NovelToon NovelToon
Bukan Kutukan

Bukan Kutukan

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.

"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~

Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.

"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~

"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~

Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Janji

"Mau apa lagi kesini??"

Baru saja Erland menginjakkan kakinya di rumah mertuanya. Sudah di sambut dengan wajah ketus Viola.

"Viola!! Suaminya pulang kerja bukannya di sambut malah ketus kaya gitu. Nggak baik Nak" Via langsung menegur Viola yang bersikap kurang sopan kepada suaninya.

"Sore Mi" Erland mencium tangan ibu mertuanya itu.

"Iya, kamu baru pulang Er?? Mau minum apa, biar Viola yang buatin??" Viola langsung menatap Maminya tak suka.

"Nggak usah repot-repot Mi, Erland kesini ingin meminta ijin Mami untuk menjemput Viola. Ibu ingin bertemu istri Erland Mi"

"Kenapa minta ijin Mami?? Viola istri kamu, jadi itu sudah hak kamu mau membawanya ke mana saja"

"MAMI!!" Viola berani menaikkan suaranya beberapa oktaf pada Via.

"Viola nggak mau pergi sama dia Mi. Mami lupa apa yang pernah dia lakukan sama Vio?? Kenapa sekarang Mami seakan melemparkan Vio pada laki-laki ini??" Viola menatap kecewa pada Via.

Seharusnya sebagai seorang Ibu, Via menjaga Viola agar tidak dekat-dekat dengan Erland. Tapi kenyataannya malah Via seperti biasa saja menghadapi Erland.

"Viola, menyimpan dendam itu tidak baik. Erland sudah meminta maaf dan ingin memperbaiki semuanya. Dia ingin memperbaiki pernikahan kalian sayang. Ikutlah dengan Erland, temui Ibu mertuamu. Sejak kalian menikah, kamu belum.pernah bertemu dengannya kan??"

"Tapi Mi, Vio benar-benar nggak mau sama dia!!" Tunjuk Viola pada Erland.

"Akhhh...." Via meringis memegangi dadanya.

"Mami, Mami kenapa??" Viola dan Erland mendekat.

"Jantung Mami pasti kambuh Vio. Sejak kepergian kamu, Mami sering seperti ini" Jelas Erland yang melihat mertuanya masih kesakitan.

"Mami, kita ke rumah sakit ya. Mana yang sakit Mi??" Panik Viola.

"Tidak papa Vi, nanti kalau minum obat juga hilang sakitnya. Sekarang lebih baik kamu pergi sama Erland. Jangan bikin Mami malu sama besan Mami karena menantunya tidak mau berkunjung" Via mencoba mengatur nafasnya untuk menghilangkan rasa nyeri pada dadanya.

"Tapi Mami bagaimana??" Mana mungkin Viola akan meninggalkan Maminya dalam keadaan seperti itu.

"Kamu tenang saja, ada Bibi. Mami juga sudah biasa seperti ini"

Mau tidak mau, Viola akhirnya menyanggupi permintaan Erland untuk mengajaknya bertemu Ibunya.

"Gue ambil tas dulu" Tatapnya pada Erland.

"Vio, bicara yang sopan!!" Tegur Maminya lagi.

"Iya Mi, Iya"

*

*

*

Sepanjang perjalanan Viola lebih memilih menoleh ke samping. Baginya pemandangan di luar sana lebih menarik daripada wajah Erland yang membuatnya muak itu.

"Ibu sakit, jadi sangat ingin bertemu dengan mu Vi. Katanya Ibu ingin melihat menantunya yang sudah jadi dokter hebat ini"

"Ibu sakit??" Baru Viola mau menatap Erland.

"Iya, Ibu sudah tua. Di tambah lagi Ibu jatuh di kamar mandi beberapa hari sebelum aku jemput kamu"

Viola merasa sedih. Sudah bertahun-tahun dia tidak melihat wanita yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri itu. Dulu Viola sering sekali datang ke rumah Erland di samping untuk mendekati Erland, Viola selalu ketagihan dengan masakan Gendis.

"Terus sekarang keadaannya gimana??"

"Sudah lebih baik, tapi Ibu sering tiba-tiba pusing. Kata dokter Ibu terlalu banyak pikiran"

"Banyak pikiran??"

"Hemmm" Erland mengangguk.

"Karena memikirkan aku yang tak kunjung punya anak. Mungkin kutukan kamu benar terjadi Vi"

Viola kembali mengalihkan wajahnya ke samping. Tak memberikan tanggapan apapun untuk Erland.

Tak lama setelah itu mereka mulai memasuki halaman rumah yang dulunya sering Viola sambangi. Tapi sekarang begitu tampak asing baginya.

Merkea berdua berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.

"Vio??"

Endah sampai hampir menjatuhkan gelasnya karena terlalu terkejut melihat Viola berada di rumahnya.

"Surpriseeee!!" Viola langsung menghampiri sahabatnya itu. Berpelukan sambil berputar-putar seperti teletubbies.

Erland ikut tersenyum melihat Viola yang tertawa begitu lepas saat berpelukan dengan Endah. Baru kali ini Erland melihat wajah Viola yang sumringah seperti itu.

"Kapan lo balik ke sini??"

"Kemarin"

"Sendiri??"

"Abang yang jemput" Erland mendekati dua wanita itu.

"Pantesan Abang nggak kesini beberapa hari. Tapi kenapa nggak bilang-bilang dulu kalau mau jemput Viola??" Protes adiknya.

"Seperti kata Vio tadi, surprise" Erland menyentil dahi Endah dengan gemas.

