Tidak terbayang kehidupan Elina yang tadinya biasa-biasa saja berubah dalam sekejap mata. Hari dimana ia mendapatkan kabar dari sang kekasih berselingkuh dan berhubungan intim dengan kekasih gelapnya.
Detik itu juga Elina bersumpah perasaan dan juga cintanya ia akan kubur sedalam dalamnya. Baik itu mantan pacarnya atau pria lain semuanya sama brengsek dimata gadis itu.
Namun naasnya malam itu saat ia bertemu dengan pria bernama Damian Aditama Sanjaya janji itu ia ingkari sendiri. Karena insiden itu seorang anak lahir ke dunia.
Bagaimanakah kelanjutan hidup Elina selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimMy75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25 Merawat
"El! Ini gimana tuh orang malah pingsan," keluh Karina melihat Damian terkapar tak sadarkan diri di sofa.
Gadis itu tampak menggaruk kepala yang tidak gatal dan bergerutu kesal.
"Nggak tahu ah! Aku pusing nih," gerutunya.
Sejam lalu Elina ising memastikan kalau benar Damian masih ada disana dan ternyata dugaannya tidak salah pria keras kepala itu menunggu sampai kehujanan didepan kos-kosannya itu. Awalnya dia tak berniat membantu Damian karena ia tak boleh luluh lagi.
Namun, hati gadis itu tergerak untuk menolong pria tersebut karena melihatnya terbaring diatas aspal. Akhirnya Elina membawa Damian masuk dan membaringkan tubuhnya ke atas sofa. Sekarang ia tak tahu harus melakukan apa dikarenakan Damian pingsan dan suhu tubuhnya naik drastis. Ini pasti pengaruh dari kehujanan makanya Damian demam.
"Solusi yang tepat ya… cuma kamu harus rawat dia Elina," saran tiba-tiba Karina berhasil mengagetkan sang sahabat.
"Kok aku sih nggak mau ah!" tolak Elina cepat, malas banget dia harus merawat pria yang paling dia benci seumur hidupnya.
"Harus karna kamu juga kan ist-" ucapnya terpotong kala mendapat tatapan kesal dari gadis itu.
"Yasudah keluar kan saja dia kamu kan tega liat dia kedinginan begitu," sambung Karina memancing Elina agar gadis itu mau merawat Damian.
Elina seakan termakan omongannya dia tampak terdiam cukup lama. Menatap Karina dan Damian secara bergantian. Lalu, menghembuskan nafas panjang.
"Kar…" lirihnya.
"Nggak… aku nggak mau kamu aja tuh yang jagain!" seru Karina beranjak pergi.
Alhasil Elina terpaksa menjaga Damian hingga siuman. Gadis itu berjongkok tangannya terulur memegangi kening Damian. Elina beranjak ke dapur mengambilkan baskom berisikan air dingin dan menaruh kain diatas kening pria itu.
Beberapa menit kemudian saat gadis itu akan berdiri Damian tiba-tiba menarik pergelangan tangannya sambil memeluknya.
Elina tercengang dengan cepat menyingkirkan tangan pria itu namun tenaganya kalah banyak. Sehingga tangannya terkunci dalam pelukan Damian. Elina mengira Damian sengaja namun ketika memastikannya ternyata matanya masih terpejam.
"Elina kumohon dengarkan aku," gumam Damian dalam keadaan mengigau.
Elina yang mendengar itu perasaannya campur aduk antara benci dan rasa idanya pada lelaki itu. Damian memang bersalah namun, mengapa dia tak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada Damian. Entah apa yang mengusik isi pikiran gadis itu.
Seiring waktu berjalan Elina tak menyadari jika hari sudah pagi buta. Gadis itu tertidur dipangkuan Damian sepanjang malam. Sementara itu Damian dengan mata elang keabu-abuannya terus saja menatap wajah istri kecilnya. Elina tampak imut saat tertidur pulas. Tapi yang mengherankan gadis itu akan garang dalam keadaan sadar.
"Kamu sangat cantik saat ini Elina kalau saja kamu selalu seperti ini bersamaku," ujar Damian dengan suara pelan.
Jikalau waktu bisa berhenti Damian akan lakukan apapun agar Elina tetap bersamanya.
"Kamu harus tahu El, untuk selamanya kamu tidak bisa lari dariku cara apapun itu kamu tidak diperbolehkan lolos lagi." Damian berucap dengan tatapan dingin dan lurus.
Pria itu membelai rambut panjang Elina lalu, tersenyum yang tak bisa diartikan. Beberapa saat kemudian ia menyalakan handphone dan menghubungi assisten pribadinya.
