NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Heh Ferguso

Aku mengerti" Kana tersenyum penuh arti, ia tidak memaksa.

"Kebahagiaan dari keluarga itu penting" Dia kemudian mengalihkan fokus dengan tepukan ringan.

"Oke, mari kita tinggalkan misteri Misso Ramen dan pesan rahasia itu. Sudah jamnya 13.00. Saatnya Waseda".

Kana mulai berjalan menuju pintu "Waseda memang di Shinjuku dekat taman Toyama. Kita akan naik kereta yang sama seperti semalam, tapi kita akan turun satu stasiun sebelum Takadanobaba, di stasiun Waseda. Jangan khawatir, keramaian Shinjuku berbeda dari stasiun transit. Kamu akan melihat banyak mahasiswa di sana." Kana menjelaskan kepada Cia.

Cia mengangguk, menarik napas dalam-dalam. Tekad di dadanya kembali menyala. Urusan hati bisa menunggu. Sekarang waktunya ke Kampus.

"Baik Kana-san. Aku siap" Jawab Cia sambil melangkah keluar pintu kaca, mengikuti langkah mantap Kana menuju cahaya sore Tokyo.

*******

Sedangkan di belahan dunia yang lain.

"Kak Cia gak ada, masa Mas gak percaya?" Kata Rina. Karena Dani memaksa ingin bertemu dengan Cia.

"Emangnya dia kemana? lagi jualan kue? kok aku gak liat di jalan?" tanya Dani.

"Lho emangnya Mas Dani gak tahu kalo Kak Cia udah ke Jepang? Kak Cia kuliah ke Jepang udah berangkat dua hari yang lalu" Kata Rina.

"Jepang? Hahahaha...menghayal kok ketinggian sih. Mana mungkin ke Jepang? duit dari mana? Emang kamu pikir Jepang itu bisa nyampe dengan jalan kaki?" Dani ketawa ngakak mendengar perkataan Rina.

Rina memutar bola mata malas. "Ya Udah kalo gak percaya. Tanya aja sana sama Pak Lurah. Kalo gak sama pak Sopir desa, beliau yang nganterin Kak Cia ke Bandara" Kata Rina lalu berbalik meninggalkan Dani yang tidak percaya.

"Masa Sih? Kalo Cia ku ke Jepang gimana caranya aku bisa deketin dia? Apa aku juga harus nyusul ke Jepang?" Dani tiba-tiba merasa kepalanya pusing. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Nyonya Sinta, ibunya Dani melihat anak laki-laki satu-satunya mukanya muram.

"Kenapa kamu, kok muram durja gitu mukanya" tanya Nyonya Sinta.

"Bu...gimana ini apa aku harus ke Jepang juga?" kata Dani. Nyonya Sinta kaget mendengarkan perkataan anaknya.

" Ke Jepang? ngapain? nenek moyang kamu gak ada di Jepang. Semuanya ada di Indonesia" Jawab Nyonya Sinta konyol.

"Huh Ibu...aku bukan mau nyari nenek moyang kita bu, tapi aku mau nyusul belahan jiwa aku, masa depan aku bu" kata Dani.

"Belahan jiwa? emang siapa?" tanya ibunya lagi.

"Cia lah, siapa lagi bu. Cia udah ke Jepang. Gimana aku mau deketin dia kalo dia jauh" kata Dani frustrasi. Sepertinya Dani bucin akut dengan Cia.

"Emang Cia ke Jepang? kata siapa? oh...paling dia jadi TKW di sana. Udahlah lupain Cia. Masih banyak gadis yang lain. Ibu bisa carikan kamu gadis yang lebih cantik dan tentu saja lebih kaya dari Cia." kata Nyonya Sinta.

"Gak mau bu, aku maunya Cia. Dia itu walaupun gadis desa dan miskin tapi dia cantik. Ada sesuatu di dirinya yang membuat aku cinta sama dia." kata Dani sambil duduk dan menopang dagunya di meja. Kelihatannya dia sangat sedih sekali kehilangan Cia.

"Pokoknya aku mau ke Jepang" kata Dani lagi.

"Emang kamu pikir ke Jepang itu ongkosnya sedikit kali. Lagian emangnya kamu bisa ngomong bahasa Jepang?" tanya Nyonya Sinta lagi.

"Enggak sih. Tapi kan bisa belajar" kata Dani antusias. Sombongnya Dani, sedangkan sekolahnya aja naik kelas karena dibayar sama bapaknya. Kalo enggak mah gak tamat-tamat dia sekolahnya. Pake acara mau belajar bahasa Jepang lagi. Ckckckck....

"Suka hatimu lah...eh tapi ibu punya Lho kenalan anak gadis cantik banget. Anaknya temen ibu kamu mau gak kenalan sama dia?" tanya Nyonya Sinta lagi ketika dia teringat dengan anaknya temannya. Dani diam gak menanggapi perkataan Ibunya. "Nanti ibu atur pertemuan ya buat kalian berdua" katanya lagi.

"Huh Ibu aku maunya Cia, titik gak pake koma. Pokoknya aku terCia-Cia" kata Dani lagi. Ibunya mendekati Dani lalu mengelus pundaknya pelan.

