Meyra Melati adalah istri dari Reynand, seorang manager perusahaan swasta yang besar.
Menjadi seorang manager mengharuskan dirinya untuk mengikuti segala kegiatan yang ada di kantor. setiap rapat internal tak ada yang boleh dilewatkan olehnya.
Hingga suatu hari, perusahaan tempat Meyra bekerja mengadakan pesta ulang tahun perusahaan. So pasti, Meyra pun ada ada di sana.
Tepat tengah malam Meyra merasakan pening yang luar biasa.
Saat sadar didapatinya, dirinya polos bertelanjang dada dan berada di ranjang yang sama dengan sang bos.
Apa yang terjadi? Bagaimana jika suamiku tahu? Saat pikiran sedang berkecamuk, sang bos terbangun.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? No one knows.
Stay tune di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran
Leo duduk dengan bersilang kaki saat Alea masuk ke rumah.
"Darimana lo?" sambut Leo dengan wajah dingin.
Alea menghambur memeluk suami.
"Kerja dong sayang. Darimana lagi," jawabnya sok manja.
Leo berasa ingin muntah.
Meski ada kewajiban seorang suami membimbing sang istri, tapi Leo tak bisa melakukannya.
"Black card yang aku kasih masih kurang?" ucap Leo. Meski berasa bukan istri, Leo tetap saja memberikan salah satu kartu sakti untuk Alea.
"Tentu saja tidak sayang, aku hanya nyalurin hobi aku aja. Apalagi ada brand produk maternity yang mau pakai aku sebagai model. Lumayanlah" alesan Alea.
Padahal saben hari, notif M-Banking tak pernah absen muncul di ponsel Leo. Sok gaya alesan kerja pula. Dalam hati Leo mencibir perkataan Alea.
"Meski tengah malam?" tukas Leo.
"Biasanya sih begitu," kata Alea, yang tangannya mulai bergerilya menyusuri badan Leo.
"Stop Alea. Aku tak ingin melakukannya," tandas Leo.
"Kita ini suami istri sayang, tak salah jika kamu meminta. Diri ini hak kamu," Alea tetap saja menggoda Leo.
Kebetulan ponsel Leo berdering, dan itu dari Adnan.
"Bos, kutunggu di club tengah kota. Hang out," ajak Adnan.
"Males gue," tolak Leo.
"Come on bos. Ada yang bening nih," kata Adnan di ujung ponsel.
"Oke, share lok," pinta Leo.
"Mau ke mana?" tanya Alea.
"Ketemu Adnan, ada kerjaan yang musti kita bicarakan," jawab Leo.
Leo meninggalkan Alea yang berusaha menahan kepergian suaminya.
"Masih saja jual mahal! Kalau sudah tercapai semua tujuan aku, awas saja!" gerutu Alea.
Dengan susah payah dia bangun dari sofa panjang karena perut yang sudah mengganjal.
.
Terdengar musik menghentak yang dimainkan oleh seorang Disk Jokey saat Leo masuk.
Adnan melambaikan tangan saat sang bos datang.
"Ketemu sama Meyra?" Leo mengangguk.
"Apa kabar dia? Anak-anak bos pasti sedang lucu-lucunya," goda Adnan.
"Bisa diam nggak lo!" gertak Leo membuat Adnan terbahak.
"Bos... Bos. Gue gagal paham sama cerita hidup bos yang rumit" kata Adnan.
"Bos ini bukan orang bodoh, mau-maunya diperdaya oleh Alea," gumam Adnan.
Adnan meracau. Sudah beberapa gelas dia tenggak minuman di depannya.
"Ngapain gue dengar orang mabuk," seru Leo.
"Eh bos, aku tadi lihat istri bos gandengan mesra sama managernya," racau Adnan.
"Gue nggak perduli," balas Leo.
"Tapi bos, wanita itu sudah mencoreng nama baik keluarga Armando. Apa kata dunia?" tanggap Adnan.
"Nih, jadiin bukti buat pisah sama dia," Adnan membuka ponsel pintar dan membuka galeri untuk membuka mata Leo.
Leo diam.
"Tunggu apa lagi? Tuan besar pasti sudah tahu siapa Alea sekarang. Dan beliau menjadi tak tenang di sana. Kasihan sama cucu tunggalnya ini" Adnan menepuk bahu Leo.
"Bos, anda layak bahagia," kata Adnan sembari mengangkat jarinya membentuk saranghae.
"Apaan sih lo?" balas Leo.
"Beneran bos, aku tahu bos lebih paham dengan hidupnya bos. Jadi perjuangkan yang seharusnya bos perjuangkan," saran Adnan.
"Tumben semua omongan lo bener?" canda Leo.
"Eitttts meski sudah beberapa gelas yang aku minum, otak gue masih sehat bos," Adnan tergelak.
Leo mengirim beberapa foto dari ponsel Adnan.
