Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Kalah
Pertemuan untuk mempresentasikan desain bangunan hotel pun tiba. David mempresentasikan desainnya lebih dulu dengan rasa percaya dirinya. Ia sangat yakin, Gaza akan kelabakan ketika giliran laki-laki itu yang presentasi.
Selesai presentasi, David tersenyum senang. Ia mengingat kejadian beberapa waktu lalu, ketika ia meminta seseorang untuk mengambil flashdisk yang dibawa oleh sekretaris Gaza tanpa disadari. David pun membuka isi file dari flashdisk itu yang isinya rancangan bangunan hotel.
Mampus kamu! Pasti sekarang kamu ketar-ketir kan? Bisa dipastikan aku lah yang memenangkan proyek ini!
David masih terus senyum-senyum tipis.
Di saat Gaza maju untuk mempresentasikan desainnya. David terbelalak terkejut.
Harusnya tidak seperti ini? Bagaimana bisa?
Gaza mempresentasikan rancangan desain hotel yang sama persis dengan apa yang dilihat oleh David di dalam flashdisk. Namun, ada sedikit perbedaan disana. David mengepalkan tangannya di bawah meja.
Selesai keduanya presentasi. Pihak investor itu langsung berunding memilih salah satu di antara mereka untuk proyeknya didanai oleh pihak mereka. Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya. Pemenang proyek pun diumumkan.
"Sebenarnya rancangan desain keduanya sangatlah bagus. Tapi, rancangan dari pihak Geo Corp, tidak hanya bagus, kalian bahkan sudah menyiapkan segala kemungkinan terbaik dan terburuk ketika hotel itu akan dibangun nantinya. Jadi, dari pihak kami memilih untuk mendanai hotel yang akan dibangun oleh perusahaan Geo Corp."
Gaza tersenyum senang lalu mengucapkan terima kasih pada investor itu. Begitu juga dengan David yang pura-pura bersalaman untuk mengucapkan selamat pada Gaza.
Setelah para investor itu pergi, Gaza memperlihatkan senyum miringnya.
"Aku tidak sebodoh itu tidak punya salinan file untuk aku presentasikan David. Kamu salah orang kalau ingin berbuat curang padaku."
"Cih!"
David berdecak sambil menatap Gaza dengan tajam. Ia benar-benar membenci laki-laki di hadapannya ini. Karena laki-laki itu, ia kalah. Lalu bagaimana ia memberitahukannya pada papanya? Padahal papanya sangat berharap sekali pada proyek ini.
Sial! Semua ini gara-gara Gaza!
"Keluarkan saja umpatan di dalam hatimu padaku. Kamu tidak perlu pura-pura baik di hadapanku. Aku sudah tahu kebusukan mu. Cepat atau lambat kamu pasti akan mendapatkan getahnya dari benih yang kamu sebar itu."
Gaza kemudian berlalu sambil menepuk pundak David. David menolak sentuhan Gaza seolah Gaza adalah kuman. David pun pergi dari sana dan pulang ke rumah.
*
*
Plak!
Sebuah tamparan melayang ke pipi David.
"Bagaimana bisa kita kalah dari perusahaan Geo Corp? Papa sudah bilang kan, kamu itu harus menang!"
David tak menjawab ucapan sang papa. Ia hanya bisa meringis kesakitan akibat tamparan itu. Bahkan pipinya kini sudah memerah.
"Arg! Sana keluar! Papa harap ini kegagalanmu yang terakhir kalinya. Ke depannya kamu tidak boleh kalah dalam hal apapun, apalagi dari pihak Geo Corp."
David mengangguk kemudian keluar dari ruangan kerja papanya sambil memegang pipinya yang memerah.
Kebencian, kemarahan, dia rasa itu mulai bercampur menjadi satu. David bertekad akan menghancurkan perusahaan Geo Corp. Ia akan membuat perusahaan ayahnya maju dan tak akan ada yang bisa menandinginya.
"Uh, awww."
David meringis. Tamparan papanya tadi sangatlah keras. Hingga rasa sakitnya masih terasa hingga sekarang. David memasuki kamarnya, disana ada Selena yang duduk di depan meja rias. Wanita itu terkejut melihat suaminya yang terus memegang pipi.
"Ya ampun mas, itu kenapa pipinya bisa memerah begitu?" tanya Selena.
"Papa menamparku karena kalah dari proyek," jawab David.
