My Ex Husband

...•••••...

David terus melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Beberapa kali pandangan nya melihat ke arah spion, menatap Balqis yang sedang duduk memeluk Sisil dengan sangat erat.

"Sil, apa dia selalu seperti itu ketika bertemu orang baru?" David berbicara dengan pandangan yang sesekali menatap Sisil dari pantulan kaca spion.

Sisil menggelengkan kepala nya.

"Adek memang tertutup dengan orang baru, tapi respon nya tadi sedikit berbeda." Sisil menatap wajah Balqis yang saat ini menempel di dada nya.

"Adek duduk sini, di depan sama Papah."kata David.

Anak itu terdiam.

"Adek kenapa?" akhirnya Sisil bertanya.

"Aqis takut teh, Aqis cuma mau Mama, nggak mau Mami!" Balqis berkata dengan suara yang terdengar sangat pelan.

Sisil langsung menatap ke arah spion, lalu pandangan nya bersama David bertemu.

David terdengar menghela nafas, lalu mengusap wajah nya kasar.

"Aku tidak tahu kalau Mika akan berbicara seperti tadi!"kata nya.

...•••••...

Sekitar satu setengah jam, David mengemudikan mobil Mazda Hitam milik nya. Melesat membelah jalanan kota yang selalu terlihat ramai.

Akhirnya mobil itu berbelok, masuk ketika gerbang hitam rumah besar itu terbuka lebar.

"Aqis mau Mama!" suara balita itu terdengar sangat lirih.

Pria itu melepaskan seatbelt, kemudian membenahi duduk dan menghadap ke arah belakang.

"Mau ketemu Nenek?" kata David.

Sesaat Balqis terdiam.

"Aqis pasti tahu Nenek, soal nya pernah beberapa kali jenguk ke rumah." kata Sisil kepada anak asuh nya.

Gadis kecil itu sedikit menjauh, sampai pandangan kedua nya saling bertemu.

"Teteh tau Nenek!?" dia bertanya.

"Iya, yang pernah bawain Aqis boneka Taddy bear besar itu!" Sisil menjelaskan nya dengan wajah berbinar.

Seulas senyum di bibir Balqis pun terbit.

"Mau turun?" David kembali berbicara.

Balqis menoleh, lalu menganggukan kepala sambil tersenyum kepada sang ayah.

Melihat mood Balqis yang sudah membaik, David segera membuka pintu mobil disisi nya dan keluar.

"Come on, Nenek ada di dalam sama Kakek!" David merentangkan kedua tangan nya, lalu meraup tubuh putri kecil nya itu.

Pria itu terus berjalann perlahan, dengan senyum riang yang terus menghiasi wajah putrinya. Hingga terdengarlah suara teriakan dari arah pintu rumah.

"Astaga siapa yang datang!" Rosa berteriak dengan raut wajah penuh haru.

David tersenyum ke arah sang ibu, saat rasa bahagia pun menyeruak ketika kini Rosa kembali tersenyum hangat setelah sekian lama.

"Ya ampun! Nenek kangen kamu sayang!" Rosa langsung meraup tubuh Balqis, lalu menghujani wajah cantik cucu nya itu dengan kecupan.

"Syukurlah, akhirnya kamu datang ke rumah ini." Rosa berkaca-kaca.

Sisil yang sedang berdiri di belakang David pun menatap adegan di depan mata nya penuh haru.

"Sisil, ayo masuk!" kata Rosa kepada gadis itu.

"Iya, Bu!" Sisil mengangguk, kemudian berjalan melewati David yang berdiri membisu.

Hah!

David menghela nafas nya, lalu memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum ia ikut masuk kedalam rumah yang sudah cukup lama ia tinggalkan setelah pernikahan sekaligus percaraian nya bersama Kyara Anna, dan Mikaila Adira.

Riuh suara Rosa dan Daniel pun terdengar bersahutan, ketika mereka kedatangan cucu prempuan yang sangat mereka sayangi.

"Kenapa Mama tidak ikut, Nak!?" Daniel meraup wajah cucu dengan kedua tangan nya.

"Mama jualan." jelas gadis mungil itu.

Daniel dan Rosa tertawa haru.

"Nanti ajak Mama kesini yah! bilang kalau Kakek kangen." ujar Daniel.

Balqis mengangguk dengan bibir yang juga tersenyum.

"Nenek?" Balqis menatap wanita tua yang duduk di samping nya.

"Iya sayang!"

