Carmila harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya membawa selingkuhan ke rumah, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Pengkhianatan dari dua orang terdekatnya ini menghancurkan hati Carmila yang selama ini telah berjuang menjadi istri dan nyonya istana yang sempurna.
Dalam keterpurukannya, Carmila bertemu dengan Pangeran Kedua Kekaisaran, dan tanpa ragu mengajukan sebuah hubungan kontrak dengannya.
Apakah Pangeran Kedua itu akan menerima tawarannya, atau menolak secara dingin? Keputusannya akan menentukan arah permainan balas dendam Carmila, sekaligus membuka pintu pada skandal dan intrik yang tak terduga.
Revisi berjalan yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kami tidur bersama
Di sisi lain, Valerian juga sedang mempersiapkan langkahnya sendiri. Saat itu, ia duduk berhadapan dengan seorang pengacara.
“Perkenalkan. Saya Isolde.”
Valerian mengangguk pelan.
Isolde dikenal sebagai pengacara yang menangani kasus perceraian di kalangan bangsawan.
Setelah memperkenalkan diri, Isolde mengambil berkas di meja dan membacanya pelan. Keheningan sempat mengisi ruangan saat ia menelaah isinya.
Begitu Isolde menutup berkas tersebut, Valerian akhirnya berbicara. “Saya menerima tawaran cerai damai dari istri saya.”
Isolde mengangkat pandangannya. “Saya cukup sering menangani kasus perceraian di kalangan bangsawan. Jadi, tolong gunakan bahasa yang lebih formal saat berbicara dengan saya.”
Valerian terdiam sejenak lalu menghela napas pelan. “Baik. Saya hanya ingin tahu bagaimana proses perceraian akan berjalan, jika kasus ini benar-benar masuk pengadilan.”
Sejak menerima surat cerai dari Carmilla, pikirannya terus di penuhi berbagai skenario—dan tidak satu pun terasa menguntungkan baginya.
'Pilihan apa yang harus kuambil?' Batinnya.
Ada cara yang tepat untuk menerima perceraian damai, seperti yang Carmilla inginkan. Itu jalan paling tenang—tanpa ribut, tanpa drama, dan tanpa risiko mencoreng nama keluarga.
Jika ia memilih itu, hasilnya pun sudah jelas. Seraphina bisa ia angkat menjadi Duchess, dan Valerian tetap memegang seluruh dana yang Carmilla bawa saat menikah dulu.
Dana itu cukup untuk membuat hidupnya nyaman sampai tua nanti, tetapi—meskipun semua keuntungan itu terlihat jelas, Valerian sama sekali tidak ingin berpisah dari Carmilla.
Ia tahu persis kemampuan Carmilla dalam urusan bisnis. Wanita itu selalu bisa mengubah peluang kecil menjadi keuntungan besar. Jadi, melepaskannya terasa seperti langkah bodoh yang akan merugikan dirinya sendiri.
Karena itu, Valerian memutuskan untuk mencari pendapat. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi jika perceraian ini berubah menjadi gugatan, bukan kesepakatan damai.
“Kalau Anda memilih jalur gugatan, inti perkaranya cuma satu.” Isolde berkata pelan setelah mendengar penjelasan Valerian. “Siapa yang lebih dulu melakukan perselingkuhan.”
"Jika Carmilla yang berselingkuh duluan, apa yang akan terjadi?" Valerian bertanya dengan hati-hati.
Meski pertanyaan itu sedikit mengusik hatinya, ia tetap menanyakannya tanpa ragu. Lagi pula, tidak ada yang benar-benar tahu apakah Carmilla yang berselingkuh lebih dulu atau tidak.
Isolde menyipitkan mata, ekspresinya berubah seolah menimbang sesuatu. “Jika Duchess Carmila adalah pihak yang bersalah, mungkin Anda akan sedikit lebih di untungkan.”
“Kalau begitu, bisakah saya menuntut ganti rugi dari Carmilla?”
“Masalah ganti rugi sedikit lebih rumit, karena banyak kepentingan yang harus dipertimbangkan. Jadi saya tidak bisa memberi jawaban pasti… Tapi kalau pihak yang bersalah adalah lawan Anda, ya Anda bisa mendapat tambahan ganti rugi.”
“Begitu rupanya…”
Valerian bergumam sambil menundukkan pandangan. Matanya berkilat penuh ambisi.
“Sebenarnya… saya tidak ingin bercerai. Apakah banyak orang yang akhirnya memilih berdamai saat proses gugatan berlangsung?”
