Bening Anjani, baru saja lulus sekolah dan ingin melanjutkan kuliah di kota besar demi mewujudkan cita-citanya. Sayang, sang adik harus menjalani operasi besar yang menelan biaya sangat besar hingga ayah dan ibunya terpaksa menjual rumah juga satu-satunya sawah mereka. Bening tak jadi melanjutkan kuliah, sebagai baktinya kepada kedua orangtua, juga untuk meringankan beban keluarga, ia bertekad merantau ke Jakarta.
Di sana, ia yang belum berpengalaman akhirnya menjadi pembantu di kediaman keluarga kaya raya. Sang majikan memiliki putera yang sudah lima tahun menikah bernama Anggara Dewa. Sayang, lima tahun pernikahan itu belum menghasilkan keturunan karena istrinya yang adalah seorang model terkenal belum bisa memberikan Gara anak.
Sebuah kesepakatan kemudian mengantarkan Bening dan Gara dalam hubungan rumit setelah pasangan suami istri itu setuju untuk membeli rahim Bening, sang pembantu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengapa Harus Kamu?!
Bening duduk dengan tenang di kursi mobil, tepat di samping Revi yang tengah menyetir. Perempuan cantik itu menyetir dengan wajah muram. Sesekali dia akan melihat Bening dengan tatapan kesal. Bening tidak mau menghiraukan. Dia sendiri hanya ikut perintah nyonya besar. Kalau disuruh memilih, dia lebih suka menjadi pembantu nyonya besar selamanya.
"Pekerjaan di rumahku gak begitu banyak, kau tahu sendiri yang tinggal di sana hanya aku sama Gara. Jadi, jangan malas-malasan!" ujar Revi ketus.
"Baik, Nyonya muda." Bening mengangguk dan menyahut sopan.
"Lagipula kenapa harus kamu sih? Pelayan di rumah Mama itu banyak. Kenapa kamu?!" tanya Revi penuh kekesalan.
Bening hanya bisa menghela nafas. Dia sendiri tidak paham dengan semua itu. Kenapa juga Revi tidak bertanya langsung kepada majikannya.
"Maaf, Nyonya muda, saya juga terkejut karena harus pindah ke rumah Nyonya dan tuan muda."
Bukan bermaksud membela diri, Bening hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia sendiri hanya bisa mematuhi perintah. Jadi kalau Revi masih mau protes, Bening sangat berharap, perempuan itu protes saja kepada orang yang sudah memilih dan menunjuknya.
"Kegiatanku padat, aku seorang model terkenal. Banyak pakaian juga barang mahal di rumah itu. Jadi kau harus sangat berhati-hati ketika sedang bekerja."
"Baik, Nyonya muda."
"Lalu, setiap jam setengah tujuh pagi, aku sudah bangun, kau harus membuatkan aku segelas susu rendah lemak yang sudah aku siapkan di dalam lemari dapur. Untuk Gara suamiku, dia sangat suka teh hangat. Jangan lupa untuk mengganti seprai baru setiap tiga hari sekali, aku tidak suka tempat tidurku kotor."
Bening lagi-lagi mengangguk mengiyakan. Mereka hampir tiba di sebuah rumah yang mewah tetapi bentuknya simpel dan minimalis. Rumah itu bercat putih dan memiliki halaman tak terlalu luas. Sepertinya, majikan baru Bening kurang suka rumah yang terlalu besar. Mungkin pula karena mereka hanya hidup berdua.
"Ini rumahnya. Turunlah dan akan aku tunjukkan dimana letak kamarmu."
Bening menurut, dia turun dari mobil itu dan mengekor di belakang Revi. Sekalinya pintu terbuka, Bening cukup tercengang melihat keadaan rumah yang begitu kotor. Namun, ia hanya diam saja, ia malah tidak sabar untuk segera membereskan rumah itu.
"Ikut aku, hanya ada satu kamar kosong selain kamar aku dan suami. Kemarin tentu saja ditempati oleh pembantu sebelum kamu."
