NovelToon NovelToon
Si PHYSICAL TOUCH

Si PHYSICAL TOUCH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Harem
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: gadisin

Edam Bhalendra mempunyai misi— menaklukkan pacar kecil yang di paksa menjadi pacarnya.

"Saya juga ingin menyentuh, Merzi." Katanya kala nona kecil yang menjadi kekasihnya terus menciumi lehernya.

"Ebha tahu jika Merzi tidak suka di sentuh." - Marjeta Ziti Oldrich si punya love language, yaitu : PHYSICAL TOUCH.

Dan itulah misi Ebha, sapaan semua orang padanya.

Misi menggenggam, mengelus, mencium, dan apapun itu yang berhubungan dengan keinginan menyentuh Merzi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gadisin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bodyguard Tembok China

Sembari menunggu kegiatan belajar mengajar alias KBM, Merzi mengeluarkan pekerjaan rumah yang sudah diselesaikannya semalam.

“Merzi! Merzi!”

Sedang asik mencoret sesuatu di bukunya gadis itu dikejutkan oleh kedatangan Sonya yang berteriak heboh memanggil namanya. Karena melihat wajah Sonya yang panik Merzi pun ikutan panik melihat temannya itu.

“Iya. Kenapa, Nya? Kamu bikin aku kaget saja tahu.” Ujar Merzi refleks berdiri menatap Sonya.

“Mer…. Itu. Di luar. Huh … huh ….”

Kening Merzi berkerut heran tapi dia mengusap punggung Sonya guna mengurangi ngos-ngosan temannya itu. Dia juga mengikuti arah telunjuk Sonya ke luar.

“Di luar kenapa?”

Sonya menegakkan tubuhnya lalu melempar tasnya  ke meja. Gadis tembam itu memegang kedua bahu Merzi dan berkata, “bodyguard kamu yang biasanya mana? Itu bukannya laki-laki yang dulu jagain kamu pas SMP? R-Robin?”

Raut wajah Merzi berubah masam. Oh, karena itu Sonya sampai rela berlari lalu meneriaki dirinya. Karena Robin?

Ugh, dia sangat kesal karena pasti saja salah satu temannya ada yang menyukai bodyguard-nya. Padahal mereka tahu bahwa beberapa laki-laki yang menjaga Merzi sudah menikah. Hanya Ebha dan bodyguard-nya ketika sekolah dasar saja yang lajang.

Tapi biarpun mereka tahu bodyguard-bodygurad-nya sudah menikah dan memiliki anak, gadis-gadis pubertas itu akan mengelak dengan mengatakan: “Karena keren, Mer, makanya aku kagum.” Atau, “jadi penggemar rahasia, Merzi. Lagian pengawalmu kenapa tampan-tampan sekali?” Ujung-ujungnya malah dia yang disalahkan.

Bahkan ada yang lebih gila dengan mengatakan, “ah, bisa tidak aku bereinkarnasi menjadi istrinya? Kenapa aku tidak lahir dua puluh tahun yang lalu, Tuhan?” Ini posisinya Merzi baru duduk di bangku kelas satu SMP.

Gila memang. Merzi hanya mampu menggelengkan kepala mendengar celotehan teman-temannya itu. Ayahnya pun pasti tak pernah salah memilih bodyguard untuknya. Biarpun berumur tapi mereka masih sangat kekar dengan tampang sangar.

“Hah? Oh. Iya.” Balas Merzi tak bersemangat lebih ke malas. Dia memilih menjauh lalu kembali duduk di bangkunya.

Sonya meneguk air dari botolnya yang diambil dari tasnya. Untung tidak jatuh atau tumpah minumnya itu. Lalu perempuan itu juga duduk disamping Merzi.

Bangkunya dia geser merapat pada Merzi, mengintip sedikit apa yang di kerjakan temannya tapi memilih abai karena tidak berminat.

“Berapa lama, Mer?” Tanyanya sedikit berbisik.

Tanpa melihat temannya, Merzi balik bertanya, “apanya?”

“Itu loh, Merzi-“ Sonya semakin merapatkan tubuhnya pada Merzi, “Robin. Berapa lama kerjanya? Lama tidak?”

Dalam hati Merzi tertawa geli. Apa coba maksudnya Sonya pakai segala berbisik padanya? Padahal tadi dia heboh sekali dan Merzi yakin teman kelasnya pasti mendengar ucapan Sonya sebelumnya.

Tapi dia tetap menampilkan raut datar. Mimik yang biasa dia tampilkan ketika temannya ada yang bertanya atau membicarakan tentang para bodyguard-nya. “Tidak tahu.” Jawabnya cuek.

“Ah, Merzi …. Ayolah …, tidak boleh pelit tahu pada teman sendiri.” Sonya menggoyangkan pelan lengan Merzi. Sonya tahu bahwa Merzi memang tak suka di tanya-tanya soal pengawalnya, tapi dia sungguh tertarik pada Robin sejak pertama kali melihat laki-laki kekar itu. Keduanya memang berteman sejak bangku SMP dan kembali bertemu di SMA dan masih sekelas.

Merzi mengerang dan berdepatan dengan itu guru mereka masuk.

“Good morning, Students!"

“GOOD MORNING, MISS!” Balas siswa-siswi itu serentak.

Saat itulah senyum Merzi mengembang. Dia menoleh pada Sonya dengan seringai kecil. “Miss Zara.” Katanya sambil menaik-turunkan alisnya.

Sonya cemberut dan menarik bangkunya menjauh dari Merzi. “Kau ini!” Gerutunya.

**************

“Nona Merzi.”

