Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.
Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.
Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.
Yuk, simak kisahnya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Salahkah aku jatuh cinta?
Langkah Hansel terasa berat saat ia menyusuri lorong rumah yang sepi. Malam itu hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Hatinya kacau, kata-kata Laudya masih terngiang, namun dorongan batin membawanya berhenti di depan kamar yang kini dihuni Hana.
Hansel mengetuk pelan pintu kamar tersebut. Tidak ada jawaban, dengan ragu, Hansel membuka pintu dan mendapati Hana sedang duduk di ranjang, bersandar pada bantal besar. Wajahnya pucat, tapi matanya yang lelah menatap lembut begitu menyadari siapa yang datang.
“Mas … belum tidur?” suara Hana lirih, hampir seperti bisikan. Hansel, tersenyum mendengar panggilan itu yang tak seperti biasanya. Hansel lalu mendekat, duduk di tepi ranjang. Pandangannya jatuh pada perut Hana yang kian membesar. Ada rasa haru sekaligus perasaan yang tak bisa ia kendalikan lagi.
“Kamu sudah minum obat vitamin dari dokter tadi?” tanyanya pelan.
Hana mengangguk. “Sudah, Mas. Jangan khawatir.”
Keheningan turun di antara mereka. Hansel menunduk, menatap jemarinya sendiri, lalu tiba-tiba ia meraih tangan Hana. Genggamannya erat, seolah tak ingin melepaskan. Hana terkejut, tapi tak menarik diri.
“Maafkan aku, Hana…” suara Hansel bergetar. “Aku tahu aku tidak boleh terlalu jauh. Tapi entah kenapa … aku selalu ingin ada di dekatmu.”
Hana menatap wajah Hansel, hatinya bergetar. Ada air yang menggenang di pelupuk matanya. Dia ingin menepis, ingin berkata bahwa ini salah, tapi bibirnya kelu.
“Mas…” hanya itu yang keluar, nyaris tanpa suara. Hansel menggeser duduknya, kini wajahnya hanya sejengkal dari wajah Hana. Nafasnya hangat menyentuh kulit Hana.
“Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Tapi setiap melihatmu, setiap melihat bayi ini …” ia menoleh sejenak pada perut Hana, lalu kembali menatap matanya, “aku merasa … aku benar-benar seorang ayah. Dan kamu...” Hansel terhenti, matanya berkaca-kaca. “Kamu lebih dari sekadar ibu pengganti.”
Air mata Hana jatuh tanpa bisa ia cegah. Kata-kata itu terlalu dalam. Perlahan, ia menunduk, suaranya pecah.
“Mas … jangan buat aku berharap. Aku takut … aku terlalu jauh mencintaimu.”
Hansel menangkup wajah Hana, mengangkatnya agar mata mereka kembali bertemu. Ia menelan ludah, lalu dengan penuh keraguan namun juga dorongan hati yang tak tertahan ia menunduk, mengecup kening Hana lembut, sama seperti di ruang USG siang tadi.
“Kamu tidak sendiri, Hana,” bisik Hansel. “Aku di sini dan akan selalu berada di sini.”
Hana terisak, tangannya refleks meremas jemari Hansel. Untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, ia merasa bukan hanya sebagai seorang titipan. Malam itu, perasaan yang selama ini mereka tekan perlahan pecah, meski keduanya tahu ada dinding besar bernama Laudya yang sewaktu-waktu bisa meruntuhkan segalanya.
Suasana kamar tamu malam itu begitu hening, hanya terdengar detak jam dan tarikan napas yang kian berirama. Hansel masih menangkup wajah Hana, pandangannya dalam, seolah mencari jawaban di mata istrinya itu.
“Hana…” suaranya parau, bergetar di antara perasaan yang sudah tak mampu ia bendung, “aku tidak bisa lagi menyangkalnya, aku mencintaimu.”
Air mata Hana jatuh semakin deras, dadanya bergemuruh. Kata-kata itu adalah sesuatu yang selama ini ia pendam, ia harapkan, tapi tak berani ia bayangkan benar-benar keluar dari bibir Hansel.
“Mas…” suaranya bergetar, “aku juga, aku sudah lama mencoba menolak. Tapi setiap kali kamu ada di sampingku, aku semakin jatuh … jatuh cinta padamu.”
Tanpa perlu banyak kata lagi, Hansel meraih tubuh Hana, memeluknya erat seakan takut kehilangan. Ciumannya mendarat lembut di kening, lalu bergeser ke pipi, hingga akhirnya bibir mereka bertemu dalam pengakuan yang tak lagi bisa disembunyikan.
