⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
⚠️Rawan Typo!
⚠️Mengandung adegan romans✅
⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅
Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana dengan bekerja sebagai cleaning service di perusahaan besar.
Entah tejatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
"Saya akan membantu kamu asal kamu mau menikah dengan saya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 25
Diruang tamu
"Eh tau gak?" Bisik Tino dengan kepala yang mencondong kearah Emrik dan Sania.
"Apa?" Tanya Sania dengan antusias. Berbeda dengan Emrik yang bertanya seperti tidak tertarik dengan bahan obrolan Tino, "Apa?" Tanya Emrik dengan malas.
"Sepertinya tadi kakak ipar tidak sakit."
"Hah maksudnya? Nea pura-pura gitu?" tanya Sania. Sedangkan. Emrik hanya diam saja dan masih asik dengan secangkir kopi ditangannya.
"Bukan bukan gitu. Sakitnya beneran, tapi penyebab sakitnya itu loh, bukan sakit karena memang sakit. Tapi karena kelelahan dan tubuhnya masih beradaptasi dengan sesuatu yang baru."
Kini Emrik sedikit menyimak, walaupun masih belum mengeluarkan tanggapan.
"Kecapean? Oh mungkin Nea sakit karena capek dengan kuliahnya, dan tubuhnya beradaptasi dengan kegiatan baru."
"Bukan itu cantik!"
Emrik sedikit tersedak saat Tino kesal dan memanggil Sania cantik, sedangkan Sania ia malah tersipu malu.
"Ini bukan saatnya tersipu." ujar Emrik sewot menatap Sania tajam. "Cepat to the point! Apa yang menyebabkan nya sakit?" Emrik geram.
"Dasar sirik!" ejek Saniakepada Emrik.
"Yaampun kalian itu pasangan tapi kok gak ada romatis-romantis nya sih!" Cibir Tino melihat kelakuan mereka berdua yang selalu bertengkar dan berdebat.
"Cih! Pasangan? Jangan mimpi." kini berganti Emrik yang mencibir Sania.
"Enak aja. Saya juga amit-amit sepuluh tanjakan, lima belas turuna, duapuluh tikungan kalau saya jadi sama kamu!" ucap sania dengan mengetuk-ngetuk kan tangan nya ke meja yang ada di depan nya.
"Udah yah kalau urusan itu kalian bisa rundingkan dibelakang jangan disini. Sekarang ini yang ingin aku bahas adalah..."
"Ekhem!" suara deheman seseorang mengagetkan mereka yang tengah bergosip.
"Eh pak Ryszard. Gimana keadaan Nea?" Tanya Sania mencoba mencari topik.
"Dia sedang istirahat. Tapi sekarang kenapa kalian semua masih disini?"
"Kita baru saja mau kembali ke kantor, iya kan?" Ucap Emrik sambil menendang kaki Sania.
"Aduh!" Pekik Sania yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari Emrik.
"Eh em iya pak." jawab Sania kik kuk.
"Kau?" Sekarang Ryszard beralih kepada Tino.
"Oh aku? Ini kebetulan lagi kangen kopi bikinan bi Lastri yang limited edition itu, jadi numpang ngopi bentar sambil duduk enak kalik yah."
"Tadi kau bilang banyak pasien."
"Nah itu dia masalahnya! Kalau sekarang aku kembali kerumah sakit. Aku bakal ngerawat semua pasien yang banyak itu. Dan itu bakal bikin aku capek banget jadi ya ngulur waktu dikit nggak papa lah."
Sania hanya menggeleng dan membatin mendengar alasan Tino yang menurutnya kelewat absurd itu. "Ada yah dokter seperti itu! Mungkin dulu sekolahnya bayar getuk kali yah." tin Sania.
"Rik kamu cansel saja semua meeting saya hari ini. Dan bawa dia dengan mu, siapa tahu bisa membantu mu." ucap Ryszard dengan menunjuk kearah Sania.
"Saya pak?" Tanya Sania dengan menunjuk dirinya sendiri dan diangguki oleh Ryszard.
"Maksudnya saya ikut dia jadi asisten nya gitu? Saya nggak mau." tolak Sania.
