NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Abu dan ambisi.

Langit pagi di negeri itu tampak kelabu. Bukan karena awan, tapi sisa-sisa asap dari kobaran besar yang memakan satu cabang bisnis Elad Gahanim. Bau hangus menempel kuat di udara, menyusup hingga ke dalam masker para petugas yang berjaga.

Elad berdiri diam di tengah reruntuhan. Matanya menyapu sisa bangunan yang tak lagi bisa disebut kantor: dinding hitam legam, tiang-tiang besi yang bengkok, serpihan kaca berserakan, dan tumpukan kertas yang tinggal abu. Jaket panjangnya berkibar tertiup angin, namun tubuhnya tetap tegak, membeku seperti patung marmer.

“Kita kehilangan segalanya, Tuan,” ucap salah satu manajer lapangan pelan. “Data produksi, kontrak fisik, dokumen keuangan ... semua terbakar.”

Elad tidak menjawab. Ia melangkah pelan, mendekati sebuah lemari besi yang hangus. Di dalamnya, hanya ada logam meleleh dan serpihan tak berarti.

Semua kerja kerasnya. Bertahun-tahun membangun jaringan ini. Musnah dalam semalam.

“Sumber api belum dipastikan,” lanjut manajer itu, gelisah. “Ada kemungkinan hubungan arus pendek, tapi tim investigasi mencurigai sesuatu yang lebih dari itu.”

Elad akhirnya menoleh. Tatapannya tajam. “Apa maksudmu ‘lebih dari itu’?”

“Seseorang mungkin sengaja—”

“Jangan lanjutkan tanpa bukti.” Nada Elad tenang, tapi dingin. “Laporkan langsung ke saya jika ada temuan baru. Dan pastikan media tidak mengendus ini lebih dulu.”

Pria itu mengangguk cepat dan mundur.

Elad berdiri di sana cukup lama. Tangannya terangkat, menggenggam setumpuk abu lalu melepaskannya ke udara. Debu beterbangan, menari dalam angin pagi.

Sementara itu, ponselnya bergetar.

[Cloe – 1 pesan masuk]

Elad menatap layar, diam sesaat sebelum membuka pesan itu. Sebaris kalimat singkat muncul:

[Kenapa pergi terburu-buru?] ~Cloe.

Tatapannya melembut. Dalam reruntuhan ini, hanya satu hal yang membuatnya merasa belum benar-benar kehilangan segalanya: pesan dari wanita yang dulu tak ingin ia miliki, tapi kini perlahan menancap seperti bagian dari dirinya yang tak tergantikan.

Ia mengetik balasan.

[Hanya kendala kecil. Jangan khawatir.] ~Elad.

[Sama sekali TIDAK KHAWATIR!] ~Cloe.

Elad tertawa kecil. Di balik kerugian besar ini, ia tidak berniat terpuruk begitu lama. Jatuh bangun adalah hal yang normal dalam bisnis.

Langkah-langkah berat Elad menyusuri puing-puing bekas kantor kini membawanya ke sebuah sudut yang tak tersentuh petugas. Di sana, bagian ruang server hangus menyisakan kerangka besi dan bau kabel meleleh yang menyengat. Namun anehnya, Elad tidak hanya melihat kerusakan. Ia melihat pola.

“Kebakaran dimulai dari sini?” tanyanya pada salah satu staf senior yang menyusul di belakang.

“Iya, tapi aneh. Pemadam bilang pusat apinya terlalu cepat meluas, seolah ada bahan mudah terbakar yang sengaja ditaruh di sana. Padahal ruang server seharusnya tahan api, bukan?”

Elad mendekat, menatap lantai yang menghitam. Ia jongkok, menyentuhnya pelan. Ada sisa cairan—bukan air. Seperti bekas zat kimia.

“Apa kita sedang bicara sabotase?” bisiknya.

Staf itu menegang. “Kami belum berani menyimpulkan.”

“Tapi aku berani.” Elad berdiri, mata tajamnya berkilat. “Hubungi kantor pusat. Minta mereka periksa ulang semua akses terakhir ke sistem sebelum insiden. Siapa pun yang mengakses file rahasia dalam 48 jam terakhir sebelum api muncul, beri aku namanya.”

“Baik, Tuan.”

Elad melangkah keluar dari bangunan, udara luar seperti lebih segar meski debu masih menggantung. Ia mengeluarkan ponsel, menghubungi seseorang dari kontak privat.

“Sediakan rekaman CCTV dua hari sebelum kebakaran. Lengkap, dari dalam dan luar gedung,” katanya singkat.

Seseorang di ujung sana menjawab dengan cepat dan tegas.

Ia memutus panggilan, lalu menatap langit.

