Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Bertemu Yucan
Mira memeluk putrinya dengan erat, tanpa di sadari ada bening kristal yang mengalir di sudut matanya, dia merasa tak berguna sebagai ibu, tak bisa menjaga putri satu-satunya.
"Bunda tidak usah panik, saya hanya terpeleset dan kepala terantuk ke aspal." ujar Lila meregangkan pelukan Mira, kemudian menyesap air Mata Mira.
"Bagaimana bunda tidak khawatir, kamu sampai terluka begini." ujar Mira seraya menyentuh lembut pipi Lila.
Lila meraih tangan Mira, kemudian menciumnya, dia meminta maaf pada Mira, karena kurang berhati-hati, hingga membuat Mira khawatir.
"Dok! Bagaimana keadaan putri saya." tanya Mira saat melihat dokter Alfad membawa kantong darah yang keempat.
"Insya Allah Putri ibu akan baik-baik saja Jadi ibu tidak perlu cemas dan khawatir." ujar dokter Alfad.
"Bagaimana bisa dokter bilang putri saya baik-baik saja, sementara Lila harus melakukan transfusi darah. Apa dokter membohongi saya?" tanya Mira seraya menatap kantong darah yang yang tergantung di tiang infus yang hampir habis.
Dokter Alfad hanya tersenyum, kemudian menurunkan kantong darah yang sudah habis dan mengganti dengan kantong darah yang baru dibawanya.
"Iya benar! putri ibu akan baik-baik saja, dan ini hanya untuk mengganti darah Lila yang keluar saat dia terluka tadi." dokter Alfath menjawab pertanyaan Mira sambil mengganti kantong darah yang sudah habis dengan kantong darah yang dibawanya.
Walaupun dokter Alfad sudah menjawab pertanyaan Mira. Namun dia belum puas dengan jawaban dokter Alfad. Mira kemudian beralih ke Mario.
"Kenapa tuan Mario bisa bersama Lila?" tanya Mira, dia merasa heran bagaimana bisa kebetulan seperti ini.
"Tuan Mario jelaskan ke saya. Bagaimana kronologis kejadiannya hingga Lila bisa terluka seperti ini?" tanya Mira lagi, seraya mengalihkan pandangannya kepada Mario yang berdiri di samping tempat tidur Lila.
Belum sempat Mario menjawab pertanyaan pertama Mira, dia mengajukan pertanyaan kedua.
Sekilas Mario memandang ke arah Lila, dengan gerakan mata Lila memberi kode, agar Mario tidak menceritakan yang sebenarnya, sesuai perjanjian yang telah mereka sepakati, akhirnya Mario membohongi Mira, dengan mengatakan kalau Lila memang terpeleset seperti yang telah Lila katakan kepada Mira.
"Gaun ini, bukan seragam kerjamu kan?" tanya Mira penuh kecurigaan.
"Gaun ini .."Lila tidak meneruskan ucapannya.
"Tadi pas sedang di jalan Tuan Vito menelpon Nona Lila untuk ikut mendampinginya dalam acara penandatanganan kontrak kerjasama itu, dan dia meminta saya untuk membawa Nona Lila ke butik untuk mencari gaun ini, kemudian mengantar Nona Lila ke salon." ujar Niko menyela ucapan Lila, dia ikut menguatkan kebohongan Mario dan Lila.
"Tapi bagaimana bisa Lila sampai terluka." tanya Mira lagi.
"Bunda! Lila kan tidak biasa pakai gaun seperti ini, juga nggak biasa high heels, sehingga saat Lila menuruni anak tangga saat turun dari salon terpeleset dan jatuh terhempas ke aspal." ujar Lila menutupi kebohongan kedua dengan mengarang cerita sebelum Mario dan Niko menjawab pertanyaan Mira.
Sesudah mendapat penjelasan dari Lila, Niko dan Mario, akhirnya Mira sedikit tenang. Mario dan Lila pun terlihat tenang karena Mira sudah tidak mengungkit dan menanyakan musibah yang menimpa Lila sepertinya Mira sudah percaya dengan cerita kebohongan mereka.
Sementara Vito yang baru bisa menelpon Niko, marah-marah pada Niko, karena Niko tidak mengangkat ponselnya. Namun setelah Niko mengatakan dia mengantar Lila ke rumah sakit karena ada musibah yang menimpa Lila, barulah Vito berhenti mengomelinya. Vito pun segera meluncur ke rumah sakit setelah malam tiba.
