Satu malam yang dia habiskan bersama seorang pria yang baru dikenalnya setelah dia memergoki tunangannya berselingkuh.
Setelah kejadian itu, dia mempunyai dua anak kembar yang lucu bernama Langit dan Bulan. Bertahun tahun hidupnya tenang dan bahagia bersama anak anaknya hingga datanglah Zen Abraham Malik ayah biologis dari si kembar.
Lovely sangat takut jika rahasia yang dia pendam diketahui oleh CEO atau bosnya sendiri Zen. Zen yang tahu pasti akan mengambil anak dari tangannya. Apa yang tidak bisa dilakukan dengan kekuasaan dan uang ditangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Arti keluarga
Lovely membawa makanan itu ke meja kaca di depan layar TV. Zen nampak keberatan tapi dia tak mau membuat malam yang indah ini dirusak oleh sebuah pertengkaran kecil.
Anak anak nampak tersenyum ceria melihat mommienya datang membawa makanan. Padahal sebelumnya mereka telah meminum susu.
Lovely mengambil dua piring nasi saja. Zen menelan ludahnya mengira bahwa itu hanya untuk Lovely dan anak anaknya saja. Lovely yang melihat Zen hanya diam saja tidak mengambil nasinya mengernyitkan dahi. Apakah dia tidak suka dengan makanannya? tanya Lovely di hatinya.
"Kau tidak mau ikut makan bersama kami? "
"Aku akan ikut tapi..." Zen menunjukkan satu piring itu dengan matanya.
"Itu untukmu, aku terbiasa makan satu piring dengan anak anak." kata Lovely sambil tertawa renyah. Anak anak hanya menatap kedua orang tuanya dan mengunyah makanan dari suapan dari Lovely.
"Kau makan sendiri saja biar dia menyuapi anak anak."
"Pertumbuhan anak anak sangat cepat aku tidak ingin melewatkannya satu kali saja. Aku menikmati kebersamaan kami, dengan cara ini mereka akan terbiasa denganku dan hubungan kami batin kami akan semakin erat, suatu saat jika mereka telah besar nanti mereka akan ingat dengan perhatian dari ibunya dan merindukan momen ini." kata Lovely santai.
Perkataan Lovely yang jujur dari hatinya memukau sosok Zen. "Aku yang akan menyuapi Bulan kau Langit saja... dia nampaknya belum bisa sepenuhnya mau padaku. Aku juga akan mengisi momen kebersamaan yang kulewati Love, bolehkah?"
"Baiklah aku tidak akan melarangmu, kau boleh berinteraksi dengan Kembar kapan pun kau inginkan. Tapi kau tidak boleh membawanya pergi jauh dariku."
Akhirnya mereka makan dengan gembira, celetukan dua bocah ini membuat suasana ceria di kediaman Zen.
Setelah membersihkan diri dan anak anak Lovely membawa mereka kembali ke depan TV kebiasaan anak anak adalah menonton TV hingga terlelap.
"Kok dibawa lagi kesini, tidak ke kamar saja?" tanya Zen.
"Anak anak biasa menonton TV sampai tertidur? "
"Di sini dingin nonton di kamarku saja disana ada TVnya. Kalian bisa sambil tiduran disana."
Lovely jadi teringat apa yang terjadi di kamar itu dahulu dan kejadian beberapa hari kemarin. Akh... dia tidak mau mengulang lagi. Zen bisa membuatnya gila dengan tingkah mesumnya.
"Tidak lagian disini juga hangat, karpet yang kau miliki ini juga tebal." jawab Lovely sambil menyentuh karpet itu.
"Terserah padamu saja. Love kau tidak ingin mengganti pakaian yang kau kenakan dari pagi itu."
"Aku tidak membawa pakaian ganti, kau tiba tiba saja membawaku tadi."
"Tadi aku membawa anak anak berbelanja di Mall Pondok Cantik. Aku membeli beberapa baju untuk anak anak dan untukmu. Punyamu ada di lemari anak anak. Coba kau lihat, dan gantilah pakaianmu?"
"Kau terlalu baik Pak Zen. Sebetulnya itu tidak perlu. Tapi jika kau sudah membelinya aku akan memakainya." Lovely berjalan ke kamar anak anaknya dan mengganti pakaiannya dengan dress rumah yang cantik.
Zen terpana ketika melihat Lovely keluar dari kamar dengan penampilan yang lebih santai.
"Besok kami akan pulang pagi Pak Zen," ucap Lovely tiba tiba membuyarkan lamunan Zen.
Zen mendesah pelan, dia lupa bahwa mereka tidak akan tinggal disini, malam ini dia yang memaksa anak anak menginap disini tapi tidak besok, dia harus memikirkan cara lain lagi.
"Tidak bisakah kalian tinggal disini saja, rumah ini terasa hidup dengan kehadiran kalian."
Lovely tiduran santai di atas karpet disamping anak anaknya yang asik menonton serial kartun. Zen sendiri duduk di samping anak anak menanggapi celotehan mereka tentang film kartun itu.
"Anak anak memang membutuhkan sosok ayahnya, dan aku tidak bisa membatasi interaksi mereka dengan ayahnya."
fikir Lovely sambil memandang kebahagiaan yang terpancar dari gelak tawa anaknya ketika berbicara dengan Zen.
