Sakuel novel "Tabir Pernikahan."
Follow ig @tantye005
"Demi Allah aku bukan suamimu, kamu salah orang," ucap Ustad Azzam menundukkan kepalanya dan mundur beberapa langkah.
"Tapi aku yakin kamulah suamiku. Kamu menikahiku tiga hari yang lalu."
Kejadian tidak terduga terjadi pada ustad muda bernama Azzam. Pria itu tiba-tiba diklaim suami oleh perempuan yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Namanya Hayya, gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah beberapa hari akibat kecelakaan. Gadis yang Azzam dan anak-anak temukan di pinggir sungai memakai gaun pengantin.
Lantas apa yang akan Azzam lakukan pada perempuan itu? Terlebih Hayya terus menganggap dirinya adalah suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
"Tunggu Mas, aku melupakan sesuatu," ucap Hayyah berhasil menghentikan langkah Azzam yang tadinya beriringan bersama gadis itu.
Azzam menoleh untuk menatap istrinya, seolah bertanya hal apa yang Hayyah lupakan.
"Aku ke kamar sebentar."
"Jangan lama," balas Azzam. Ia memandangi punggung istrinya yang berlari kecil menuju kamar. Gamis yang melekat di tubuh Hayyah sanggatlah indah untuk Azzam pandang tanpa bosan.
Kepala Azzam sontak menunduk kala bayangan Hayyah menghilang tergantikan dengan Airin yang hanya mengenakan taktop tanpa lengan dengan celana pendek.
"Kak Hayyah mana, Mas?" tanya Airin.
"Di kamarnya." Azzam menatap ke arah lain.
"Kenapa harus menghindar seperti itu? Padahal dulu kak Hayyah jauh lebih parah dariku. Dia sering keluar rumah dengan pakaian yang ...."
"Aku tidak ingin mendengar masa lalu istriku. Biarkan itu menjadi urusannya." Berlalu pergi tanpa ingin menanggapi ucapan Airin yang seolah berusaha menjelekkan Hayyah di hadapannya.
"Mas Azzam!" Mengetahui pemilik suara itu, Azzam langsung menoleh. Sudut bibirnya tertarik melihat penampilan Hayyah yang jauh lebih tertutup dari pada sebelumnya.
"Jadi ini yang kamu lupakan?" tanyanya sambil menyentuh hijab yang hampir sampai ke lutut.
Hayyah mengangguk kecil. "Tidak pantas rasanya aku keluar rumah memakai kerudung kecil, terlebih bersama ustaz Azzam yang di kenal banyak orang."
"Ayo Sayang." Azzam meraih tangan Hayyah dan menggenggamnya. Hal itu tidak luput dari perhatian Airin yang memilih menyingkir kala Hayyah datang.
"Kenapa Hayyah selalu mendapatkan apa yang dia inginkan? Dia mempunyai suami hampir sempurna dan memperlakukannya bak ratu," gerutu Airin.
Wanita itu pun bergegas ke kamarnya dan menemukan sang suami sedang berdiri di depan cermin. Memang dasi seorang diri tanpa meminta bantuan siapa pun.
"Sekarang kak Hayyah telah kembali, kamu bisa bersikap sebagai suami pada umumnya kan Mas? Kita akan membina rumah tangga yang bahagia seperti kak Hayyah dan ustaz Azzam?"
"Apa yang kamu harapkan dari pernikahan tidak direncanakan ini Airin?" Adam menatap istri yang tak pernah ia sentuh sebelumnya.
"Kebahagiaan dan kasih sayang, apa mas tidak bisa memberikannya? Aku tahu cinta mas Adam hanya untuk kak Hayyah, tapi tidak bisakah mas berusaha untuk mencintaiku?"
"Tidak bisa."
"Mas Adam!" teriak Arin.
"Aku harus berangkat bekerja." Adam mengambil jasnya yang tergeletak di tempat tidur kemudian berlalu.
Saat itu lah suara benda berjatuhan mulai terdengar. Airin menghancurkan barang-barangnya sendiri untuk melampiaskan rasa marah.
"Kenapa hanya Hayyah yang berhak bahagia? Aku juga mau!" teriaknya dengan air mata mulai berjatuhan.
....
"Kita mau ke mana Mas?" tanya Hayyah. Menatap sang suami yang sedang menyetir mobil.