“Cukup banyak,” jawab Isolde. “Biasanya mereka menggugat karena emosi, tapi setelah dipikirkan secara rasional, jika perceraian tidak benar-benar menguntungkan kedua belah pihak, mereka akan memilih berdamai.”
Isolde tersenyum tipis, sambil menatap Valerian dengan pandangan yang sulit ditebak. “Dalam kasus seperti ini, banyak pasangan akhirnya kembali menjalani kehidupan suami-istri, berdamai, dan memutuskan hubungan dengan pihak selingkuhan.”
Setelah berpikir sejenak, Valerian berdiri, seolah sudah mendapatkan semua jawaban yang dia inginkan. “Terima kasih. Saya akan kembali, dan menghubungi Anda nanti.”
Saat Valerian hendak meninggalkan kantor, suara Isolde terdengar dari belakangnya. "Jika Anda berniat berbohong, lebih baik Anda membawa bukti yang akurat sehingga pihak lawan tidak bisa membantahnya."
Valerian berhenti sejenak. Dan Isolde kembali melanjutkan ucapannya.
“Lagi pula, jujur lebih baik dari pada menutupi kebohongan. Ini cuma saran, tapi dari pengalaman saya, gugatan yang penuh kebohongan hampir tak pernah berakhir baik.”
Kata-kata itu menusuk. Mungkin karena tersindir, Valerian merasa tidak nyaman.
'Sialan.' batinnya
......................
Valerian keluar dari kantor, masih dengan pikiran yang penuh pertimbangan. Suasana hati yang tegang belum sepenuhnya mereda, tapi ia segera menenangkan diri dan melangkah ke tujuan berikutnya.
––
“Ada apa ini?” Alistair mengerutkan kening ketika Valerian Hamilton muncul begitu saja di hadapannya.
“Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan,” ujar Valerian. “Aku ingin tahu bagaimana awalnya Anda bertemu Carmilla.”
Alistair menatapnya tajam. Kehadirannya yang tiba-tiba, jelas membuatnya risih, sekaligus menimbulkan rasa penasaran.
Valerian menelan ludah. Pria di depannya mampu menguasai suasana hanya dengan satu tatapan, namun Valerian membalasnya tanpa gentar.
Ia teringat ucapan Isolde tentang pentingnya bukti yang tidak bisa diganggu gugat. Dan saat ini, satu-satunya orang yang mungkin memegang kebenaran itu berdiri tepat di depannya. Carmilla tidak pernah mau bercerita tentang pertemuan pertama mereka—jadi Valerian hanya punya dua pilihan: menanyakannya langsung pada Alistair, atau mencari saksi yang belum tentu ada.
‘Mereka pasti menyembunyikan sesuatu,’ pikirnya.
Dan ia yakin alasan di balik kebohongan itu hanya satu: Carmilla berselingkuh lebih dulu.
Jika ia mendapatkan bukti akurat, maka sidang gugatan akan jatuh ke tangannya.
“Aku tahu cerita pertemuan pertama kalian itu bohong. Carmilla bahkan tidak pernah menggunakan saputangan.”
Valerian menahan napas sebelum melanjutkan, suaranya lebih rendah. “Katakan saja. Sejak kapan kalian berdua menjalin hubungan itu?”
Alistair menyipitkan mata, dan menatap Valerian seolah menimbang-nimbang sesuatu. “Kau benar-benar ingin tahu pertemuan pertama yang sebenarnya?”
Valerian mengangguk pelan. “Ya. Sebagai suami, saya berhak tahu.”
Alistair menjawab singkat, nada suaranya datar. "Kami tidur bersama."
“Apa maksudmu?” Valerian mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ucapan Alistair barusan cukup untuk membuatnya marah.
Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benaknya.
'Dia tidur dengan Carmila? Bagaimana bisa?'
Padahal tujuan awalnya hanya ingin menanyakan waktu pertemuan pertama mereka. Namun entah kenapa, percakapan ini justru melenceng jauh.
Andai Alistair bukan seorang pangeran, Valerian mungkin sudah menghantamnya tanpa pikir panjang. Namun menyentuh anggota keluarga kekaisaran hanya akan membuat keadaan jauh lebih buruk.
Valerian hanya bisa menahan diri, sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Lalu, saat ia hampir kehilangan kesabaran, Alistair yang sejak tadi menatap reaksinya, akhirnya tersenyum miring. “Tenang. Aku cuma bercanda.”