Lama lama rasa kantuk itu menyergap. Lovely tertidur sedang mata anak anak masih segar.
Zen ikut berbaring di samping Lovely sedang anak anak di apit oleh tubuh mereka. Kepalanya Zen mendekat ke kepala Lovely dan mencium kening wanita itu sebentar.
"Kau pasti selama ini sangat lelah, setelah bekerja kau harus mengurus anak anak kita sendirian." lirih Zen sambil mengusap kepala rambut Lovely, Langit yang melihat kejadian itu mendadak menjadi cemburu.
"Daddy sayang ibu... nda oyeh.. ini mommie Angit... " omel Langit sembari memeluk Lovely yang tertidur nyenyak. Bulan melihat ke arah Zen.
"Kacian mommie daddy jangan diganggu mommie cape.. Bulan saja nda boyeh bila dekat dekat mommie sama Langit kalau Bulan mendekat Langit akan tarik lambut Bulan."
"Daddy tidak mengganggu hanya mencium sedikit mommiemu." Zen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena ketahuan anak anaknya.
"Nanti mommie bangun..." Zen menjauhi Lovely lagi. Setelahnya anak anak terlihat mulai mengantuk.
"Kalian tidur di kamar daddy saja ya! Ini sudah malam, di kamar daddy juga ada tvnya walau tidak sebesar ini."
"Mommie...." tanya Bulan.
"Biar daddy yang bawa nanti, sekarang kalian ke kamar daddy dulu. Ayo..!."
Zen membawa mereka ke kamarnya dan membiarkan mereka bermain dikasurnya yang besar. Mereka berteriak teriak senang karena bisa melompat lompat di atas tempat tidur itu.
Zen mendekati Lovely yang tertidur pulas di ruang tengah. Memandangi wajahnya yang cantik, ingin dia mencium bibir mungil itu. Tapi dia mengurungkan niatnya dan menggendong Lovely membawanya ke kamar Zen. Wangi tubuh Lovely menyeruak di hidung Zen menimbulkan gelora gelora yang terpendam. Adiknya ikut terbangun ketika menyentuh kulit halus Lovely.
"Jika tidak ada anak anak aku tidak yakin bisa menahan rasa ini," guman Zen.
Zen memasuki kamarnya, Si Kembar menatap ke arahnya yang sedang menggendong mommie mereka. Zen meletakkan Lovely di pinggir tempat tidur.
"Sssst... kalian harus tenang nanti mommie terbangun karena kalian. Sekarang tiduran yang manis sambil melihat serial televisi. Kalian ingin menonton film apa."
"Bo... bo...bo... "
"Bobo boy Langit,"
"Daddy akan carikan tapi kalian harus janji dahulu kalau kalian akan tidur."
Dua anak ini mengangguk, Zen segera memutar film kesukaan mereka dan ikut berbaring di sisi pinggir.
"Untung saja ranjang ini luas sehingga muat berempat.
"Susu..." kata Bulan. Zen langsung bangun dan memanggil pelayannya untuk membuatkan anak anak ini susu.
Dua botol dot sudah di tangan mereka anak nak tiduran, tapi mereka masih saja gelisah.
"Mommie... mommie..." panggil Langit membangunkan ibunya, Lovely secara otomatis menepuk pantat Langit dengan mata terpejam. Bulanpun melihat ke arah Langit ingin ikut ditepuk juga pantatnya. Zen yang mengerti langsung menarik tubuh Bulan ke arahnya dan menepuk pantat Bulan.
"Daddy boleh kami tinggal disini..?" tatap Bulan ke wajah Zen.
"Memang Bulan ingin tinggal dengan daddy? "
"Rumah daddy bagus Bulan suka... Daddy juga baik... kacihan mommie sendili alau malam suka cape atanya, disini ada daddy Bulan tidak ucah belebut dengan Langit lagi kalau mau tidul."
Zen memeluk tubuh mungil anaknya. Mengusapnya lembut dan melihat ke arah Lovely yang memeluk Langit juga. Langit memang terlihat lebih manja dari pada Bulan. Padahal Langit kakaknya. Apakah Lovely tahi bahwa dia yang mengadzani kedua bayinya waktu itu.
Ketika itu musibah datang adiknya Sheryl menderita pendarahan ketika hamil dulu. Hamil diluar nikah, entah itu musibah atau juga rencana tuhan, Sheryl dan anaknya tidak harus menderita karena ulah pria yang tidak bertanggung jawab. Sewaktu dia menemani Sheryl dia melihat dua bayi kembar yang habis dimandikan. Zen menawarkan diri untuk mengadzani anak anak itu karena tidak ada satu orang pria pun disana. Dia sama sekali tidak menyangka bayi bayi itu adalah anak anaknya. Andai saja dia tahu itu adalah anaknya pasti Zen akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Kini mereka di hadapannya, bersamanya, dia tidak mungkin melepaskan mereka lagi apapun yang terjadi. Andai kata Lovely memilih tinggal bersama pria yang dicintainya dia harus mau meninggalkan anak anaknya.
ceritanya bagus, keren banget 👍
semoga sukses selalu