"Menjemput bunda."
"B-bunda Haura?"
"Hm."
"Baiklah."
"Pernikahan kita akan dilaksanakan minggu depan di Masjid agung."
"Se-secepat itu?"
"Untuk apa menunda-nunda sesuatu yang baik Hayyah? Aku ingin semua keraguan dihatimu menghilang dan hubungan kita diketahui banyak orang."
"Apakah Mas Azzam mencintaiku?" tanya Hayyah setelah lama terdiam.
"Aku tidak tahu definisi cinta itu seperti apa Hayyah. Tetapi setelah aku menikahimu untuk pertama kalinya, hatiku selalu bergetar jika bersamamu."
Hayyah menunduk, lagi-lagi pipinya memerah padahal Azzam sedang tidak menggoda atau mengeluarkan gombalan receh. Tetapi ia selalu saja baper mendengar ucapan ustaz Azzam. Mungkin karena hatinya sejak dulu sudah menginginkan hubungan halal ini.
"Semoga sampai hari itu tiba, semuanya berjalan lancar tanpa ada drama seperti sebelumnya."
"Aamiin."
Azzam memutar setir kemudi memasuki pekarangan rumah bundanya. Ia berhenti kala melihat sang bunda telah berdiri di depan rumah dan sudah rapi. Ia hendak turun untuk membukakan pintu, tetapi bundanya masuk tanpa menunggu.
"Aku akan duduk di belakang, Mas." Hayyah turun dari mobil dan duduk di jok belakang menemani bunda Haura.
"Padahal kamu bisa di depan Nak. Bunda tidak apa-apa."
"Tidak Bunda, Hayyah lebih nyaman seperti ini," balasnya dan tersenyum. Panggilan tante yang sempat ia ucapkan pun berubah karena permintaan Azzam.
....
Butik gaun pernikahan ....
Meski terbiasa dengan kemewahan Hayyah tetap saja terkejut kala bunda Haura dan Azzam membawanya ke butik yang jarang di kunjungi oleh kalangan sepertinya. Apalagi hanya untuk membeli gaun pengantin yang cuma di pakai sekali untuk seumur hidup.
Hayyah hanya menatap tanpa kata, berbeda dengan bunda Haura yang tampak berbicara dengan manajer butik seakan-akan mereka saling mengenal.
Tak lama kemudian bunda Haura kembali dan menarik tangannya menuju sebuah ruangan berisi sofa di depan ruang ganti.
"Karena terlalu mendadak bunda tidak bisa memesan gaun khusus untukmu Nak. Jadi bunda mengambil yang jadi saja, semoga cocok buat kamu."
"Ini saja jauh lebih dari cukup Bunda. Hayyah sangat senang di perlakukan baik sama Bunda dan mas Azzam." Hayyah menoleh untuk mencari keberadaan Azzam tetapi tidak menemukannya.
Baru saja akan bertanya, pria itu keluar dari ruang ganti di mana ia akan mencoba gaun pengantin tersebut.
"Mas Azzam mencari apa di dalam?" tanya Hayyah.
"Hanya memastikan tidak ada kamera pengawas," balasnya. "Semuanya aman, masuklah."
"Iya."
Hayyah pun mengangguk dan masuk ke ruang ganti yang tertata rapi. Ada Empat gaun di dalam sana yang harus Hayyah coba semoga ada yang cocok dengan seleranya sehingga tidak perlu pindah ke butik lain.
Sementara Azzam yang berada di luar, sedang duduk di sofa bersama bundanya.
"Semoga setelah pernikahan kalian yang kedua kalinya, kebahagiaan menghampiri mu Nak."
"Aamiin Bunda. Azzam berharap penyebab semua ini terjadi segera di temukan dan Azzam tahu alasannya agar aku bisa melindungi Hayyah dari orang-orang yang mungkin membencinya."
kasian Azzam difitnah
padahal pengen baca kelanjutannya /Whimper/
mengenai pacarmu,sdh jelas orang seperti dia itu.kalau benar dia mencintaimu dg sebenar2nya tidak mungkin dia berniat mempermalukan dirimu,mengancammu.Tinggalkan laki2 seperti itu,bukannya membawa ke arah yg lebih baik malah menjerumuskanmu ke lembah dosa.