Ribuan tahun sebelum other storyline dimulai, ada satu pria yang terlalu ganteng untuk dunia ini- secara harfiah.
Rian Andromeda, pria dengan wajah bintang iklan skincare, percaya bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang bisa mengalahkan ketampanannya- kecuali dirinya di cermin.
Sayangnya, hidupnya yang penuh pujian diri sendiri harus berakhir tragis di usia 25 tahun... setelah wajahnya dihantam truk saat sedang selfie di zebra cross.
Tapi kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari absurditas. Bukannya masuk neraka karena dosa narsis, atau surga karena wajahnya yang seperti malaikat, Rian malah terbangun di tempat aneh bernama "Infinity Room"—semacam ruang yang terhubung dengan multiverse.
Dengan modal Six Eyes (yang katanya dari anime favoritnya, Jujutsu Kaisen), Rian diberi tawaran gila: menjelajah dunia-dunia lain sebagai karakter overpowered yang... ya, tetap narsis.
Bersiaplah untuk kisah isekai yang tidak biasa- penuh kekuatan, cewek-cewek, dan monolog dalam cermin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Last Boss (lll)
Saddler tidak berhenti.
Kaki lainnya mengayun horizontal, lebih cepat. Tapi Rian sudah membalik ke belakang dengan backflip tajam, tubuhnya berputar di udara sambil mengangkat revolver.
DOR! DOR! DOR!
Tiga peluru dimuntahkan, semuanya mengarah pada mata Saddler di mulut. Raungan Saddler meledak lagi, menggema bersama suara serangga, terdistorsi seperti dari radio rusak.
Rian mendarat ringan, lutut sedikit menekuk, mata tetap tajam.
“Rian!” terdengar suara seruan Ada dari atas.
Sesuatu dilempar ke arahnya. Rian, tanpa menoleh, menangkap benda itu dengan satu tangan kanan, presisi sempurna.
Sebuah... chainsaw.
“Chainsaw?” Rian mengangkat alis, masih menatap benda itu. “Laki-laki tampan ini ingat minta bazoka... Kenapa malah jadi chainsaw?”
Ada yang kini berdiri di atas crane, menyilangkan tangan sambil tersenyum tipis. “Itu... lebih sesuai dengan julukanmu, kan? Chainsaw Prince.”
Rian terkekeh pendek, seulas senyum terukir di wajahnya. Ia menarik tali starter chainsaw dengan satu hentakan cepat.
GRRRRNNNHHH... VRRRMMM!!
Chainsaw itu menyala dengan gemuruh liar, suaranya seperti raungan binatang buas yang baru dibangkitkan dari neraka.
“Baiklah,” gumam Rian sambil mengangkat chainsaw ke sisi bahu. “Mari kita potong antropoda raksasa ini.”
Saddler meraung dan mengayunkan salah satu kaki antropoda secara horizontal, cepat dan brutal seperti cambuk baja.
Tapi Rian bukan lagi target pasif. Ia bergerak maju, melesat di bawah ayunan itu, lalu melompat ke sisi kaki yang menyerang. Dengan satu ayunan tepat, bilah bergigi chainsaw menghantam sendi kaki Saddler.
ZRRRRAAAAK-KRRRRKHHHHHHMMM!!
Percikan daging, darah, dan cairan hijau kekuningan meledak ke udara. Suara gergaji yang menggiling daging dan chitin bersatu dengan jeritan Saddler yang terdistorsi, menggelegar seperti antropoda raksasa.
“GRUUUAAAAAAARGHH!!”
Namun Saddler tak tinggal diam. Meski meraung, salah satu kaki antropoda terangkat tinggi. Ujung kaki tajam itu seperti tombak biologis, lalu melesat ke arah punggung Rian dengan kecepatan mematikan.
Namun...
Six Eyes sudah membaca gerakannya.
Dalam sepersekian detik, Rian memiringkan tubuhnya ke samping dengan elegan.
Serangan itu meleset tipis dan —CRAACK!!— menancap ke tubuh Saddler sendiri, membuatnya meraung keras karena kakinya menembus lapisan chitin miliknya.
“Ups,” gumam Rian ringan. “Kau menusuk dirimu sendiri. Laki-laki tampan ini bahkan belum mulai serius.”
Tanpa membuang waktu, ia menarik revolver dari holster. Gerakannya cepat dan presisi.
DOR! DOR!
Peluru-peluru dimuntahkan dari revolver, semuanya mengarah ke mata besar di mulut Saddler. Setiap letusan disertai semburan darah kehijauan dan raungan menyayat dari makhluk itu.
