Terikat Kontrak CEO Misterius

paha Elea mulai berdarah. Tapi Zelle tidak menyadarinya. Dia berjalan lurus menuju kantornya setelah berusaha lepas dari Elea.

" Zelle! Berhenti!" teriak Elea dengan marah.

☘️☘️☘️

HAP

Zelle ditarik oleh seseorang masuk ke lift khusus presedir. Zelle tidak tahu siapa itu, dan...

PlAKK

Telapak tangan Zelle mendarat di pipi yang di selimuti brewok tipis. Nyaring banget suara tamparan nya hingga meninggalkan cap merah lima jari khas Zelle.

Kemudian Zelle menoleh, " Tu...tu...an Brandon?" Zelle begitu kaget. Apa kata dunia? dia seorang karyawan menampar bos besarnya. Sungguh Zelle merasa bersalah. Tamparan tadi hanya spontan dari dirinya sebagai aksi melindungi diri.

Brandon hanya diam saja. Bahkan tidak merasa sakit atas tamparan tadi. Brandon mengagapnya adalah salah satu bentuk belaian Zelle padanya. Brandon sudah gila.

Sementara Zelle, diam mematung. Dia menelan air ludahnya susah payah. Zelle melihat tangannya. Sungguh berani tangan ini menampar bos nya. Zelle berkeringat dingin. Ntah bagaimana nasibnya setelah ini. Berdoa saja Zelle.

Zelle terus berdebat dengan pikirannya. Dia ingin meminta maaf tapi kenapa sangat sulit sekali. Baiklah coba dulu Zelle.

" Umm, tuan Brandon, saya minta ma...ma...af". Susah payah Zelle mengatur lidahnya supaya tidak gagap. Eeh, gagap juga. Zelle menundukkan kepalanya. Antara takut dan gugup.

" Hmmm." Brandon hanya berdehem.

Zelle sesekali melirik Brandon. ' Ternyata dia sangat tampan, rahang nya tajam banget kek mulut tetangga.' Zelle diam- diam mengagumi Brandon.

Brandon sadar kalau Zelle sedang memperhatikan nya diam-diam. Brandon ingin mengerjai Zelle. "Bereskan barang-barang mu nanti."

Zelle terlonjak kaget, apa itu artinya dia di pecat? tidak, tidak, bagaimana dia bisa membayar hutang pada suaminya? sementara Zelle membutuhkan pekerjaan ini.

" Maaf kan saya tuan, tadi saya tidak sengaja, jangan pecat saya, kasihani saya, apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan saya tuan?." Iba Zelle. Persetan dengan harga diri Sekarang. Yang penting, dia tidak boleh keluar dari kantor ini. Apa pun akan dia lakukan.

Perkataan Zelle menimbulkan ide licik di benak Brandon. Brandon menoleh, " Cium aku!"

Hampir saja bola mata Zelle keluar mendengar nya. Apa katanya tadi, minta di cium? apa dia sudah gila?

" Maaf tuan, bukannya saya tidak mau". Eh, ralat, Zelle memukul mulut nya, bisa-bisanya dia berkata seperti itu, berarti dia gak nolak dong. Zelle kembali melanjutkan perkataan nya. " Maksud saya, saya tidak bisa mencium sembarang orang tuan, saya sudah bersuami."

Brandon ingin sekali tertawa melihat reaksi Zelle. Tapi dia menahan nya. Brandon menatap Zelle tak berkedip membuat Zelle bergetar bukan karena takut tapi Salah tingkah.

TING

Lift berhenti di lantai 20. Bunyi lift menyadarkan mereka. Zelle menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Kemudian dia bergegas keluar dengan wajah memerah. Karyawan lain, tercengang dengan apa yang mereka lihat barusan. Ada apa dengan Zelle dan presedirnya? kenapa mereka bisa se Lift?

Zelle meremas jari jemarinya. Duduk dengan gelisah memikirkan perkataan bos nya tadi. 'Benarkah dia minta di cium?' oh ****, bukan itu Zelle. 'Maksudnya benarkah dia akan di pecat? semoga saja bos nya tadi hanya bercanda. Iya pasti bercanda'. Pikir Zelle.

***

Zelle menyibukkan diri demi mengusir kecemasannya, mulai dari memeriksa perlengkapan kantor sampai dengan mengerjakan dokumen yang di berikan oleh senior nya.

Vela memberhentikan Zelle saat Zelle keluar dengan dokumen di tangannya.

" Zelle, kamu kenapa buru-buru banget? ini kopi, minum lah dulu, tadi aku ke tempat mu, tapi karyawan disana rada aneh, ada apa ya?" Vela mengira kalau rekan kerja Zelle tidak menerimanya dengan baik.

Zelle tidak mengambil kopi itu dan dia pun tidak menjawab pertanyaan Vela.

" Vela, aku buru-buru, aku harus mengantarkan dokumen ini". Zelle menunjukkan dokumen nya.