"Maaf tuan! dari pagi ponsel saya tertinggal di mobil, sehingga saya tidak tahu kalau Tuhan menghubungi saya. Setelah Nona Lila agak baik, saya baru menyadari kalau saya tidak memegang ponsel." ujar Niko saat Vito sampai di rumah sakit.
Vito tidak memperdulikan penjelasan dari ucapan Niko, dia langsung bergegas menuju ke ruang rawat Lila.
"Maaf Tante! Saya baru tahu kalau Lila dapat musibah." ujar Vito saat melihat ada Mira yang sedang menunggu Lila.
"Tidak apa-apa nak Vito, Lila baik-baik saja." ujar Mira.
Tiba-tiba ponsel Mira berdering, sejenak Mira menatap layar ponsel tertera nama Mario pemanggilnya. Mira pun mengangkat panggilan Mario. Mario yang sedang berada di kantin rumah Sakit menanyakan menu makan malam Mira.
"Biar saya menyusul ke sana saja." ujar Mira.
"Jika kamu ke sini, siapa yang menjaga Lila?" tanya Mario.
"Ada temannya dari kantor datang, Saya bisa titip sama temennya dulu." jawab Mira kemudian menutup panggilan telepon.
Setelah berpamitan dengan Vito, Mira kemudian keluar meninggalkan Lila dan Vito di ruang rawat.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Vito seraya duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Lila.
Melihat kepala Lila yang perban membuat Vito menyesal karena tadi pagi tidak menemaninya, dia malah menyuruh Niko menjemput Lila.
"Luka di kepala saya menyebabkan pendarahan hebat, saya harus menjalani operasi dan transfusi darah." ujar Lila menjelaskan dengan suara sengaja dibuat lemah.
"Tuan tahu kan? Saya sangat takut dengan jarum suntik, sementara ini menancap di tangan ku." ujar Lila menunjuk kateter infus di pergelangan tangannya.
"Pasti sakit banget ya?" tanya Vito seraya mengusap lengan kanan Lila, dia membayangkan bagaimana keadaan Lila saat jarum itu menembus kulitnya, karena dia sudah pernah melihat Lila yang menggigil ketakutan dengan jarum suntik.
"Sakit banget." Jawab Lila disertai anggukan.
"Tuan maafkan saya, gara-gara saya masuk rumah sakit, penandatanganan kontrak kerjasama itu batal." ujar Lia mengalihkan pembicaraan.
"Apa mungkin gara-gara Lila lambat datang, sehingga group Alexsa tersinggung." batin Vito.
Dari info yang Nora sampaikan, ada orang group Harahap menyinggung salah satu orang group Alexsa.
"Grup Alexsa belum membatalkan proyek kerjasama itu. Hanya saja besok Tuan Alex ingin bertemu dengan CEO group harahap untuk membicarakan kembali."
"Oh! syukurlah kalau grup Alexsa tidak membatalkan kontrak kerjasama itu, saya sangat merasa bersalah sekali karena gara-gara saya kontrak kerjasama itu akhirnya tertunda." ujar Lila penuh dengan dramanya.
"Bagaimana kronologis kejadiaannya, hingga kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Vito.
"Untuk lebih jelas! Tuan tanya saja kepada Nyonya Farah, Nona Yura dan Marisa. apa yang telah mereka lakukan pada saya." jawab Lila, dia sengaja tidak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau bertemu dengan mamanya. Yura?" Lila mengangguk.
"Sudah kuduga, pantas saja ku cari-cari kau di ruang pertemuan itu tidak ada, pasti kau sudah diusir olehnya." ujar Vito berspekulasi.
"Jadi mereka bertiga yang membuatmu mengalami Luka parah ini?" tanya Vito lagi, Lila hanya mengangguk.
Sejenak Vito berpikir, dia mengingat dengan jelas saat dia dan Husien tiba di lokasi, suasana baik saja seperti tidak ada terjadi kekacauan.
"Semua orang yang ada AQ POdi ruang pertemuan itu tidak ada yang bercerita. Pasti mama Farah sudah mengancam mereka, aku harus menyelidikinya." batin Vito.
