NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu kenalan

Diatas tumpukan batu spiritual.

Zhang Hao Perlahan ia membuka mata, tatapannya masih linglung. Saat melangkah ke pintu, ia menyadari hari sudah menjelang siang.

Tubuhnya masih sakit. Ia kembali duduk bersila, memejamkan mata, lalu mulai memulihkan luka.

Satu batang dupa berlalu sebelum ia akhirnya membuka mata dan mendengus lelah, “Metode sialan… semua energi spiritual habis, bahkan umurku ikut tergerus.”

Namun senyum tipis muncul di wajahnya, lalu ia mengeluarkan sebuah cincin, “Tidak rugi juga. Gadis aneh itu pasti sedang mengamuk sekarang.”

Ia berdiri perlahan, lalu berjalan menuju pasar terdekat. Hiruk pikuk pedagang memenuhi jalanan, suara logam beradu dari kios senjata menggema di udara.

Zhang Hao berhenti di salah satu lapak. Seorang penjual berambut putih menyapanya dengan ramah, “Pelanggan, silahkan pilih. semuanya berkualitas dan dibuat dengan bahan langka.”

Zhang Hao meliriknya, lalu perlahan mengambil satu per satu senjata untuk menimbangnya. Pedang terasa terlalu panjang, gada terlalu berat. Ia menggelengkan kepalanya, lalu mengembalikannya ke tempat semula.

Akhirnya, matanya berhenti pada sebilah belati. Ia menggenggamnya, mengayunkan sekali, lalu tersenyum tipis, “Ini ringan, pas untuk tangan, dan cocok dipadukan dengan tinju.”

Penjual itu tersenyum puas. “Pilihan bagus pelangan. Belati ini terbuat dari taring ular beracun tingkat ketiga. Katanya, bisa meracuni lawan secara perlahan.”

“Taring ular?” Zhang Hao mengangkat alisnya, lalu melemparkan tas penyimpanan. Ia melangkah mendekat, menunduk sedikit, dan membisikkan sesuatu pada penjual itu.

Mata penjual itu langsung berbinar. “Tiga puluh persen,” ujarnya cepat.

Zhang Hao tetap diam, menatap tajam. Penjual itu menambahkan, “Dua puluh persen itu batas terakhirku.”

“Sepakat. Oh ya,” Zhang Hao menoleh sebentar, “tempat yang banyak dihuni binatang iblis tingkat pertama dan kedua...apakah kamu tahu dimana tempatnya?”

“Lurus ke barat, ada sebuah hutan,” jawab penjual itu, kemudian menutup tokonya dan pergi begitu saja.

Melihat penjual itu pergi, Zhang Hao tersenyum tipis. Kembali ke kamarnya dan kembali duduk, tenggelam dalam kultivasi.

-----

Lima hari pun berlalu. Akhirnya, Zhang Hao membuka matanya dan melangkah keluar dari pengasingan. “Tinggal  bagian hati. Aku harus mencari harta karun atribut api,” gumamnya pelan.

Tanpa membuang waktu, ia berjalan menuju pasar, mengambil uang hasil kesepakatan, lalu melangkah keluar kota,

***

Di bagian selatan kota Qinghe, seorang gadis bergaun biru terus menyusuri jalan-jalan sempit kota, mencari cincin penyimpanannya. Lima hari terakhir terasa seperti mimpi buruk baginya. Selain harus menemukan cincin itu, ia juga harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh saudarinya.

Rasa frustrasinya semakin menumpuk. Ia berkeliling tanpa henti, matanya menyapu setiap sudut kota, namun cincin itu seakan menghilang begitu saja.

Tiba-tiba, di tengah keputusasaan, ia melihat Zhang Hao keluar dari gerbang kota. Sesuatu menyentak ingatannya.

“Pasti dia yang mencurinya… tapi bagaimana caranya? Dengan kultivasinya, dia mungkin tidak akan lolos dari persepsiku,” pikirnya, wajahnya perlahan menegang.

Lima hari berlalu tanpa hasil. Gadis itu menunduk sejenak, tubuhnya gemetar. “Ak…aku tidak ingin kembali!”

***

Sore hari di hutan itu dipenuhi lolongan serigala. Dari balik kegelapan, mata-mata merah bermunculan, mengitari Zhang Hao yang pakaian telah compang-camping dengan belati di genggamannya.