Di platform yang tinggi, sambil menyilangkan kedua tangannya, Ada memperhatikan pertarungan Rian melawan Saddler sendirian.
Di dekat kakinya, tergeletak sebuah bazoka. Ada memang sengaja memberikan chainsaw alih-alih bazoka seperti yang Rian minta, semata ingin melihat sejauh mana kekuatan pria itu.
Tentu saja, Ada tidak berniat membiarkan Rian terbunuh. Ia masih memiliki hutang yang belum lunas. Itulah sebabnya bazoka tetap disiapkan, sebagai kartu terakhir jika keadaan benar-benar memburuk.
"Mau dilihat bagaimanapun..." gumam Ada sambil mengernyit halus, "...kemampuan fisik seperti itu bukan hasil dari pelatihan intens agen spesial."
"Entah kenapa, Rian mengingatkanku pada Wesker," Ada memiringkan kepalanya anggun, "Maybe... dia juga pernah disuntikkan sesuatu seperti Wesker."
Akhirnya, pertarungan brutal itu mencapai puncaknya.
Dengan kekuatan penuh, Rian merobek tubuh Saddler, membelah jaringan keras dan berlendir itu, lalu menyisipkan dua granat ke dalam rongga yang terbuka.
Beberapa detik kemudian, ledakan ganda mengguncang tubuh kolosal itu. Darah hijau dan jaringan daging terhambur ke udara, serpihan eksoskeleton beterbangan.
Tubuh Saddler terhuyung, kakinya goyah, dan raungan terakhirmya bergema ke seluruh pelabuhan.
Untuk pertama kalinya sejak pertarungan dimulai, regenerasi Saddler gagal mengimbangi kerusakan yang ditimbulkan. Tubuhnya mulai runtuh.
Dengan gerakan berat, monster itu tergelincir dari ujung platform, jatuh bebas ke laut yang gelap di bawahnya. Percikan besar air muncul seiring tubuhnya tenggelam.
Di atas platform, Rian berdiri terhuyung. Nafasnya memburu, dadanya naik turun cepat. Kepalanya berat, denyutan nyeri terasa dari belakang matanya, efek dari overheat informasi yang diproses Six Eyes secara terus menerus.
Chainsaw di tangannya kini tak lebih dari rongsokan. Bilahnya patah, mesinnya rusak. Rian membuangnya begitu saja ke lantai baja yang bergema saat benda itu jatuh.
Segera setelah pertarungan usai, Rian mengenakan kembali kacamata hitamnya. Lensa gelap itu membantu menenangkan gejolak informasi yang terus membanjiri penglihatannya, meredam sebagian besar kelelahan mental.
“Laki-laki tampan ini masih beruntung dapat Title Sparkle yang bisa memperkuat tubuh,” gumamnya sambil mengatur napas, “Kalau tidak, pertarungan barusan sudah cukup buat laki-laki ini tumbang.”
“Ugh, kepala laki-laki tampan ini pusing banget…” keluh Rian pelan, memegangi pelipis dengan tangan kanan.
Ia berbalik, melangkah menjauh dari puing-puing dan darah, meninggalkan lokasi pertarungan sambil menekan sisi kepalanya.
Namun tiba-tiba, Six Eyes menangkap gerakan yang tak seharusnya ada.
Tubuhnya langsung berlari, berusaha melawan rasa berat dan pusing. Dengan kecepatan yang mengejutkan, ia melompat, melayang sejenak di udara, dan mendarat di platform warf sebelahnya.
Dari belakang, suara Saddler yang seolah terdistorsi oleh serangga menggema: “MANUSIA HINA!”
Dari platform baja tempat Rian berpijak sebelumnya, sebuah tentakel gelap menyembul keluar, lalu disusul oleh belasan lainnya.
Rangkaian tentakel itu merobek struktur baja, hingga seluruh platform di area tersebut runtuh dalam gemuruh logam yang pecah berantakan.
Rian menghela napas berat, menyisir rambut ke belakang dengan gerakan teatrikal.
“Aish… Jalan hidup laki-laki tampan ini memang penuh cobaan,” keluh Rian ringan, meski ketegangan mengisi udara.
Pandangan Rian lalu tertuju ke arah sumber kekacauan. Dari balik puing dan lautan yang bergolak, Saddler muncul kembali, bermutasi lebih jauh dari sebelumnya.
Kepala Saddler kini berubah menjadi struktur menyerupai bunga mengerikan, dengan satu mata kuning raksasa di tengahnya, sementara tubuhnya menjelma menjadi massa tentakel hitam yang terus bergerak.