"Ada mainan?" ucap nya seraya tersenyum malu.

"Mau mainan apa? nanti Kakek belikan." ujar Daniel.

Sementara disisi lain, David hanya berdiri sambil memperhatikan putri dan kedua orang tua nya bercengkrama.

"Balqis akan menginap, apa boleh?" David berjalan menghampiri mereka.

Dia mulai mendekat.

Daniel menoleh ke arah suara, lalu menjengit.

"Akhirnya dia ingat juga, dari mana asal nya berada!" sindir Daniel.

David menggulung bibir nya rapat, ketika Daniel menatap nya penuh kecewa.

"Sil, kamu boleh istirahat di belekang bareng mbok sama bibi." ucap Rosa kepada Sisil yang tampak terus beridir di dekat nya.

Prempuan itu mengangguk, kemudian segera beranjak dari sana.

"Kau tidak pulang?" Daniel menatap David yang duduk bersebrangan dengan nya.

David menggelengkan kepala.

"Mungkin aku menginap, menemani Balqis." ujar David.

"Apa tidak akan ada yang marah? ayah tidak mau wanita itu bicara yang tidak-tidak, terutama kepada Mama nya Balqis!" jelas Daniel kepada putra nya.

David diam.

"Sudah cukup membuat hidup Anna susah, sekarang jangan lagi!" kata Daniel.

"Kakek, ... ada Balqis!" ucap Rosa.

"Aih, ... Kakek sampai lupa," Daniel menepuk jidat nya keras. "Mau jalan-jalan? nanti Kakek teraktir mainan yang banyak!"

Dengan perasaan riang Balqis mengangguk.

"Satu aja, kata Mama jangan mubazir." Balqis tersenyum ke arah Daniel.

Rosa semakin terenyuh, ia bahkan tersenyum penuh arti ketika mendengar penuturan cucu nya.

"Lihatlah, Anna mendidik nya dengan sangat baik!" ucap Rosa lirih.

"Anna memang putri kita yang sangat hebat, hanya saja dia kurang beruntung." kata Daniel.

"Ya, dia di sia-siakan begitu saja. Tapi lihatlah, dia mampu bangkit dan berdiri di atas kaki nya sendiri."

David membisu.

"Bisakah kalian berhenti, tidak baik membicarakan ini di depan Balqis!" tukas David.

Daniel langsung bangkit, tampa menjawab perkataan putra semata wayang nya.

"Ayok, ... ayok! kita ke Mall beli mainan buat Balqis." Daniel penuh semangat.

"Wah, ..." Balqis berjingkrak gembira.

"Cepatlah, kita berangkat sekarang." Rosa ikut berteriak. "Sisil! ayok kita beli mainan Aqis!" kata nya lagi, lalu berjalan bergandengan ke arah luar, meninggalkan David yang masih termenung.

Klek!

Pintu dapur terbuka, kemudian munculah Sisil yang terlihat setengah berlari, dengan tas ransel berbentuk bunga milik putrinya.

"Pak, Sisil berangkat dulu!?" pamit nya.

David tersenyum seraya menganggukan kepala nya pelan.

"Jagain Balqis Sil, kalau ada apa-apa hubungi saya!" kata David yang langsung di jawab anggukan oleh pengasuh putrinya itu.

Langkah kaki nya terhenti, lalu menoleh ke arah ayah dari putri asuh nya iru.

"Iya pak, pekerjaan saya memang seperti itu!" tukas Sisil.

"Sisil, ... ayok!"Rosa kembali berteriak.

"Ah, iya Bu!" kata nya. "Pak David, saya berangkat."ujar Sisil kemudian pergi.

Sisil kembali berlari, segera menyusul Rosa, Daniel dan Balqis yang sudah berada di dalam mobil.

Sementara David menghempaskan punggung nya ke sandaran sofa yang berada di ruang tengah.

"Aku tahu kesalahan ku fatal, dan mungkin tidak akan pernah bisa Anna maafkan. Tapi bisakah ibu dan ayah diam, aku semakin tenggelam dalam rasa bersalahku!" David bergumam, ia memejamkan kata nya lalu memijat kening yang tiba-tiba terasa pusing.

...•••••...

Guys udah hari Senin, jangan lupa Vote nya!!

Like komen hadiah juga jangan lupa!!

~Sayang kalian banyak-banyak~

Klik favorite untuk notifikasi setiap eps terbaru di setiap hari nya...

Ig. @_anggika15