NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: tamat
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:243.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Salahkah aku jatuh cinta?

Langkah Hansel terasa berat saat ia menyusuri lorong rumah yang sepi. Malam itu hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Hatinya kacau, kata-kata Laudya masih terngiang, namun dorongan batin membawanya berhenti di depan kamar yang kini dihuni Hana.

Hansel mengetuk pelan pintu kamar tersebut. Tidak ada jawaban, dengan ragu, Hansel membuka pintu dan mendapati Hana sedang duduk di ranjang, bersandar pada bantal besar. Wajahnya pucat, tapi matanya yang lelah menatap lembut begitu menyadari siapa yang datang.

“Mas … belum tidur?” suara Hana lirih, hampir seperti bisikan. Hansel, tersenyum mendengar panggilan itu yang tak seperti biasanya. Hansel lalu mendekat, duduk di tepi ranjang. Pandangannya jatuh pada perut Hana yang kian membesar. Ada rasa haru sekaligus perasaan yang tak bisa ia kendalikan lagi.

“Kamu sudah minum obat vitamin dari dokter tadi?” tanyanya pelan.

Hana mengangguk. “Sudah, Mas. Jangan khawatir.”

Keheningan turun di antara mereka. Hansel menunduk, menatap jemarinya sendiri, lalu tiba-tiba ia meraih tangan Hana. Genggamannya erat, seolah tak ingin melepaskan. Hana terkejut, tapi tak menarik diri.

“Maafkan aku, Hana…” suara Hansel bergetar. “Aku tahu aku tidak boleh terlalu jauh. Tapi entah kenapa … aku selalu ingin ada di dekatmu.”

Hana menatap wajah Hansel, hatinya bergetar. Ada air yang menggenang di pelupuk matanya. Dia ingin menepis, ingin berkata bahwa ini salah, tapi bibirnya kelu.

“Mas…” hanya itu yang keluar, nyaris tanpa suara. Hansel menggeser duduknya, kini wajahnya hanya sejengkal dari wajah Hana. Nafasnya hangat menyentuh kulit Hana.

“Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Tapi setiap melihatmu, setiap melihat bayi ini …” ia menoleh sejenak pada perut Hana, lalu kembali menatap matanya, “aku merasa … aku benar-benar seorang ayah. Dan kamu...” Hansel terhenti, matanya berkaca-kaca. “Kamu lebih dari sekadar ibu pengganti.”

Air mata Hana jatuh tanpa bisa ia cegah. Kata-kata itu terlalu dalam. Perlahan, ia menunduk, suaranya pecah.

“Mas … jangan buat aku berharap. Aku takut … aku terlalu jauh mencintaimu.”

Hansel menangkup wajah Hana, mengangkatnya agar mata mereka kembali bertemu. Ia menelan ludah, lalu dengan penuh keraguan namun juga dorongan hati yang tak tertahan ia menunduk, mengecup kening Hana lembut, sama seperti di ruang USG siang tadi.

“Kamu tidak sendiri, Hana,” bisik Hansel. “Aku di sini dan akan selalu berada di sini.”

Hana terisak, tangannya refleks meremas jemari Hansel. Untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, ia merasa bukan hanya sebagai seorang titipan. Malam itu, perasaan yang selama ini mereka tekan perlahan pecah, meski keduanya tahu ada dinding besar bernama Laudya yang sewaktu-waktu bisa meruntuhkan segalanya.

Suasana kamar tamu malam itu begitu hening, hanya terdengar detak jam dan tarikan napas yang kian berirama. Hansel masih menangkup wajah Hana, pandangannya dalam, seolah mencari jawaban di mata istrinya itu.

“Hana…” suaranya parau, bergetar di antara perasaan yang sudah tak mampu ia bendung, “aku tidak bisa lagi menyangkalnya, aku mencintaimu.”

Air mata Hana jatuh semakin deras, dadanya bergemuruh. Kata-kata itu adalah sesuatu yang selama ini ia pendam, ia harapkan, tapi tak berani ia bayangkan benar-benar keluar dari bibir Hansel.

“Mas…” suaranya bergetar, “aku juga, aku sudah lama mencoba menolak. Tapi setiap kali kamu ada di sampingku, aku semakin jatuh … jatuh cinta padamu.”

Tanpa perlu banyak kata lagi, Hansel meraih tubuh Hana, memeluknya erat seakan takut kehilangan. Ciumannya mendarat lembut di kening, lalu bergeser ke pipi, hingga akhirnya bibir mereka bertemu dalam pengakuan yang tak lagi bisa disembunyikan.