“Ya Tuhan!” Merzi berjingkat kaget seraya mengelus dadanya lalu melirik sang pelaku. Robin. Wajahnya kesal pada lelaki itu. “Ck, bikin kaget saja.”

“Maaf, Nona.”

Merzi bergumam kembali melanjutkan tugasnya. Sekarang jam istirahat tapi dia masih sibuk mengerjakan tugas dari gurunya. Sedikit lagi. Tanggung. Makanya akan dia tuntaskan sebentar. Pikirnya.

Dia sendirian di kelas. Sonya pergi bersama rombongan Lulu dan dia menitip cemilan pada temannya itu.

“Anda tidak pergi ke kantin, Nona Merzi? Sudah jam istirahat.”

Suara bariton Robin kembali membuat Merzi terkejut kecil. Gadis itu memejam, meremat pena yang dipegangnya lalu membuka mata menatap Robin yang berdiri di depan kelas.

“Tidak. Keluarlah.” Ketusnya sambil menggerakkan penanya mengusir Robin. “Mengganggu saja.” Gerutunya.

Robin mengangguk. “Baiklah, Nona. Saya di luar jika nona membutuhkan sesuatu.”

“Hm.”

Lalu Robin keluar setelah membungkuk singkat. Di luar paman Finn juga ada disana.

“Nona tidak istirahat?” Tanya paman Finn.

“Tidak.”

Paman Finn mengangguk paham. “Apa nona tidak meminta sesuatu?”

“Tidak, Finn. Dia tidak ingin di ganggu. Mungkin menitip pada temannya.”

Lagi-lagi paman Finn mengangguk. Robin adalah tipe orang malas bicara. Jika tidak bekerja pada keluarga Oldrich mungkin seumur hidup dia akan selalu berkata satu dua kata saja. Ya dan tidak.

Tapi karena tuntutan apalagi menjadi bodyguard dari gadis kecil ceria seperti Merzi mau tak mau membuatnya banyak mengucapkan kosa kata.

Dua laki-laki bertubuh kekar itu berjaga didepan kelas. Keduanya tampak seperti sekuriti bank tapi bedanya mereka tidak ramah dan tidak suka menyapa. Berdiri kaku layaknya penjaga kerajaan. Mungkin beberapa orang ragu bahwa mereka manusia atau manekin berwajah seram namun menawan.

“Dua minggu.”

Robin melirik sekilas pada paman Finn lalu kembali menatap lurus.

“Hanya dua minggu, Rob. Setelah itu kau bisa kembali seperti patung.”

Robin mengendus kesal karena tahu maksud ucapan paman Finn. Mengejeknya.

Sedangkan paman Finn terkekeh sedetik lalu kembali bertampang datar apalagi ketika mendengar suara kaki ada lorong panjang kelas. Yakin itu adalah teman-teman dari kelas Merzi. Dan semakin terbukti ketika salah satu dari gadis-gadis itu menyapa mereka.

“Eh, paman Finn, bukan? Ini paman Finn, kan?”

Paman Finn menoleh pada gadis dengan rambut kemerahan itu. Dia tahu gadis itu tapi cukup malas untuk menanggapi lebih jauh.

“Benar, Nona Lulu. Finn dan Robin.” Jawab bodyguard Lulu kemudian setelah sadar nona mudanya memberungut kesal karena diabaikan.

Lulu menoleh pada bodyguard-nya. “Iya. Robin.” Seru Lulu lagi sambil menjentik jarinya. Dia menoleh pada Sonya yang berdiri disampingnya dan menyenggol sedikit lengan gadis itu seakan mengirim kode.

Wajah Sonya merona lalu menunduk. “Aku duluan, Lu.” Beri tahunya seraya berlalu.

“Eh, tidak ingin menyapa Robin, Nya?”

Sonya mempercepat langkahnya mendengar godaan Lulu. Ketika melewati Robin dia memang sempat berhenti dua detik untuk melihat lelaki tembok itu lalu berlari masuk ke dalam kelas.

Lulu dan dua teman lainnya tergelak melihat tingkah malu-malu Sonya. Dulunya juga Lulu, Sonya, dan Merzi satu sekolah. Tapi tidak sekelas dengan Sonya dan Lulu. Dia hanya sempat sekelas dengan Wilson dan itu di  bangku terakhir SMP.

“Kemana pengawal Merzi yang biasanya, Paman?” Tanya Lulu lagi.

“Ada, Nona.” Jawab paman Finn singkat.

Lulu memutar malas bola matanya. “Iya ada. Maksud aku dimana? Apa tidak bekerja menjadi pengawal Merzi lagi?”

“Anda bisa bertanya langsung pada nona Merzi, Nona Lulu.”

“Apa-“

“Waktu istirahat akan berakhir jika kamu terus bertanya. Nona Luluchia Kinsky.” Potong Robin tanpa mengalihkan perhatiannya ke depan.

Lulu melotot mendengar suara Robin. Apalagi namanya disebut dengan lengkap. Tapi dari ucapannya ada nada tak sopan. Sebagai gadis dengan tata krama tinggi, Robin sudah bersikap lancang.

Bodyguard Lulu segera menjadi penengah ketika nona muda tempramen-nya berniat maju. Mungkin ingin melabrak si kulkas Robin.

“Saya akan mengurusnya, Nona. Tak perlu khawatir.”

Untung Lulu menurut dan berlalu dari ketiga bodyguard itu. Kedua temannya juga menjadi tameng jika-jika Lulu berubah haluan dan malah menerjang Robin.

Gadis itu memang susah di tebak.

1
_senpai_kim
Gemes banget, deh!
Diana
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
ASH
Saya merasa seperti telah menjalani petualangan sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!