"Sepertinya Nyonya Farah tidak menginginkan kehadiran saya di grup Harahap." ujar Lila.
Vito menarik nafas berat, dia dan nyonya Farah memang tidak memiliki hubungan yang harmonis, karena selama dia menikah dengan Yura pernikahannya tidak pernah direstui oleh Farah.
"Kamu tidak usah khawatir, nanti saya akan membicarakan masalah ini dengan tuan Husien."
Vito yakin kalau Husien tidak akan membiarkan Farah mengusir Lila dari group Harahap, karena Husien sangat menyukai kinerja Lila.
"Baiklah! kalau begitu aku pulang dulu." ujar Vito, dia sangat ingin sekali menemui Yura dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu Vito keluar dari ruang rawat Lila, dia langsung mencari Niko dan mengajaknya pulang. Di saat Vito dan Niko melangkah menuju koridor rumah sakit, dia bertemu Mira sedang berjalan beriringan dengan seorang pria.
"Tante! Om! Saya permisi pulang dulu." ujar Vito sambil menyalami Mira dan Mario diikuti oleh Niko.
"Terima kasih Niko, sudah membantu saya mengantar Lila ke rumah sakit." ujar Mario.
"Sama-sama. Om."
Setelah berbasa-basi sebentar Vito dan Niko melangkah meninggalkan Mira dan Mario menuju halaman parkir.
"Siapa dia? Apakah dia pacar Lila?" tanya Mario setelah Vito dan Niko berlalu menghilang di tikungan koridor rumah sakit.
"Bukan! setahu saya Lila belum punya pacar, itu bosnya." jawab Mira.
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulut Mario, dia merasa senang saat mendengar kalau Lila belum memiliki pacar, karena dia bermaksud ingin menjodohkan putranya dengan Lila.
"Lebih baik Tuan pulang dan beristirahat, sudah dari tadi pagi menunggu Lila." ujar Mira memberi saran, dia tak sampai hati melihat penampilan Mario yang terlihat lelah.
Setelah menemui Lila untuk berpamitan, Mario kembali ke hotel, mandi dan berganti pakaian kemudian dia kembali lagi ke rumah sakit menemani Mira.
"Kenapa Tuan kembali ke sini? bukannya istirahat saja di hotel, saya bisa sendiri menjaga Lila." ujar Mira merasa tidak enak, karena sudah banyak merepotkan Mario. Namun Mario merasa senang bisa menemani Mira di rumah sakit.
*****
Dua hari setelah Lila dirawat kesehatannya mulai membaik, Mario menelepon Yucan, agar segera berangkat ke Jakarta. Mario akan meminta Yucan menemui CEO grup harapan dalam rangka membicarakan kelanjutan kerjasama yang telah tertunda. Yucan pun meluncur dari Singapura dan mendarat di Jakarta setelah melakukan penerbangan selama satu jam lima puluh menit.
Yucan yang baru mendarat di bandara dijemput oleh Wisnu asisten Mario. Mario meminta Wisnu untuk membawa yucan langsung ke rumah sakit.
"Yucan! Kamu tampan sekali." ujar Mira memuji anak laki-laki yang dulu sangat kurus dan kucel.
"Iya dong, anaknya papa Mario." ujar Yucan seraya menyalami Mira, kemudian memeluknya erat.
Yucan meregangkan pelukannya pada Mira, kemudian beralih pada Mario, dua pria itu saling merangkul dengan hangat.
"Siapa yang sakit?" tangan Yucan seraya menoleh ke Lila yang duduk di tempat tidur.
"Kamu Lila, si rambut kuncir ya?" tanya Vito menebak.
Sejenak Lila menatap Yucan dari ujung kaki hingga ujung rambut, dia tidak menyangka anak laki-laki yang kurus dan dekil dulu, kini sangat gagah dan tampan dengan setelan jas yang menutupi tubuhnya.
"Hay! Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku terlihat sangat tampan?" tanya yucan menyadarkan lamunan Lila. Belum sempat Lila menjawab pertanyaan Yucan yang pertama, dia melontarkan pertanyaan ke dua.
*******
Apakah Lila akan jatuh cinta pada pandangan pertama
Baca cerita selanjutnya di part 26
Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya.
Terima kasih sudah hadir di novelku
Love you ♥️ ♥️ ♥️ ♥️
emak anak sm" iblis ja***ng