"Cih! Saya juga gak sudi mempunyai asisten seperti kamu!" Sahut Emrik.
"Oke kalau kamu nggak mau. Saya akan telpon staf HRD untuk mengeluarkan kamu." ancam Ryszard.
"Eh pak kok gitu sih! Oke saya mau tapi gaji saya naik tiga kali lipat dong."
"Itu tidak masalah" jawab Ryszard menyanggupi.
"Hei kamu cuman bantu saya satu hari! Masak mau naik gaji tiga kali lipat. Lagian saya juga yakin kamu bukannya membantu malah akan menyusahkan saya nanti" ucap Emrik tak terima.
"Jangan berdebat. Ini sudah keputusan saya." ucap Ryszard final.
Sedangkan Sania yang merasa berdiri diatas awan pun menjulurkan lidahnya mengejek pada Emrik.
"Kalian boleh pergi" usir Ryszard kepada mereka pergi dan berbalik badan melangkah menuju kamar nya.
*****
Dikamar
Nea yang merasakan ingin buang air kecil. Ia mencoba turun dari ranjang. Tapi saat ia hendak melangkah, tubuh bagian bawah nya terasa nyeri.
"Ahk aw" pekik Nea merasakan nyeri sekaligus perih.
Tiba-tiba pintu terbuka.
"Hei saya sudah bilang jangan bergerak dari sisi kenapa kamu keras kepala." ucap Ryszard berjalan teburu-buru ke arah Nea yang terlihat kesakitan.
"Aku cuman mau pipis." cicit Nea.
"Kenapa kamu tidak bilang?"
"Masa pipis aja harus bilang, saya cuman demam bukan lumpuh" protes Nea.
Nea kembali mencoba untuk berjalan, namun lagi-lagi tubuh bagian bawahnya tidak bisa berkompromi.
"Aw"
"Kenapa? Mana yang sakit?" Tanya Ryszard khawatir melihat Nea yang merintih kesakitan.
Nea hanya diam dan tidak mengatakan apapun, tapi dia mengarahkan pandangan nya kearah yang ingi ia bicarakan namun malu untuk bilang.
Ryszard melihat arah pandangan Nea. Sepertinya Ryszard tahu Nea sakit dibagian mana. Tentu saja ia tahu, karena dia lah bagian itu jadi sakit sekarang.
Tak berpikir panjang. Ryszard segara menggendong Nea menuju kamar mandi.
"Akhh! Turunin saya." pekik Nea yang tak dihiraukan oleh Ryszard.
"Diam. Saya hanya ingin membantu kamu ke kamar mandi." seketika Nea diam dan tak meronta.
Ryszard menundukkan badan nya ke toilet dengan hati-hati.
"Kenapa masih disini?" Tanya Nea saat menyadari tidak ada pergerakan dari Ryszard untuk keluar dari kamar mandi.
"Saya tunggu disini." mendengar itu Nea melotot. Bangaimana mungkin ia akan buang air didepan pria ini.
"Jangan bercanda deh, gak lucu! Dan lagi pula saya males ribut sama mas." ucap Nea kesal.
"Saya nggak becanda atau ngajak kamu ribut." jawab Ryszard enteng.
"Terus ini apa? Saya mau pipis. Kenapa mas masih disini?" Tanya Nea jengkel.
"Saya hanya memastikan kamu baik-baik saja."
"Saya gak akan kenapa-napa mas disini, lagi pula saya bukan anak kecil yang harus ditemani kalau pipis." gerutu Nea.
"Siapa yang bilang kamu anak kecil? Kalau kamu mau pipis ya pipis aja. Nggak perlu malu, kamu lupa siapa yang mengganti pakaian mu dan apa yang sudah kita lakukan semalam? Atau perlu saya ingatkan lagi?".
"Udah saya capek debat terus sama mas. Sekarang lebih baik mas keluar saya udah nggak tahan nih mau pipis. Cepet!" Ucap Nea kesal dengan diakhiri dengan teriakan di ujung kata.
Mendengar Nea berteriak. Mau tak mau Ryszard harus keluar dari pada ia harus merelakan gendang telinganya jebol.
Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"