"Carikan aku apartemen dekat kos Elina, aku tidak mau tahu apartemen itu harus berdekatan dengan tempat istriku dan kamu harus mengabari ku secepat mungkin," tegas Damian kalimat itu membuat si pengangkat gemetar. Setelahnya ia mematikan sambungan.
Damian menghela nafas sejenak.
Dia pergi dengan meninggalkan sebuah kecupan manis di bibir Elina.
"See you later baby," bisiknya di telinga gadis itu seraya menyambar kemejanya.
***
Di mansion.
Mobil Damian memasuki halaman. Didepan pintu. Lily menunggunya dia tidak sendiri Liora bersamanya dengan boneka beruang yang anak itu pegang.
"Daddy!" seru Liora memanggil ayahnya sumringah dia berlari kecil dan memeluk Damian.
"Daddy tidak akan meninggalkan aku dan mommy kan? Janji kan…" sambungnya penuh harap.
"…" Damian terdiam.
"Mas kamu, ada dimana semalam aku dan Liora khawatir dari kemarin kamu nggak pulang-pulang," ujar Lily langsung marah.
Tidak menjawab, pria itu justru mengabaikannya dan berjalan masuk kedalam mansion. Lily yang bingung ikut masuk mengikuti suaminya yang menuju kamar.
"Apa-apaan ini mas kamu mau kemana dengan koper itu!?" tanyanya karena melihat pria itu memasukkan semua pakaiannya kedalam koper.
Damian masih tidak menjawab dia sibuk dengan barang bawaannya. Lily yang terlanjur kesal menghentikan tangan Damian.
"Mas kamu kenapa apa gara-gara wanita itu kamu seperti ini!?" murka Lily marah.
"Sudah selesai, kalau tidak ada lagi yang dibicarakan jangan ganggu aku menyingkir lah," tekan Damian melempar tatapan tajam. Alhasil Lily melepaskan genggamannya.
"Pasti gadis itu menggunakan sihir hitam padamu makanya kamu jadi orang berbeda sekarang," sangka Lily mengada-ngada menuduh Elina.
"Julukan itu lebih tepat padamu," jelas Damian langsung. "Aku akan pergi lama tidak perlu mencari ku," lanjutnya sembari menarik koper keluar kamar.
Lily tidak lagi mencegatnya gadis itu tertegun ditempatnya. Matanya menunjukkan arua ketidak sukaan dan memerah dengan rahang mengeras. Hinaan yang dilontarkan Damian membuatnya sangat dendam terhadap Elina.
"Dad mau pergi? Aku akan ikut bersama daddy!" Liora kecil merengek ingin ikut. Dia tak mau lagi berpisah lama dengan ayahnya.
"Kamu tetap disini bersama ibumu," balas Damian.
Liora malah meronta-ronta dan menangis keras. Damian berjongkok mengelus lembut rambut kepang Liora. Lalu, berujar. "Ayah tidak akan pergi lama sayang ayah janji menjenguk mu sesering mungkin, oke."
Pria itu mengacungkan kelingking keatas Liora membalas dengan memalingkan wajahnya.
"Ayah akan pergi jaga diri mu Liora ayah sayang padamu," ujarnya sambil mengecup kening anaknya sekilas, beranjak meninggalkan mansion.
*
*
*
Didalam mobil Gery mengendarai kendaraan beroda empat itu. Dia juga bersama Damian.
"Kamu sudah dapat apartemennya kan," ujar Damian memecahkan keheningan.
Gery menggeleng di kaca spion.
Pria dibelakang sana mengangkat sebelah alisnya.
"Serius lah aku membutuhkannya sekarang," ujarnya lagi.
"Maaf tuan, hanya ada kontrakan kecil yang saya temukan didekat tempat tinggal nona Elina," sahut Gery sebab sedari tadi ia hanya bisa tahu ada kontrakan kecil sedangkan dilingkungan sana apartemen jaraknya sangat jauh.
Damian tampak berhembus gusar.
"Sewakan kontrakan itu untuk dua Minggu ini," jelasnya.
Gery tiba-tiba memberhentikan mobilnya mendadak. Pria itu tercengang mendengar perkataan bosnya itu. Sejak kapan Damian mau tinggal ditempat kumuh dan sumpek. Ini merupakan kejadian langkah. Apalagi yang dia tahu Damian orang yang tidak suka dengan apapun yang terlihat kotor.
"Taun tidak bercanda kan!?"
"Memangnya kenapa kalau aku
tinggal disana."
"Tidak hanya saja perkataan tuan tidak begitu menyakinkan saja."
BERSAMBUNG…
ninggalin jejak dulu ❤️