‘Jika ini direncanakan matang, tidak akan mudah menangkap siapa pelakunya. Ada banyak yang diam-diam iri juga dendam padaku.’

Elad tahu dalam waktu dekat dia tidak akan mendapatkan hasil dibalik penghancuran ini, namun motif pelaku sudah terbaca. Cabang di negera ini termasuk besar, banyak investor yang menaruh kepercayaan di sini. Dengan kata lain, Elad mungkin akan kehilangan sebagian kekuatan.

Investor jangka panjang mungkin akan mengerti, dan mengharapkan langkah Elad selanjutnya mampu menutupi kerugian. Lalu bagaimana dengan investor jangka pendek? Mereka akan panik.

Tangan Elad meremas ponsel di genggamannya. Ia bukan hanya kehilangan bangunan, tapi juga kehilangan kepercayaan.

Dalam bisnis, kepercayaan lebih mahal dari uang tunai. Investor yang berpikir pendek akan mulai ragu. Mereka mungkin mencabut modal, membatalkan kontrak, bahkan memindahkan dana ke tempat lain. Itu efek domino yang mematikan.

Bukan hanya rugi hari ini.

Tapi merusak masa depan.

‘Kalau aku tidak bergerak cepat ... Gahanim Corp di luar negeri akan runtuh perlahan.’

Elad menghela napas panjang, merasakan tekanan tak terlihat di bahunya.

Ia kembali menatap reruntuhan. Kaca pecah berkilauan di bawah sinar matahari. Seolah dunia mengingatkan: membangun itu sulit, menghancurkan itu mudah.

‘Langkah pertama’, pikirnya, ‘yakinkan investor utama bahwa aku tetap mengendalikan keadaan.’

Jika perlu, ia akan mengadakan konferensi darurat. Membuat laporan transparan, menunjukkan investigasi aktif, membagikan rencana pemulihan. Apa pun agar panik tidak berubah menjadi pengkhianatan.

‘Langkah kedua, lindungi cabang-cabang bisnis lainnya. Kalau ini sabotase, bukan tidak mungkin serangan berikutnya sudah disiapkan di tempat lain.'

Ia mengetik cepat di ponsel:

[Prioritaskan keamanan fisik dan siber di semua kantor cabang. Double lock semua akses internal. Tidak ada orang luar tanpa identitas jelas yang masuk.]

Balasan datang dalam hitungan detik.

[Perintah diterima, Tuan.]

‘Langkah ketiga’, pikir Elad, ‘kembali ke rumah sebelum musuh sadar aku juga lengah di dalam negeri.’

Wajah Cloe terlintas di pikirannya.

Dia meninggalkan istrinya di rumah bersama Sehan, si playboy akut itu. Meski ia telah meminta Ayano menjaga Cloe, memastikan Sehan tidak menggodanya, tetap saja Ayano cenderung lengah mengingat kecintaannya pada game bisa memisahkan dia dari dunia nyata.

‘Aku harus pulang secepat mungkin.’

Tak hanya untuk menenangkan perusahaan induk. Tapi menjaga orang disekitarnya juga.

Elad menarik napas sekali lagi, lalu berbalik meninggalkan puing hitam di belakangnya. Ia tahu, dalam hitungan jam, dunia akan bertanya: apa yang akan dilakukan Elad Gahanim setelah kehilangan satu kerajaan kecilnya?

Jawabannya sederhana. Ia akan membangun kembali. Dengan api yang lebih besar.

Miko datang menggunakan helikopter, menghindari kemacetan menuju bandara—akses jalan dialihkan sebab puing-puing di sini belum dibersihkan sehingga menghadang jalan.

“Apa berita ini sudah tersebar?”

“Belum, kemungkinan beritanya akan meledak beberapa jam lagi,” jawab Miko.

“Kita harus kembali sebelum itu. Kau bersiaplah menerima banyak telepon di kantor pusat nanti. Jelaskan semua masih dalam kendali. Besok pagi, adakan pertemuan dengan para petinggi perusahaan.”

“Baik.”

“Jika benar ini sabotase, maka ada pencurian data dan informasi.” Elad melihat ke bawah, kehancuran gedung itu lebih jelas terlihat dari atas.

“Saya yakin bisa bersama-sama mengumpulkan ingatan tentang data itu.”

“Tidak akan sempat. Pelaku akan menjual itu atau menggunakannya sendiri. Mereka terlebih dahulu lounching sebelum kita berhasil membangun ulang data. Akibatnya, yang terkena tuduhan plagiat adalah kita.”

“Terus, bagaimana dengan investor yang telah menaruh dana pada proyek itu?”

“Itu yang akan kita bicarakan besok dalam rapat.”

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!