Di belakang, kamar pembantu itu berada. Bening melihat ukuran kamar yang serupa ukuran kamar di rumah nyonya besar. Ada kipas angin di sudut dinding. Juga ada jendela. Bening segera meletakkan kopernya.
"See, kamu sudah lihat kan bagaimana berantakan rumah ini tanpa pembantu?"
Bening mengangguk.
"Sekarang, bereskan semuanya, oh iya, pergi ke kamarku dahulu. Aku akan pergi ke tempat syuting. Aku belum sempat juga beli bahan makanan, sementara kau makan saja mie instan yang ada di dapur."
Revi melenggang dengan langkah congkak menuju ke luar. Ia segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Bening yang sudah sibuk dengan pekerjaan rumah. Bening hanya menggeleng-gelengkan kepala, dapur rumah itu sudah berbau, bahkan ada beberapa lalat yang mengerubungi wastafel. Belum lagi tumpukan baju kotor. Bening akan membereskan kamar Gara dan Revi dahulu. Ia segera naik ke atas. Syukurlah, kamar itu tak begitu kotor. Ia segera mengganti seprai sesuai perintah, membereskan meja rias Revi lalu membersihkan kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Bening melihat sekilas foto pernikahan Revi dan Gara yang tampak bahagia. Namun, selama ia melihat Gara di rumah nyonya besar, lelaki itu kerap bertengkar dengan Revi. Bening hanya geleng-geleng, masalah orang dewasa rumit sekali. Di sisi lain, ada foto Gara dengan seragam sekolah, lelaki itu tampak tampan sekali. Pasti waktu itu, Gara sangat playboy. Pikir Bening jahil.
Setelah kamar itu beres Bening segera menyemprotkan pengharum ruangan yang tersedia di sana. Bening juga membuka tirainya, membuka jendela agar udara segar masuk ke dalam sana.
"Sayang sekali, kamar sebagus ini disia-siakan." Bening tersenyum kecil lalu kembali melangkah keluar setelah menutup pintu kamar. Ia juga mulai membersihkan seluruh ruangan. Menyapu, mengepel, menggunakan vacum cleaner, mencuci piring, membuang sampah. Terakhir dia mencuci semua pakaian hingga setengah kering lalu menjemurnya di balkon atas.
Pekerjaannya selesai hanya dalam beberapa jam saja. Seluruh ruangan itu telah rapi. Bening menatap puas pada pekerjaannya, dia berharap Revi menyukai pekerjaannya.
Ketika sore sudah beranjak tinggi, Bening segera mengisi perutnya dengan mie instan. Mie instan saja terasa begitu enak untuk perutnya yang lapar.
"Aku tidak bisa memasak apapun sekarang untuk tuan Gara dan nyonya Revi." Bening menghela nafas, melihat kulkas kosong melompong. Ia jadi garuk-garuk kepala.
Setelah tak ada lagi yang bisa dilakukannya di dapur, Bening pergi ke atas, membawa sekeranjang pakaian yang sudah bersih dan mulai menyetrika juga melipatnya. Bening melakukannya dengan suka cita, sesekali bersenandung.
"Akhirnya ...."
Bening menatap puas. Dia tinggal mandi dan menunggu kedatangan dua majikan barunya. Setelah selesai mandi, Bening keluar hanya dengan handuk melilit tubuh ranumnya. Ia terkejut ketika menemukan Gara sudah bersandar di pinggir kamarnya tepat di samping kamar mandi yang memang berada di samping kamarnya.
"Tuan?" Bening berusaha menutupi bagian depan bahunya yang terbuka dengan belahan dada yang nampak dengan rambutnya yang basah dan panjang.
Gara terdiam sesaat, menatap Bening lama lalu melengos.
"Kau belum masak?"
"Maaf, Tuan, tidak ada bahan makanan di lemari es." Bening menunduk.
"Oh, kalau begitu, kau ganti baju sekarang dan temani aku ke supermarket. Jangan pakai seragam, pakai saja baju biasa."
Bening tidak menyahut dia hanya mengangguk, membiarkan Gara pergi meninggalkannya yang seketika berdebar-debar.
semangat dlm berkarya kak..