sama sekali tidak menaruh Zhiyuan di matanya. Namun Zhiyuan tidak banyak bicara. Ia maju selangkah dan langsung mendorong Liu Dong ke atas meja.
BRAK!
Guncangan keras membuat gelas-gelas anggur berjatuhan hingga isinya tumpah ruah ke lantai.
“Tiga juta, tidak kurang satu sen pun. Kalau tidak, ucapkan selamat tinggal pada kakimu."
Semua orang di ruangan, termasuk Liu Dong, terkejut oleh keberanian Zhiyuan.
Meski begitu, Liu Dong dengan cepat menenangkan diri. “Hah! Anjing tidak berguna berani menagih uang dariku? Bahkan berani mengancamku, huh?”
BANG!
Botol bir di tangan Zhiyuan menghantam kepala Liu Dong tanpa ragu. Pecahannya berhamburan, semua orang menjerit histeris, namun Zhiyuan sama sekali tidak bergeming.
“Segera transfer tiga juta itu ke Vanguard Security. Kalau tidak, akan kupatahkan kakimu sekarang juga.”
Sakit yang menusuk kepalanya membuat wajah Liu Dong pucat. Ia benar-benar ketakutan ketika menyadari jika pria di hadapannya ini sedang tidak main-main.
'Apa dia benar-benar Zhiyuan yang dulu dikenal sebagai sampah? Kenapa dia sekarang sangat berbeda?' batinnya.
“Kakak ipar… aku, aku bayar sekarang juga. Kumohon jangan… jangan patahkan kakiku.” Dengan tangan gemetar, Liu Dong merogoh ponselnya dan mentransfer tiga juta ke rekening perusahaan Liu Yuxin, tepat di depan mata Zhiyuan.
Setelah melihat transaksi berhasil, senyum miring muncul di bibirnya. "Bagus, lain kali kau harus bersikap sopan pada kakak iparmu."
Zhiyuan berbalik dan keluar dari kamar 888 tanpa menoleh.
Liu Dong yang kepalanya berdarah masih duduk terpaku, hatinya penuh ketakutan sekaligus amarah.
“Bajingan itu... berani mempermalukanku… apa dia pikir aku akan mengabaikan ini begitu saja?"
Semakin dipikirkan, semakin geram. Tapi rasa takut masih membekas dalam-dalam.
"Sialan itu, kenapa dia begitu berani! Aku mungkin tidak bisa melawannya… tapi masih ada orang lain yang bisa. Aku akan lapor pada Kakek!”
Dengan hati penuh dendam, Liu Dong memutuskan untuk pulang dan mengadu pada Liu Tiehshan seperti anak kecil yang kehilangan permennya.
...
Keluar dari Starlight Club, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Zhiyuan berjalan sendirian dengan niat untuk pulang. Saat melewati persimpangan, sebuah mobil Audi berwarna hitam melintas di depannya.
Karena jalanan padat dan ada lampu merah, mobil itu tidak melaju kencang. Sekilas Zhiyuan melihat ke dalam—dan matanya langsung menyipit.
Di kursi penumpang, terlihat dengan jelas Liu Zhiya tertidur disana. Di sampingnya duduk seorang pria yang menyeringai cabul, tangannya meraba tubuh Liu Zhiya tanpa sungkan.
"Hah? Aku kira Liu Zhiya tidak punya pacar. Lalu siapa pria itu?"
Sekilas saja sudah jelas: Liu Zhiya dalam bahaya.
Meski Liu Zhiya sering mengejek dan merendahkannya di rumah, bagaimanapun juga dia masih adik Liu Yuxin.
Tanpa pikir panjang, Zhiyuan menghentikan sebuah taksi dan meminta supirnya mengikuti Audi hitam itu.