NovelToon NovelToon
Tersesat Di Hutan Angker

Tersesat Di Hutan Angker

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Iblis
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Juan Darmawan

Enam mahasiswa—Raka, Nando, Dimas, Citra, Lala, dan Novi—memutuskan untuk menghabiskan libur semester dengan mendaki sebuah bukit yang jarang dikunjungi di pinggiran kota kecil. Mereka mencari petualangan, udara segar, dan momen kebersamaan sebelum kembali ke rutinitas kampus. Namun, yang mereka temukan bukanlah keindahan alam, melainkan kengerian yang tak terbayangkan.

Bukit itu ternyata menyimpan rahasia kelam. Menurut penduduk setempat, kawasan itu dijaga oleh makhluk halus yang disebut “penunggu hutan”, sosok jin yang berwujud manusia tampan dan wanita cantik, yang gemar memperdaya manusia muda untuk dijadikan teman di alam mereka. Awalnya, keenamnya menertawakan cerita itu—hingga malam pertama di hutan tiba.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juan Darmawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Menuju Bukit Arga Dipa

Dengan tangan masih bergetar, Nando mengambil sebatang kayu panjang yang ujungnya masih menyala dari sisa api unggun. Ia menatap bangkai ular itu sebentar—mata makhluk itu masih terbuka, menatap kosong tapi terasa hidup.

“Gue buang aja ya… daripada baunya makin parah,” katanya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Tak ada yang menjawab, hanya anggukan cepat dari Raka dan Lala.

Perlahan, Nando mencongkel tubuh ular itu dengan kayu. Cairan hitam yang menetes dari luka di kepalanya menimbulkan suara mendesis begitu menyentuh tanah, seperti air menetes ke bara api. Asap tipis keluar, dan aromanya makin menusuk hidung.

Langkah demi langkah, Nando menyeret bangkai itu menjauh dari tenda. Hanya suara sandal dan gesekan tubuh ular yang terdengar di antara sunyi malam. Di tepi jurang kecil tak jauh dari sana, ia berhenti sejenak.

Ia menatap sekeliling. Angin berhenti. Pepohonan tak bergoyang sedikit pun. Seolah hutan sedang menahan napas.

“Udah, sini aja,” gumamnya sendiri, mencoba menenangkan diri.

Dengan sisa tenaga, Nando mendorong bangkai itu ke tepi jurang. Tubuh ular raksasa itu terguling pelan, menimbulkan suara berat saat menghantam bebatuan di bawah sana.

Namun begitu suara terakhir menghilang, Nando mendengar sesuatu yang membuat darahnya membeku — desis panjang dari bawah jurang, diikuti suara seperti tawa lirih perempuan.

“Hhhhhh… hhhhihihi…”

Nando langsung mundur beberapa langkah, wajahnya pucat. Ia menatap jurang itu sekali lagi — tapi tak terlihat apa pun selain kabut pekat yang mulai merayap naik.

Ia berlari kembali ke arah tenda, napasnya memburu.

Begitu tiba, Lala langsung menyambut dengan cemas,

“Ndo! Kenapa lama banget!? Lu pucat gitu kenapa?”

Nando hanya menggeleng cepat.

“Gak… gak apa-apa. Udah gue buang bangkainya.”

Leo berdiri sambil meregangkan badan, lalu menepuk bahu Dimas dan Raka yang masih duduk di dekat api unggun.

“Yaudah, kita tidur yuk. Udah malam banget. Besok kita lanjut lagi ke puncak,” ucapnya dengan nada lembut tapi tegas. “Jangan lupa baca doa sebelum tidur, ya. Biar gak kejadian aneh-aneh lagi.”

Semua mengangguk pelan. Citra mematikan sisa api unggun dengan air minum yang tersisa, sementara Novi memastikan makanan sudah disimpan di dalam tas supaya tidak mengundang hewan.

“Gue masih agak deg-degan abis liat ular tadi,” gumam Lala sambil masuk ke dalam tenda.

“Santai aja, udah gue buang ke jurang kok,” sahut Nando cepat, meski nada suaranya terdengar sedikit bergetar.

Satu per satu mereka pun masuk ke dalam tenda. Suasana malam di Gunung Arga Dipa terasa sangat sunyi—hanya terdengar desiran angin dan sesekali suara serangga di kejauhan.

Nando berbaring di pojok tenda, menatap langit-langit kain yang bergoyang pelan tertiup angin. Tapi di tengah keheningan itu, samar-samar ia kembali mendengar suara desis lirih, sangat halus…

“hhhhh.....sssshhh,”

Matanya langsung terbuka lebar. Ia menoleh, tapi semua temannya sudah tertidur pulas.

Ia menelan ludah, menarik napas panjang, lalu memejamkan mata rapat-rapat sambil berusaha membaca doa dalam hati.

Namun dari luar tenda…

terdengar suara langkah basah, seperti sesuatu menyeret tubuhnya pelan di tanah lembap, mengelilingi tenda mereka.