Senyum tipis merekah di bibirnya.

“Bagus... lagi, kalian terlalu lemah,” desisnya dengan penuh semangat.

Seekor serigala menerkam dari sisi kiri.

Ia tidak menghindar. Ia maju selangkah.

Belatinya langsung memotong tenggorokan hewan itu, lalu dengan hentakan kasar ia melemparkannya ke samping. Darah muncrat membasahi rerumputan, tapi ia justru senyum melebar seperti mabuk dalam aroma amis.

Tiga ekor lain menerkam bersamaan.

Ia menunduk, membiarkan satu cakar menggores bahunya. Namun sebelum serigala itu sempat mundur, ia menusuk matanya dengan tepat, hingga kepala binatang itu kehilangan arah. Yang satunya berusaha menggigit, tapi ia justru menyambut dengan menancapkan belati ke dalam mulut terbuka itu, menusuk sampai ke tengkuk. Dan  yang lainnya melompat menerkam, namun Zhang Hao langsung membuat penghalang mini memblokirnya.

“HAHA! Ayo! Kalian semua maju! MARI!!!” teriaknya, matanya membelalak liar  penuh kerinduan.

Kawanan itu menggertakkan gigi, namun aura aneh memancar dari tubuh manusia itu. Ia tampak lebih buas daripada serigala-serigala itu sendiri.

Napasnya terengah, tubuh penuh luka, namun wajahnya penuh kesenangan.

“Belum cukup… ayo lagi!!”

Serigala-serigala yang tersisa mulai ragu, melangkah mundur. Tapi Zhang Hao melangkah maju dengan gerakan miring, menggenggam belatinya yang kini berlumuran darah.

“Mundur? Tidak ada yang boleh kabur…kalian semua milikku….uangku”

Dan ia kembali menerjang ke dalam kawanan, seperti iblis, menari dengan bilahnya di antara genangan darah.

Segera, Zhang Hao mulai kelelahan. Dengan cekatan ia langsung naik keatas pohon meninggalkan serigala yang terus bermunculan.

-----

Diatas pohon, Zhang Hao duduk dan mulai memeriksa kondisi tubuhnya.

Sesaat kemudian ia menghela nafas karena luka-lukanya mulai menutup. Segera ia menyadari energi kehidupan pada tubuhnya mulai menipis, lalu mulai menutup mata dan membimbing energi kehidupan tersebut berkumpul di jantungnya.

Whoosh!

Suara anak panah mendesing, melesat ke arahnya. Refleks, dengan sisa energi spiritual yang tersisa, Zhang Hao membentuk penghalang tipis, membelokkan arah anak panah itu.

“Siapa? Keluarlah!” teriak Zhang Hao marah sambil terjatuh dari pohon.

Segera, dua wanita segera muncul dari balik pepohonan.

“Yah, kukira aku berhasil memanah burung,” ucap salah satunya dengan nada main-main.

Wanita lain menatap Zhang Hao yang terlihat menyedihkan, lalu menyeringai mengejek. “Pria kecil, maafkan kami. Sebagai kompensasi, bagaimana kalau kau menjadi pelayan kami?”

Zhang Hao menatap tajam. Ia segera menyadari, meski sombong, keduanya belum membentuk Lautan Spiritual. Ia menghela napas, lalu mengaktifkan Metode Asal Surgawi—seketika identitas mereka terungkap dalam pikirannya.

“Jadi, kalian rupanya…” gumam Zhang Hao sambil tersenyum dingin.

Tanpa peringatan, ia mengeluarkan senjata berbentuk tali. Dalam sekejap, tubuh kedua wanita itu terikat erat hingga tidak bisa berteriak. Dengan langkah ringan, Zhang Hao menyeret mereka menuju tempat lain.

-----

Di dalam sebuah gua yang sunyi, Zhang Hao menyalakan api unggun.

Ekspresi tampak penuh kepuasan dan kegembiraan, pasalnya selama periode waktu ini ia sangat ingin membalas semua rasa sakit yang dia alami.

Tak jauh darinya, dua gadis duduk terikat dengan mulut tersumbat. Tatapan mereka penuh amarah, wajah mereka merah karena kepedasan, mata menyala-nyala seakan ingin melahapnya  hidup-hidup.