Malam itu, untuk pertama kalinya mereka bersama bukan karena kewajiban, bukan karena permintaan siapa pun. Malam itu, Hansel begitu lembut, setiap sentuhannya dipenuhi cinta, dan Hana meresapi semuanya dengan senyum dan tangis yang bercampur. Rasa sakit yang dulu pernah ia terima kini berganti dengan kenikmatan yang lahir dari ketulusan hati. Mereka hanyut, melupakan segalanya bahwa di kamar lain ada Laudya yang masih sah sebagai istri pertama. Bagi Hansel, malam itu hanya ada satu nama, satu sosok, satu cinta yaitu, Hana.

Fajar menyingsing perlahan. Sebelum adzan subuh menggema, Hansel bangkit dari ranjang dengan tubuh masih diselimuti rasa letih. Ia menatap Hana yang terlelap, senyum tipis masih terukir di wajah istrinya itu. Jemarinya sempat menyapu lembut rambut Hana, sebelum akhirnya ia melangkah keluar kamar, kembali ke kenyataan.

Sesampainya di kamar utama, suasana masih gelap. Laudya tampak tertidur di ranjang mereka. Dengan langkah hati-hati, Hansel masuk dan langsung menuju kamar mandi. Begitu pintu tertutup rapat, suara air mengalir terdengar samar.

Namun, di ranjang, sepasang mata perlahan terbuka. Laudya menatap kosong langit-langit kamar, dan tanpa bisa ditahan, air matanya jatuh deras membasahi pelipisnya. Tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, dada sesak menahan teriakan yang tak pernah bisa keluar.

'Kenapa posisi itu ada padanya? Kenapa suamiku berubah demi wanita lain? Kenapa bukan aku yang dia cintai dengan begitu dalam? Kenapa bukan aku wanita yang mengandung benih suamiku, kenapa Tuhan?!'

Tangisnya semakin pecah dalam diam, menjerit di dalam hati. Laudya menutup mulutnya rapat-rapat agar isak itu tak terdengar. Ia memeluk perutnya sendiri yang kosong, menyadari kejamnya kenyataan. Malam ini, ia kalah bukan sebagai istri, tapi sebagai wanita.

Kakak ramekan karya ini juga ya ...

1
Sweet Girl
Syukur deh klo sadar, semoga aja sadar terus dan menjadi lebih baik setiap hari.
Sweet Girl
Golek o Dewe ae Hansel... yg sreg di hati.
Sweet Girl
Gatot...
Sweet Girl
Eh Demit... embok pikir mateni wong iku gak kecil....
opo'o gak koen Dewe ae sing eksekusi...
Sweet Girl
Istighfar Rian... istighfar...
Sweet Girl
iyooo hidup baru di penjara.
Sweet Girl
Ojok bodoh koe Rian... wong wedok Sik akeh.
Fitrie Sadewo
😇😇😇
Sweet Girl
Kamulah yg bikin Hana berani, bisa membela dirinya sendiri.
Sweet Girl
Syaiton tenan Iki mbahe ...
Sweet Girl
Sudah Bu Rohana...
jangan teriak teriak lagi... nanti kenak seteruk.
Sweet Girl
Akhirnya...❤️
Dzimar
ada boschap kah Thor?kok curiga ya orang kena gangguan mental bisa senyum Lngsung meremukkan photo sampai hancur bgtu
Aisyah Alfatih: rencana tapi belum tahu kapan mau di kasih bonus bab itu 🤭
total 1 replies
Dzimar
masa yg 9 bulan mngandung itu bayi kalah bathin nya dgn yg 2 bulan merawat....mirissss
Dzimar
psti istrinya juga selingkuh
Erlinda
pembodohan reader luar biasa goblok nya tokoh yg ada dlm cerita ini. benar benar ga bermutu
Erlinda
katanya org tua hanzel yg PNGN punya cucu tapi dari lahir sampai baby nya udah berusia 2bulan kok ga nongol nongol lagian disini hanzel terlihat sebagai suami yg ga punya sikap labil sekali.
Erlinda
aq yakin pasti author akan bikin si Hana mati dan hanzel hidup tenang dgn laudya dan bayi nya
Erlinda
aneh aja kau laudya kau yg mau begini sekarang kau pula yg tidak terima. kau pikir si Hana itu robot yg ga punya hati dan bisa kau setel sesukamu
Sweet Girl
Wes mending jelaskan sekarang, waktunya sudah tepat, jangan ditutup²i lagi...
Furqon lho wes dewasa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!