Malam itu, untuk pertama kalinya mereka bersama bukan karena kewajiban, bukan karena permintaan siapa pun. Malam itu, Hansel begitu lembut, setiap sentuhannya dipenuhi cinta, dan Hana meresapi semuanya dengan senyum dan tangis yang bercampur. Rasa sakit yang dulu pernah ia terima kini berganti dengan kenikmatan yang lahir dari ketulusan hati. Mereka hanyut, melupakan segalanya bahwa di kamar lain ada Laudya yang masih sah sebagai istri pertama. Bagi Hansel, malam itu hanya ada satu nama, satu sosok, satu cinta yaitu, Hana.
Fajar menyingsing perlahan. Sebelum adzan subuh menggema, Hansel bangkit dari ranjang dengan tubuh masih diselimuti rasa letih. Ia menatap Hana yang terlelap, senyum tipis masih terukir di wajah istrinya itu. Jemarinya sempat menyapu lembut rambut Hana, sebelum akhirnya ia melangkah keluar kamar, kembali ke kenyataan.
Sesampainya di kamar utama, suasana masih gelap. Laudya tampak tertidur di ranjang mereka. Dengan langkah hati-hati, Hansel masuk dan langsung menuju kamar mandi. Begitu pintu tertutup rapat, suara air mengalir terdengar samar.
Namun, di ranjang, sepasang mata perlahan terbuka. Laudya menatap kosong langit-langit kamar, dan tanpa bisa ditahan, air matanya jatuh deras membasahi pelipisnya. Tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, dada sesak menahan teriakan yang tak pernah bisa keluar.
'Kenapa posisi itu ada padanya? Kenapa suamiku berubah demi wanita lain? Kenapa bukan aku yang dia cintai dengan begitu dalam? Kenapa bukan aku wanita yang mengandung benih suamiku, kenapa Tuhan?!'
Tangisnya semakin pecah dalam diam, menjerit di dalam hati. Laudya menutup mulutnya rapat-rapat agar isak itu tak terdengar. Ia memeluk perutnya sendiri yang kosong, menyadari kejamnya kenyataan. Malam ini, ia kalah bukan sebagai istri, tapi sebagai wanita.
Kakak ramekan karya ini juga ya ...
udah lah Ray kalo gua jadi lu gaya bawa minggat ke Cairo tuh si Hana sama bayinya juga, di rawat di rumah sakit sana, kalo udah begini apa Laudya masih egois mau pisahin anak sama ibu nya
Rayyan be like : kalian adalah manusia yg egois, kalian hanya memikirkan untuk mengambil bayi itu tanpa memikirkan apa yg Hana ingin kan, dan anda ibu jamilah di sini siapa yg anak ibu sebenarnya, Hana atau Laudya sampi ibu tega menggadaikan kebahagiaan anak ibu sendiri, jika ibu ingin membalas budi apakah tidak cukup dengan ibu mengabdikan diri di keluarga besar malik, kalian ingin bayi itu kan Hansel Laudya, ambil bayi itu tapi aku pastikan hidup kalian tidak akan di hampiri bahagia, hanya ada penyesalan dan kesedihan dalam hidup kalian berdua, aku pastikan setelah Hana sadar dari koma, aku akan membawa nya pergi dari negara ini, aku akan memberikan dia banyak anak suatu hari nanti
gubrakk Hansel langsung kebakaran jenggot sama kumis 🤣🤣🤣
biar kapok juga Jamilah
Pisahkan Hana dari keluarga Malik..,, biarkan Hana membuka lembaran baru hidup bahagia dan damai Tampa melihat orang" munafik di sekitarnya
Ayo bang Rey bantu Hana bawa Hana pergi yg jauh biar Hansel mikir pakai otaknya yang Segede kacang ijo itu 😩😤😏
Hana buka boneka yang sesuka hati kalian permainkan... laudya disini aku tidak membenarkan kelakuan mu yang katanya sakit keras rahim mu hilang harusnya kamu jujur dan katakan sejujurnya kamu mempermainkan kehidupan Hana laudya... masih banyak cara untuk mendapatkan anak tinggal adopsi anak kan bisa ini malah keperawatan Hana jadi korban 😭 laudya hamil itu tidak gampang penuh pengorbanan dan perasaan dimana hati nurani mu yg sama" wanita dan untuk ibunya Hana anda kejam menjual mada depan anakmu demi balas budi kenapa endak samean aja yg ngandung tu anak Hansel biar puas astaghfirullah ya Allah berikanlah aku kesabaran tiap baca selalu aja bikin emosi 😠👊