"Kamu tuh gimana sih mas? Kan waktu itu aku sudah bilang, kamu bisa sabotase pihak mereka."
"Sudah."
"Huh! Terus kenapa bisa kalah? Harusnya menang kan, Mas?" tanya Selena lagi.
"Sudah jangan dibahas lagi. Aku kesal. Kompres saja bekas tamparan ini."
Dengan cekatan, Selena pun mengambil air hangat dan handuk kecil untuk mengompres bekas tamparan itu. Hingga beberapa lama kemudian, Selena menghentikan kegiatannya.
"Mas, besok aku ada pemotretan di luar kota. Jadi, aku harus menginap. Kamu mengizinkan aku untuk ikut kan?"
David menghela napasnya. Sebenarnya ia sih mendukung-mendukung saja apapun yang ingin dilakukan oleh Selena. Tapi, sekarang kan posisinya berbeda. Selena sudah jadi seorang ibu. Jadi, tidak bisa sebebas dulu kalau ingin mengambil pekerjaan yang ke luar kota.
"Kamu tahu kan, kalau kamu seorang ibu? Bagaimana mungkin kamu meninggalkan anakmu di rumah demi pemotretan itu. Apa jadinya kalau mama tahu? Dia pasti akan marah besar padamu Selena. Lebih baik, untuk pemotretan yang di luar kota kamu cancel saja."
Selena cemberut. Ia kesal, ia kira jadinya anak di antara mereka akan membuatnya bisa melakukan apa saja yang ia mau. Tapi, ruang geraknya jadi terbatasi. Tahu kalau begini jadinya, Selena akan memikir ulang untuk kedua kalinya.
"Tapi, mas. Ini bagus untuk karier aku," kekeh Selena.
"Tetap saja, kamu tidak boleh melakukannya Selena. Apa kamu mau diceramahi mama terus-menerus? Lama-lama mama bisa curiga juga kalau kamu terus-terusan mementingkan pekerjaan."
Selena jadi tambah kesal. Ia bahkan merajuk dengan menyembunyikan dirinya di bawah selimut. Ia juga sengaja tidur memunggungi David.
Lihat saja, aku akan tetap pergi Mas. Aku tidak bisa melewatkan kesempatan bagus untukku.
*
*
Berbeda sekali dengan suasana di rumah Gaza, disana ada pesta kecil-kecilan untuk menghargai kerja keras karyawannya yang sudah membantu dirinya untuk memenangkan proyek. Tak tanggung-tanggung, papa Gaza sendiri akan memberikan mereka bonus besar.
Di saat yang lain sedang menikmati makanan, Gaza duduk berdua dengan sang papa.
"Terima kasih kamu sudah memenangkan proyek ini. Papa berdoa semoga proyeknya bisa berjalan dengan lancar hingga hotelnya bisa beroperasi."
"Aamiin Pa. Makasih juga karena papa selalu memberi dukungan ke Gaza."
Tuan Geovani mengangguk. Kemudian membuka topik obrolan lagi.
"Papa dengar-dengar dari mama, kamu menyukai seseorang tapi dia sudah jadi janda. Apa tidak bisa kamu menyukai wanita yang belum pernah menikah saja?"
"Kalau aku bisa mengatur hati ini sukanya sama siapa. Pasti aku tidak akan memilih menyukai wanita yang sudah pernah menikah. Tapi, mau gimana lagi? Hanya dia yang bisa buat aku jatuh cinta, Pa. Bahkan aku menyukainya sudah sejak lama. Hanya karena aku yang pengecut, makanya aku kalah dari laki-laki lain," jelasnya.
Tuan Geovani menghela napasnya.
"Papa tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengan menantu yang papa inginkan. Tapi, kenalkan dia pada mama dan papa. Dengan begitu kami bisa menilainya. Masalah dia berasal dari kalangan biasa atau kalangan tinggi. Papa tidak terlalu memperdulikannya. Yang terpenting dia mencintaimu dan baik padamu."
"Iya pa, nanti aku akan kenalkan dia."
Tuan Geovani pun pergi untuk ikut bergabung dengan yang lainnya. Gaza termenung sendiri sambil memikirkan cara mendapatkan hati Gea yang saat ini masih terluka. Pasti tidak akan mudah bagi wanita itu untuk membuka hatinya kembali. Gaza harus berjuang sekuat tenaga untuk menyembuhkan luka itu dulu, baru masuk ke dalam hatinya.
*
*
TBC