Vela mengambil dokumen itu, kemudian menaruh nya di meja sebelah nya. " Katakan apa yang terjadi? aku akan melepaskan mu."

Zelle menghela nafas melihat kelakuan sahabat nya. Zelle pun mulai menjelaskan nya.

" Tadi pagi, saat aku berangkat ke kantor, Elea datang mencoba mempermalukan aku di depan umum. Dia bahkan menarik ku......" Dan bla bla bla. Zelle menjelaskan nya secara rinci.

" Dasar ***** sialan. Apa yang dia inginkan dari mu? apa kamu mendorong nya?" Tanya Vela dengan senyum sumringah.

" Tidak, aku sama sekali tidak mendorong nya. Dia sendiri yang menjatuhkan diri ke tanah. Aku rasa tadi Liam datang menemui nya." Jawab Zelle sambil menikmati kopi yang di berikan Vela.

" Pasti dia akan keguguran. Itu sangat menyenangkan." Jawab Vela senang seakan mendapatkan lotre. Ternyata pemikiran mereka sama, namun Zelle bingung, kenapa Elea bertindak seperti itu. Bukannya dia sangat menyayangi bayi itu?

" Tapi aku yakin, dia sendiri yang menjatuhkan tubuhnya. Kenapa dia melakukan nya?" Zelle merasa ada yang aneh dengan wanita itu.

" Aku rasa itu bukan anak nya Liam. Pasti Elea menipu Liam, dengan mengatakan kalau itu anaknya." Vela yakin itu. Karena menurut cerita Zelle ini keliatan banget Elea sengaja melakukan nya.

Zelle merasa senang karena dia memiliki sesuatu buat balas dendam ke Liam. " Tapi bagaimana caranya, memberitahu Liam? Kita tidak punya bukti?" Sambung Zelle.

" Orang yang ku kenal dirumah sakit, hanya Mark. Dan kamu tidak memiliki kenalan juga. Jadi, ya sudah, lepaskan saja. Kenapa kita yang malah pusing memikirkan masalah dua kecubung itu?." Kata Vela bodoh amat.

Brandon Sekarang sudah pintar kepo. Dia mendengar semua pembicaraan dua gadis itu.

Brandon kembali ke ruangan nya dan menyuruh seseorang untuk menyelidiki kasus itu. Zelle dan Vela tidak akan menyangka bahwa Brandon si presedir Gweneth Group yang terkenal kejam, akan membantu mereka menyelesaikan masalah rumah tangga. Woow, pencapaian bagus buat Zelle.

Jam pulang tiba, sebelum itu, Zelle sudah mengabari Ezra, kalau dia tidak perlu menjemput nya. Zelle pergi ke terminal.

Dalam perjalanan, Zelle melihat Liam berdiri disamping mobilnya. Zelle berusaha pura-pura untuk tidak mengetahui keberadaan nya.

Liam menatap Zelle dengan raut wajah merah. Dia menghampiri Zelle, saat Zelle mau berbalik, Liam memegang tangan nya. " Mau kemana kamu ha?"

" Apa yang kamu lakukan? lepas!" Kata Zelle menatap nya dengan marah.

"Apa yang aku lakukan? aku ingin mengajukan pertanyaan yang sama pada mu. Kita sudah bercerai Zelle!. Tapi kenapa kamu tega membuat Elea keguguran? kamu pembunuh! aku tidak akan membiarkan seorang pembunuh berkeliaran dengan bebas." Kata Liam sangat marah.

" Kamu kehilangan bayi mu. Harusnya kamu berada dirumah sakit nemanin Elea. Mengapa kamu malah bertanya padaku? harus kah aku memberi kan bayi, sebagai kompensasi nya?." Zelle berusaha melepaskan tangannya, namun cengkraman Liam begitu kuat.

" Hmm, memberi bayi sebagai kompensasi? ide yang sangat bagus Zelle. Kita sudah bertunangan cukup lama, kita tak pernah bercinta kan? sesuai tawaran mu tadi, aku akan membantumu mewujudkannya." Liam mendekat untuk mencium Zelle.

Zelle tidak habis pikir, kemana urat malu pria ini. Barusan dia bilang, kita sudah bercerai. Tapi apa yang dia lakukan sekarang? menjijikkan.

Zelle membuang muka nya ke kanan dan kekiri untuk menghindari ciuman dari Liam. Zelle sungguh muak dengan Liam. Zelle mencoba untuk menendang selangkangannya, namun, Liam sepertinya sudah menduga hal itu akan terjadi.

Liam menangkap kaki Zelle yang berusaha menendang nya. " Aku suka gaya mu ini Zelle." Liam memepet tubuh Zelle ke mobil, dan bibirnya mulai mendekat.

Zelle ingin menangis rasanya. Dia benar jijik saat Liam menyentuhnya. Zelle tidak tahu harus berbuat apa. Zelle berharap dewi fortuna berpihak padanya.