****

Suasana di rumah Ki Waryo malam itu terasa mencekam. Angin berdesir kencang, membuat dedaunan bambu di belakang rumah beradu menimbulkan suara

“kreeek... kreeek…” seperti bisikan halus. Di meja kayu tua, tiga buah lentera minyak menyala redup, menerangi wajah tegang Pak Arman, Pak Asep, dan Ki Waryo.

“Kalau kalian benar-benar mau naik ke Arga Dipa malam ini, tentu kalian sudah tau salah satu larangan di gunung Arga Dipa untuk di lakukan jangan bicara sembarangan,” ucap Ki Waryo dengan suara berat, matanya menatap tajam ke arah Pak Asep.

“Di sana bukan tempat sembarang orang. Banyak yang tak kembali karena melanggar pantangan.”

Pak Asep menelan ludahnya pelan.

“Kami cuma mau memastikan apa benar ada rombongan mahasiswa yang naik ke sana. Sudah dua hari ndak ada kabar,” katanya lirih.

Ki Waryo mengangguk pelan.

“Aku tahu. Mengapa kita harus naik di jam dua belas malam karena malam Jum'at Kliwon di jam dua belas malam semua penghuni gunung Arga Dipa tidak disana,”

Pak Arman menatap arlojinya — jarum panjang sudah hampir menyentuh angka dua belas.

“Waktunya hampir tiba, Ki.”

Ki Waryo berdiri, memadamkan satu lentera, lalu berkata pelan,

“Kalau sudah sampai di puncak, jangan menoleh ke belakang. Apa pun yang kalian dengar, abaikan.”

Ketiganya pun keluar dari rumah Ki Waryo, hanya diterangi sinar bulan separuh. Dari kejauhan, bukit Arga Dipa menjulang gelap — seperti bayangan raksasa yang sedang menunggu mereka.

Malam itu, perjalanan menuju bukit pun dimulai...

****

Di rumah Bu Siti dan Aisyah sedang duduk di ruang tamu hanya diterangi dengan pelita.

Aisyah menoleh perlahan ke arah ibunya Bu Siti.

"Abi betul naik ke gunung Arga Dipa malak ini Mi?"

Bu Siti yang sejak tadi hanya menatap ke arah jendela langsung menoleh pelan ke arah putrinya. Cahaya pelita memantul di wajahnya yang tampak gelisah. Ia mengangguk pelan, suaranya bergetar saat menjawab.

“Iya, Nak… Abi pergi sama Pak Asep dan Ki Waryo Katanya cuma sebentar, mau memastikan keadaan anak-anak kota itu, kita banyak-banyak baca doa saja semoga Abi dan yang lainnya tetap dalam lindungan Allah,”

Aisyah menunduk, jari-jarinya memainkan ujung sajadah yang tergeletak di lantai.

“Tapi, Mi… kenapa harus malam-malam? Bukankah Ki Waryo pernah bilang bukit Arga Dipa gak boleh didatangi setelah magrib?”

Bu Siti menarik napas panjang, matanya mulai berkaca.

“Umi juga ndak tahu, Nak. Kadang adimu itu keras kepala. Kalau sudah berurusan dengan tanggung jawab, dia ndak mikir bahaya lagi.”

Tiba-tiba terdengar suara tok... tok... tok... dari luar pintu. Suara itu pelan tapi ritmenya aneh—tidak seperti ketukan orang biasa.

Aisyah menatap ibunya, wajahnya pucat. “Mi… siapa yang datang malam-malam begini?”

Bu Siti berdiri perlahan, menggenggam tangan Aisyah.

“Jangan bergerak dari sini ya, Nak,” bisiknya. Ia mendekati pintu, namun sebelum sempat membukanya, suara ketukan itu berhenti. Hening.

Tapi tiba-tiba dari arah jendela terdengar suara lirih memanggil…

“...Aisyah…”

“Cantik sekali anak itu,” ucap seseorang yang sedang mengintip Aisyah dari celah jendela.

Samidin yang sejak tadi duduk sambil menyeruput kopi di kursi bambu menoleh ke arah jalan desa. Dari kejauhan, terlihat tiga sosok berjalan perlahan membawa obor — Pak Arman, Pak Asep, dan Ki Waryo.

“Lho, itu bukannya Pak Arman sama Pak Asep, Jo?” ucap Samidin sambil menyipitkan mata.

“Malam-malam begini pada jalan bawa obor mau kemana mereka Jo,?”

Joko yang duduk di sebelahnya ikut menatap ke arah mereka.

“Iya Din itu memang Pak Arman mereka mau kemana malam-malam begini?”

“Jangan-jangan mereka mau ke bukit Arga Dipa Jo” ucap Samidin sambil meletakkan cangkir kopinya di meja.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Belum update aja saya dah rindu 😩❤️
Juan Darmawan: Tiap hari akan ada update kak😁
total 1 replies
ALISA<3
Langsung kebawa suasana.
Juan Darmawan: Hahaha siap kak kita lanjutkan 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!