Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
" Ini semua karena Abi," ucap Syahira.
" Kenapa jadi salah Abi, ummi aja yang tau anaknya lagi ngapain. Ummi pasti senang melihat kita bahagia seperti ini" balas Zaidan.
" Aku mau ke pondok dulu lagi malas sama Abi" ucap Syahira.
" Itsss mau kemana!"Cegah Zaidan.
Syahira ingin keluar dari kamar, namun dicegah Zaidan menarik tangan Syahira menempel pada tubuhnya hingga tidak ada jarak di antara keduanya. Satu tangan Zaidan melingkari pinggang Syahira dan satu lagi berada di tekuk sang istri.
Syahira tidak bisa kemana-mana menutup matanya, menolak juga percuma tenaganya kalah besar dari sang suami.
" Nanti malam bersiap-siaplah, Assalamualaikum" ucap Zaidan di telinga Syahira kemudian mencium kening Syahira dan meninggalkan kamar menyisakan Syahira sendiri.
"Dasar tukang PHP" gumam Syahira memegang dadanya sendiri, padahal ia sudah berharap lebih dari suaminya tapi ia dengan mudah meninggalkannya begitu saja.
" Awas aja nanti malam aku nggak akan mau kalau di ajak, enak aja ngerjain istri sendiri" gumam Syahira lagi mengambil cadarnya, lalu ikut keluar dari kamar.
Ia akan ke pondok bertemu dengan Zaki seperti yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Zaki yang akan mendampinginya sampai lomba selesai, namun ia tidak mengatakannya pada Zaidan sebelumnya.
Syahira berusaha berjalan seperti biasanya, karena jujur ia masih belum terbiasa dengan langkahnya. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya sekarang.
" Rasanya nggak nyaman sekali, Abi benar-benar ganas semalam aku sampai nggak bisa jalan begini" gumam Syahira.
Karena ia menggunakan gamis, jadi tidak terlalu terlihat kalau gaya jalannya agak berbeda dari biasanya. Namun, ia tidak menyesal sama sekali karena ia memberi kehormatannya untuk suaminya bukan untuk orang lain, Syahira tersenyum mengingat pergulatan mereka semalam di mana ia menyerahkan harta paling berharga pada Zaidan.
" Kenapa aku jadi berpikir mesum seperti ini" gumam Syahira keluar dari kamar menuruni anak tangga.
Di tangga terakhir, Syahira berpapasan dengan ummi Aminah yang ingin ke belakang rumah. Ummi Aminah bertanya kepada Syahira kenapa keluar dari kamar, karena pesan dari Zaidan kalau Syahira tidak boleh keluar rumah. Namun, Syahira memberikan alasan kenapa ia keluar rumah kepada ummi Aminah. Kalau ia akan menemui Zaki dan mengulik apa saja yang harus ia siapkan nantinya, ia juga akan mengulang uang sudah ia pelajari agar tidak ada kesalahan nantinya.
Akhirnya, ummi Aminah mengizinkan Syahira keluar dengan catatan harus meminta izin kepada Zaidan terlebih dahulu. Ummi Aminah tidak ada kewenangan memberikan izin pada Syahira karena Zaidan yang suaminya berpesan kalau Syahira tidak boleh keluar untuk hari ini.
Ummi Aminah juga heran dengan anaknya sendiri, kenapa jadi sangat posesif terhadap istrinya.
Kemudian, Syahira meminta izin kepada ummi Aminah untuk kembali ke kamar ingin menghubungi Zaidan, namun baru dua langkah ia berjalan ia teringat akan sesuatu.
" Tapi, aku kan nggak punya nomor Abi" batin Syahira
Syahira berbalik badan, lalu berlari dari tangga mengejar ummi Aminah yang sudah ke belakang. Dengan nafas tidak beraturan Syahira sampai di depan ummi Aminah yang sedang duduk di bangku yang biasa Syahira duduki kalau lagi di rumah.
" Ummi, maaf! Aku boleh minta nomor abi nggak, aki nggak punya soalnya!" Pinta Syahira.
" Astagfirullahaladzim, kalian berdua ini ya! Ini pakai ponsel ummi saja" ucap ummi Aminah mengeluarkan sebuah ponsel, lalu menelpon Zaidan. Setelah tersambung dengan ponsel Zaidan ummi Aminah menyerahkan pada Syahira untuk bicara.