"Nih, gue simpen," Leo ikut menenggak minuman Adnan sambil menunjukkan galeri foto yang ada di ponsel.
"Perjuangkan si kembar bos, kalau perlu sama mamanya sekalian," perkataan Adnan membuat dirinya menerima sentilan di kening oleh Leo.
.
Dua minggu setelahnya, semakin banyak bukti-bukti yang didapat oleh Leo tentang Alea.
"Apa anak yang dikandung Alea adalah benih laki-laki ini?" beberapa foto nampak Alea menggandeng mesra seorang laki-laki.
Muka laki-laki itu tak nampak jelas karena tertutup topi dan kacamata hitam.
Alea menyusul Leo ke perusahaan.
"Sayang, kenapa kartu ini tidak bisa dipakai?" Alea menunjukkan black card yang barusan dikeluarkan dari tas kecil.
"Owh itu. Diblokir bank," jawab Leo datar.
"Mana mungkin?" kata Alea tak percaya.
"Mungkin saja. Nyatanya tidak bisa kamu gesek kan? Itu artinya sudah melewati batas limit yang terpakai," jelas Leo.
"Come on sayang, mumpung ada diskon besar tas yang aku suka," rayu Alea.
"Kenapa nggak pakai uang kamu sendiri?" tanya Leo.
"Aku masih jaga martabat kamu loh sayang. Apa kata dunia, seorang menantu keluarga Armando belanja pakai uangnya sendiri," imbuh Alea.
"Ha...Ha...kalau mulutmu tak bicara ke orang lain, mana mereka tahu," tawa Leo pecah.
"Plisss sayang. Bayi kamu sangat menginginkan itu," Alea tetap saja merayu Leo.
"Ha...ha...bayiku? Bukannya kamu yang lebih tau itu bayi siapa?" seru Leo.
"Mulai sekarang, semua fasilitas kamu aku cabut. Dan ini kunci apartemen. Untuk sementara tinggalah di sana, sambil menunggu kapan sidang cerai kita berlangsung," tandas Leo.
"Hah? Cerai? Apa aku tak salah dengar?"
"Nggak," tegas Leo.
"Come on sayang. Pertimbangkan kembali keputusan kamu. Amanah kakek mana mungkin kamu langgar," ucap Alea menangis.
'Pintar sekali aktingnya,' umpat Leo dalam benak.
"Aku tak mau sayang, aku menolak. Sampai kapanpun aku akan menjadi istri kamu," tandas Alea.
"Tak ada alasan untuk menolak, itu sudah jadi keputusanku," dari awal menikah tak ada ikatan hati di antara mereka berdua.
Alea keluar ruangan dengan kaki menghentak.
'Dia pasti sebal sama gue,' batin Leo.
Alea berharap Leo akan mengejar.
Di depan pintu, Alea tiba-tiba meringis.
"Leo... Tolong!" teriak Alea dan Leo pun masih mendengar.
Linda, sekretaris Leo mendekat dan berusaha menolong.
"Kenapa nyonya?" tanya Linda sembari menolong Alae.
Alea menipis tangan Linda.
"Ma...maaf," ucap Linda.
"Panggilin bos kamu. Sepertinya aku mau lahiran,' beritahu Alea.
"Tuan, nyonya mau melahirkan," kata Linda dengan nafas ngos-ngosan di ruangan Leo.
"Panggilan Adnan, suruh dia yang mengantar," suruh Leo dengan muka datar.
Adnan pasti tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Bukti otentik harus dia dapatkan. Batin Leo.
Leo masih tak beranjak, membuat Linda musti balik kanan.
"Heh! Mana bos kamu? Suruh dia mengantarku," kata Alea dengan wajah meringis.
"Tu..tuan muda menyuruh tuan Adnan untuk mengantar anda," kata Linda gugup.
"Sialan...," umpat Alea di tengah kontraksi.
Linda yang mendengar saja sampai mengelus dada.
Alea beranjak dan berjalan tertatih menuju lift.
Alea ogah nunggu Adnan datang.
.
"Adnan, kamu ikutin mobil Alea. Ke rumah sakit mana dia pergi," perintah Leo by phone.
Leo sudah tahu jika Alea pergi.
Bukannya pergi ke rumah sakit, Alea pergi ke sebuah mall. Dirinya melenggang masuk outlet sebuah merk barang mewah.
Adnan menelpon sang bos, kerjaannya terganggu karena hal yang tak penting.
"Tuan bos ini gimana sih? Katanya ke rumah sakit. Ini kok malah pergi ke mall. Sia-sia dech usaha aku," gerutu Adnan.
"Lagian bos ini mau-maunya sih dikibuli uler betina ini," sambung Adnan. Adnan hanya bisa menepuk jidat, sebal dengan Leo yang kadang kadar kepintarannya tak berbanding lurus saat memecahkan masalah bisnis dengan urusan cinta. Hadech....
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued, happy reading.
Like, komen n' vote nya ya gyussss 😊