“Dengan kekuatan ilahi dari tubuh suciku, aku akan membinasakan kalian...
penyusup-pemecah keseimbangan dunia!” raung Saddler, suara dalam dan menggema, penuh kebencian.
Rian mendengus, lalu menegakkan tubuh sambil mengepalkan tangan.
“Kalau begitu…” ujar Rian, menatap langsung ke arah monster itu, “Dengan kekuatan bulan, laki-laki tampan ini akan menghukummu!”
“Lagian… siapa yang kau bilang kotor-” Rian terhenti, menyipitkan mata. “Tunggu… tubuh laki-laki tampan ini memang belum mandi seharian ini. Wajah aja bau amis.”
“Aish! Bukan itu maksudnya!” Rian menepuk kening sendiri dengan frustrasi.
“ARGHH! SAUS TARTAR!” teriaknya sambil mengacungkan telunjuk ke arah Saddler. “Laki-laki tampan ini sudah MUAK dengan serangga! Dan sekarang… tentakel?! Mau dibawa ke mana genre hidup laki-laki tampan ini, hah?!”
Rian menghela napas keras. “Dan denger, ya?bukan berarti laki-laki tampan ini suka genre tentakel. Jangan salah paham! Laki-laki tampan ini cuma… pengen facial, oke?! PENGEN PERAWATAN KULIT SECEPATNYA!”
Sambil memegangi pelipis, Rian mencoba menenangkan diri. “Sabar… sabar… laki-laki tampan harus sabar… demi kesehatan wajah…”
Di platform atas, Ada menatap Rian datar. Ia menghela napas pelan sebelum berkata, “Well… aku tarik ucapanku. Laki-laki narsis ini jelas... jauh banget dari Wesker.”
Tak lama, Ada menyadari situasi mulai tak kondusif. Gerakan Rian sudah tak selincah sebelumnya, meski masih cukup cepat untuk menghindar dan menyerang, jelas terlihat tubuhnya mulai kelelahan.
Dengan cepat, Ada menunduk, meraih bazoka di dekat kakinya dan berseru, “Rian! Gunakan ini!”
Ada melemparkan bazoka ke arah Rian. Senjata berat itu jatuh dan terguling, berhenti hanya tiga langkah dari tempatnya berdiri.
Rian menatap bazoka itu dengan datar. “Kenapa nggak dari tadi?” gumamnya dengan nada kesal.
Namun, ia tak membuang waktu. Sambil terus bergerak menghindari serangan tentakel Saddler yang membabi buta, Rian melompat ke depan, meraih bazoka tersebut dengan satu tangan.
Begitu senjata ada di tangannya, Rian langsung membidik ke arah inti tubuh Saddler, mata kuning besar yang berdenyut seperti jantung.
Dengan lantang berkata, “Bersukacitalah, fanatik parasit… laki-laki tampan ini membawakan tiket satu arah menuju akhirat!”
"Jackpot!" ujar Rian, menyeringai tipis.
Tanpa ragu, Rian menarik pelatuk.
BOOM!
Peluru bazoka melesat dengan kecepatan tinggi, menembus udara dan menghantam tepat di inti Saddler, mata kuning besar yang terletak di bagian tengah tubuh mutasinya.
BOOM!
Ledakan dahsyat mengguncang platform logam. Cahaya oranye membara menyelimuti tubuh Saddler, diiringi raungan mengerikan yang menggema ke seluruh fasilitas.
Tubuh Saddler terpental ke belakang, tentakel-tentakelnya terangkat liar ke udara sebelum mencair seperti lumpur hitam terbakar.
Asap dan serpihan daging hangus beterbangan, dan akhirnya, tubuh besar itu roboh ke dalam reruntuhan baja dan nyala api, tak lagi bergerak.
Rian menurunkan bazoka, menghela napas berat. “…Akhirnya diam juga,” gumamnya.
Di atas platform disebelah Rian, Ada mengamati dengan seksama, lalu tersenyum tipis. “Nice shot, chainsaw prince,” ujarnya pelan.
Namun Rian hanya mengangkat tangan, membuat pose dramatis sambil berkata, “Laki-laki tampan… tidak pernah gagal mengakhiri pertunjukan.”
Sementara itu, suara sirine peringatan mulai menggema dari pengeras suara di seluruh fasilitas.
“Self-destruct sequence activated. Please evacuate immediately.”
Rian mendengus. “…Tentu saja. Klasik banget.”
btw si Rian bisa domain ny gojo juga kah?