Setelah mendapat izin dari Zaidan, Syahira berpamitan pada ummi Aminah lalu keluar dari rumah
Syahira keluar rumah seperti biasanya dan pergi ke pondok dengan perasaan yabg lebih ceria dari biasanya, wajahnya tidak lepas dari senyuman yang riang seperti biasa.
"Assalamualaikum" ucap Syahira ketika bertemu dengan sang sahabat yang sedang berada di sebuah kursi.
" Waalaikumsalam, Syahira aku pikir kamu nggak akan ke sini hari ini" balas Alana seraya menyuruh Syahira untuk duduk di sampingnya.
Syahira duduk di samping Alana seraya memandang bunga-bunga yang ada si depan mereka yang begitu indah.
Syahira bercerita kepada sang sahabat kalau setelah ini ia akan mempublish hubungannya dan Zaidan, ia tidak mau sembunyi-sembunyi seperti ini lagi. Syahira tidak tau saja, kalau para santriwati mereka lagi heboh tentangnya.
Syahira dan Alana kembali ke pondok, mengikuti kegiatan pondok seperti biasanya. Syahira juga harus menemui Zaki. Sepanjang mereka melewati para santriwati, mereka semua menatap ke arah Syahira dan Alana dengan tatapan tidak suka terutama dengan Syahira.
Banyak juga yang menuduhnya, dan juga banyak bisikan-bisikan yang ia dengar. Awalnya Syahira biasa saja karena ia sudah sering mendengarnya tapi salah satu teman seangkatan Syahira yang bernama Nazila menyapanya dengan bahasa yang tidak sopan.
" Halo gadis nakal, aku nggak nyangka ternyata kamu yang terlihat alim, suci berani godain gus Zaidan" ucapnya.
Syahira masih berusaha bersabar seperti yang bisa ia perlihatkan, ini bukan pertama kalinya Nazila menuduhnya pernah juga ia kena tuduhan Nazila yang mengatakan kalau ia menggoda Zaki.
Berbeda dengan Syahira yang bisa sabar, Alana sudah sangat geram hampir saja kecoplosan bilang kalau Zaidan suami dari temannya.
" Nazila kenapa kamu selalu saja mencari masalah dengan Syahira, asal kamu tau ya kalau gus Zaidan itu adalah su..."
" Alana sudah! Nanti juga dia akan tau, sekarang biarkan dia bicara semaunya" potong Syahira.
" Dasar sok suci padahal hanya wanita murah*n, semua santri yang ada di pondok ini udah tau kelakuan kamu, jadi siap-siap aja" ucap Nazila pergi meninggalkan Syahira dan Alana dengan seribu pertanyaan di benak mereka.
" Apa maksud Zila bicara seperti itu," ucap Alana mengepalkan tangannya.
" Biarkan saja, sudah kita ke kamar dulu. Aku mau ambil sesuatu" ucap Syahira tidak mau terhanyut dalam pembicaraan dengan Nazila.
Benar saja, semua santriwati memandang rendah Syahira, namun bukan Syahira namanya kalau ia tidak bisa menahan kesabarannya.
" Apa karena ia anak dari seorang kiyai jadi bisa berbuat seenaknya, pasti orang tuanya sangat malu kalau tau kelakuan anaknya yang tidak pantas di sebut anak kiyai" ucap salah satu dari mereka yang termakan omongan seseorang yang belum Syahira tau siapa orangnya.
" Sebenarnya apa yang membuat mereka bicara seperti itu? Apa ada yang melihat aku keluar dari rumah kiyai atau melihat aku sama Abi" batin Syahira tidak mengerti sama sekali.
Sepanjang jalan, Syahira berusaha menutup telinganya dari bisikan-bisikan yang tidak enak di dengar olehnya. Namun, satu kalimat yang membuat ia marah saat mereka menyinggung soal orang tuanya.
" Seorang kiyai ternyata bisa juga gagal mendidik anaknya, buktinya satu teman kita jadi penggoda di sini. Kalau mereka tau pasti mereka akan sangat malu" ucap mereka.
" Apa maksud kamu bicara seperti itu?" Tanya Syahira menghampiri orang yang mengatakan hal tersebut.
Jangan lupa, like komen, vote, mampir juga di karya teman aku.