"Kalo kamu mau sama anak gadis orang, maka kamu harus bekerja dong biar nanti bisa nafkahin anak gadis orang. Ini kamu disuruh kerja gak mau. Gimana bisa. Emang cukup anak orang dikasih makan cinta?" tumben Nyonya Sinta nasehat yang bener.

Hehehhe. Mungkin Nyonya Sinta sudah mulai sadar.

"Ngapain kerja bu, uang bapak sama Ibu kan udah banyak. Nanti aku nafkahin isteri aku pake uang warisan dari bapak lah" kata Dani.

Heh ferguso dia pikir uang bapaknya banyak datang sendiri apa? Bapak nya kerja baru ada uang, yah walaupun kerjanya jahatin orang tapi kan itu namanya kerja kan??

Nyonya Sinta menarik napas panjang memandang putranya dengan campuran rasa lelah dan gemas.

"Gak bisa gitu Dan. Wanita sekarang itu suka dengan cowok yang mapan. Yang punya penghasilan sendiri. Liat aja itu Cia udah merantau ke Jepang, nanti semakin gak mau sama kamu karena nanti uangnya pasti banyak tuh. Levelnya nanti sudah semakin tinggi. Kamu harus tunjukin kalo kamu itu bisa mandiri dan gak andelin warisan doang" kata Nyonya Sinta lagi.

Dani mencebik "Emang cuma dia doang yang bisa ke Jepang? Pokoknya aku mau ke Jepang. Aku mau nyusul Cia. Aku harus tunjukin kalo aku juga bisa" katanya penuh bersikeras, nadanya kembali penuh semangat.

Melihat tekad aneh anaknya, Nyonya Sinta akhirnya mengalah. Daripada anaknya murung terus-terusan.

"Baiklah. Tapi kamu dengar ibu, besok kita ke Jakarta. Ibu kenal baik dengan pemilik travel agent yang bisa mengurus semuanya. Kita urus tiket dan Visa kamu, secepatnya. Tapi kamu harus janji, sampai di sana kamu harus buktikan kepada Cia kalo kamu juga berkelas" Kata Nyonya Sinta.

Dani langsung melompat berdiri, wajahnya sumringah.

"Serius bu? Makasih bu, Ibu memang yang terbaik". Dalam benaknya Dani sudah membayangkan dirinya tiba-tiba muncul di hadapan Cia di Tokyo, layaknya seorang pahlawan. Dia tak peduli biaya, yang penting Cia kembali ke pelukannya.

*******

Sementara drama di desa berakhir dengan keputusan implusif. Cia dan Kana tiba di stasiun Waseda. Berbeda dengan hiruk pikuk stasiun takadanobaba, Waseda terasa lebih "kampus". Keramaiannya adalah kedamaian terpelajar. Dipenuhi oleh anak muda dengan ransel tebal, beberapa memegang buku besar, yang lain asyik berdiskusi. Atmosfernya langsung terasa akademis dan serius, sedikit meredakan kupu-kupu yang masih menarik di perut Cia akibat panggilan telepon dari Juna.

"Ini dia Waseda" kata Kana menghentikan langkahnya di sebuah gerbang hitam besar dengan plakat 'Universitas Waseda' yang elegan. Bangunan-bangunan di dalamnya tampak kokoh dengan arsitektur gaya barat klasik yang menawan, di selingi bangunan modern.

Cia hanya bisa menatap takjub. Ini adalah pemandangan yang selama ini hanya ada di dalam mimpinya.

"Kita ke kantor urusan pelajar internasional dulu. Di sana kamu akan ambil kartu mahasiswa, jadwal kuliah dan menyelesaikan semua dokumen" jelas Kana sambil berjalan masuk, langkahnya mantap, seolah kampus itu adalah miliknya sendiri.

Cia mengikutinya dari belakang. dia berusaha mengingat semua informasi yang ia dapatkan tentang sistem kredit, orientasi wajib, dan lokasi kantin.

Di setiap sudut ia melihat pelajar yang tekun. Rasa kecil hati kembali menyergapnya, tetapi ia segera menepisnya. Ia datang jauh-jauh dari desa bukan untuk merasa minder, melainkan untuk membuktikan diri.

Di dalam kantor yang ramai, Cia menyerahkan paspor dan formulir-formulir yang sudah disiapkannya. Sambil menunggu dipanggil, ia mencuri pandang ke ponselnya. Ia membuka obrolannya dengan Juna.

Pesan terakhir Juna "Selamat berjuang yah, sayang" Cia tersenyum. Dadanya kembali berdebar.

"Aku harus benar-benar memikirkannya selama seminggi" batin Cia. Cia segera mengunci ponselnya. Urusan hati walau mengasyikkan, bisa membuatnya hilang fokus. Cia gak mau tujuan awalnya kesini menjadi rusak . Dia harus fokus untuk masa depannya.

Ia menoleh ke Kana yang sedang tersenyum padanya, seolah tahu apa yang sedang ia pikirkan.

"Setelah ini kita ke perpustakaan, aku mau tunjukkan tempat terbaik untuk belajar. Kamu butuh tempat tenang untuk belajar" kata Kana.

Cia mengangguk "Iya Kana-san. Aku siap." Jawabnya. Suaranya lebih keras dan penuh keyakinan.

Bersambung

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!