Bagaimana tidak? mereka tahu betul siapa pria di depannya. Dulu pria itu sangat lemah bahkan tidak bisa melawan, namun saat ini bisa mengalahkan mereka dengan mudah.

Zhang Hao mengabaikan tatapan mereka, menutup mata, lalu mulai bermeditasi.

Api itu bergoyang-goyang di udara, menerangi wajah ketiganya, juga memantulkan sosok sosok gadis muda yang perlahan mendekat.

Mu Huan berjalan ke sisi lain cahaya api, wajahnya di dalam cahaya, perlahan muncul dan tampak tidak asing, rambut hitam diikat, sosoknya terlihat seperti seorang pemimpin yang berkuasa, elegan namun lembut.

Zhang Hao yang masih duduk di panggung batu kecil itu tersenyum, membuka mata, menilai Mu Huan, katanya, “Aku tahu cepat atau lambat kamu pasti datang, kemungkinan dua orang bodoh itu telah meninggalkan petunjuk.”

Mu Huan perlahan duduk di depan api unggun. “Apakah mereka baik-baik saja?”

Zhang Hao mengangguk, lalu berkata : “ Hanya Keluhan lama. apakah kamu marah?”

Mu Huan menggelengkan kepala, melepaskan persepsinya. Secara perlahan, ia mulai memeriksa kondisi kedua gadis itu, beberapa saat, ia menghela nafas.

Zhang Hao kebingungan, menghadapi wanita yang tampak muda dan lembut ini, sungguh sulit menghubungkannya dengan sikapnya dua tahun lalu.

Perlahan, Mu Huan melemparkan sebuah kantong penyimpanan. Refleks, Zhang Hao langsung menangkapnya.

“Lanxing memintaku memberikannya padamu,” ucapnya lembut.

Zhang Hao langsung memasukkannya ke dalam saku bajunya dengan tenang. Disisi lain, Mu Huan mengerutkan kening, lalu menghela nafas panjang.

Ia perlahan berdiri, berjalan mendekati kedua gadis itu yang sudah pingsan, lalu menoleh. “Kami harus kembali, hati-hati hutan ini kemungkinan akan kacau.”

Zhang Hao tidak menjawab. Begitu Mu Huan dan yang lain meninggalkan gua, ia mengangkat tangannya. Dari cincin penyimpanan, sebuah plat array perlahan muncul dan langsung memasangkannya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tahapan-tahapan:

Kultivator:

Mortal Realm (Fana / Manusia Biasa) : Hidup normal, kekuatan fisik alami, masih terikat usia dan penyakit.

Physical Body Realm (Tubuh Fisik / Tempering) :  Menempah tubuh, meridian, tulang, darah, akupunktur, membuka jalur energi.

Divine Treasure Realm (Gudang Ilahi / Organ Dalam) : Memperkuat lima organ (jantung, hati, limpa, paru, ginjal) agar tahan energi tinggi, biasanya sesuai lima elemen.

Spiritual Sea Realm (Lautan Spiritual) : Membentuk dan memperluas lautan energi di dantian. Bisa menyalurkan energi ke luar. (Rendah, menengah, atas, dan puncak)

Divine Palace Realm (Istana Ilahi) : Membangun istana energi di dalam Lautan Spiritual (1-9)

True Spirit Realm (Roh Sejati) : Lahirnya roh inti dari Istana Ilahi. (Rendah, menengah, atas, dan puncak)

Return to Treasury Realm (Kembali ke Perbendaharaan) : Menyatukan roh dan lautan spiritual ke dalam satu inti 'perbendaharaan'.  (Rendah, menengah, atas, dan puncak)

Tingkatan binatang atau monster:

Tingkat pertama

Tingkat kedua (setara spiritual sea realm)

Tingkat ketiga (memiliki kecerdasan tingkat rendah) 

Tingkat Keempat (memiliki kecerdasan tingkat menengah)

Tingkat Kelima (memiliki kecerdasan tingkat tinggi)

Tingkatan senjata :

Senjata Kelas Rendah

Senjata Kelas Menengah 

Senjata Kelas Atas 

Senjata kelas bumi (rendah,menengah, atas)

Senjata kelas langit (rendah, menengah, atas)

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!