"Biar Viola ketemu Ibu dulu, nanti baru kalian ngobrol sepuasnya" Erland meraih tangan Viola untuk di bawa ke kamar Ibunya namun langsung di tepis oleh Viola.

"Gue bisa jalan sendiri!!" Tegas Viola berjalan lebih dulu karena sudah tau di mana kamar Gendis.

"Ibu lihat siapa yang datang" Gendis yang sedang bersandar si ranjang dengan benang rajut di tangannya langsung melihat ke arah pintu.

"Viola??" Kagetnya.

Viola langsung mendekat dan memeluk wanita yang dulu begitu menyayanginya itu.

"Iya, Erland sudah bawakan pesanan Ibu. Menantu Ibu hang cantik dan pintar ini" Viola tak menggubris ucapan Erland lagi. Dia lebih fokus pada Gendis yang sudah berbeda jauh dari tiga belas tahun hang lalu.

"Ibu, Viola kangen" Tangan merkea berdua terus bergenggaman.

"Ibu juga Vi, anak ibu akhirnya pulang juga" Gebdis membelai rambut panjang Viola.

Viola merasa prihatin dengan kondisi Gendis, tubuhnya kurus, wajahnya pucat pasi, dengan lingkaran matan yang menghitam membuatnya terlihat lebih tua dari anaknya.

"Ibu kenapa bisa sakit begini?? Harusnya Ibu jaga kesehatan. Jangan banyak pikiran, tetap berpikir positif. Jangan telat makan juga" Nasehat Viola sebagai seorang dokter.

"Bagaimana Ibu tidak banyak pikiran Vi. Endah sudah kepala tiga tapi tak kunjung menikah. Dan juga Erland yang belum di karuniai anak. Ibu sedih melihat Erland yang sudah semakin tua tapi tak kunjung punya anak"

"Ibu" Sela Erland ingin menghentikan Ibunya.

"Jangan berpikir seperti itu Bu. Kalau Endah sudah bertemu jodohnya, pasti dia akan menikah. Tapi kalau masalah anak, Viola juga tidak tau kenapa bisa begitu" Viola melirik Erland dengan maksud tertentu.

"Apa karena sumpah kamu waktu itu Vi??"

"Viola tidak tau Bu" Jawabnya menyembunyikan matanya yang menunjukkan ada sesuatu di dalamnya.

"Tapi Vi, kamu kan menantu Ibu juga. Kenapa kamu tidak memberikan Ibu cucu. Siapa tau dengan kamu, Erland akan berhasil" Senyumnya penuh harap pada Viola.

"Hah?? Apa Bu?? Maksudnya Viola harus mengandung anaknya begitu??" Viola sempat bingung dengan maksud Ibu mertuanya.

"Ibu, jangan minta aneh-aneh pada Viola" Nanti erland bisa kena semprot Viola.

"Kamu tidak mau ya?? Apa karena dulu Erland pernah mengecewakan kamu??" Wajah tua itu langsung berubah sendu dengan menenggelamkan senyumnya yang baru saja terbit.

"Bukan begitu Bu" Viola tak tega mengatakan jika di tak sudi di sentuh anaknya.

"Lalu apa?? Kamu mau kan memberikan Ibu cucu??"

"Sudah Bu, lebih baik Ibu istirahat. Viola hanya ingin menjenguk Ibu. Tidak mau mendengarkan rengekan Ibu yang semakin melantur itu!!"

Viola terkejut karena Erland yang bersikap sedikit kasar pada Ibunya.

"Maaf kalau Ibu sudah menyusahkan kamu karena rengekan Ibu yang seperti anak kecil ini Er"

Viola jelas melihat air mata Gendis mulai membasahi wajah keriput itu. Tapi Gendis buru-buru menghapusnya.

"Ibu jangan sedih, Viola akan pikirkan keinginan Ibu"

"VIOLA!!" Erland menekankan suaranya lada Viola.

"Benarkah Vi?? Ibu nggak salah dengar kan?" Wajah itu kembali terlihat berbinar.

"Jangan memberikan Ibu harapan untuk sesuatu yang tidak bisa kamu kabulkan. Kamu pernah merasakan sendiri kan??" Bisik Erland pada Viola.

"Benar Bu, asal Ibu harus janji. Ibu harus sehat, sebelum Ibu punya cucu. Vio ingin melihat Ibu dengan badan yang sehat dan bugar lagi" Viola tak menghiraukan peringatan Erland sama sekali.

"Ibu janji Viola"

1
eva Sekayu123
udah pada tua gk dewasa
Bunga
mampus looo
Nabila Ramadhani
Luar biasa
🍻
dasar Viola cewek begok !!!
murahan amat jd Perempuan gak ada harga dirinya udh di sakitin jd bini kedua malah mau di ajak tidur !!!!
Nabila Ramadhani
Luar biasa
Elfiyati
lanjutkan,
Ira
ok
Yuliana Hung
Luar biasa
Elfiyati
cinta sejati
Elfiyati
lanjutkan
aca
bodoh cerai aja ngapain mau laki goblok kayak erlan
ami
Luar biasa
ami
Lumayan
fhittriya nurunaja
Luar biasa
" sarmila"
hahhahahaha endaaaaahhh
lngsung sujud sukur donk
" sarmila"
puasa puasa🙈🙈🙈
bacanya d scrol🤣🤣🤣🤣
" sarmila"
hahooo erlan mau ngutuk siapa🤣🤣🤣🤣
senang nya dlam hati punya istri dua
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
" sarmila"
😭😭😭😭😭😭
Lilik Juhariah
segitunya gk berharga seorang perempuan gara gara satu gk punya anak baru inget istri yg lain 3 THN terpisah cuma pingin anak, gilaa
yuyunn 2706
vio dijadiin ban serep/Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!