Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Cahaya matahari yang menerpa wajahnya membuat Ruliana menggeliat. Dengan enggan ia membuka mata, lalu ia tersentak bangun. Astaga, kenapa harus bangun terlambat ini hari yang begitu ia tunggu.
Ruliana nyaris melompat menuju kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya. Ia mandi secepat mungkin lalu mengeringkan badan asal-asalan. Ruliana segera memakai pakaian yang sudah ia siapkan sejak semalam.
Setelahnya ia berdiri di depan cermin untuk memperhatikan penampilannya.
Ia sudah membuat rencana matang untuk hari ini. Meski ia kesiangan bangun itu tidak mengurangi semangatnya hari ini.
Ruliana buru-buru menaiki mobilnya begitu keluar dari rumah.
Perumahan Sedayu Indah menjadi tujuannya.
Begitu sampai di tempat tujuan seseorang yang telah menunggunya ikut masuk kedalam mobil yang langsung pergi ke suatu tempat.
"Yakin rencana ini tidak berbahaya?" tanya seseorang yang duduk di sebelah Ruliana.
"Jelas bahaya, tapi bukan untuk kita."
"Bagaimana jika ada yang melihat?"
"Plat nomor kendaraan ini sudah ku rubah."
"Maksudmu?"
"Meskipun ada saksi mata untuk melacaknya akan kesulitan."
"Rencana mu sematang itu?"
"Tidak ada yang bisa mengambil dia dariku." tegas Ruliana. "Aku juga tidak keberatan jika setelah ini harus menyingkirkan ibunya yang pe-ngekang itu."
"Ruliana..."
"Kita sudah sampai, aku akan turun dan lakukan tugasmu!"
********
Di sebuah restoran Maulida tengah memperhatikan cucunya yang tengah menikmati es krim, dia sengaja meminta pada Nilam agar mengizinkan Mylea untuk pergi bersama mereka sekali lagi, rasanya waktu kemarin begitu singkat sehingga kerinduannya pada Mylea belum tersalurkan dengan betul.
"Coba ngomong dari hati ke hati, siapa tahu rumah tangga kalian bisa kembali normal." saran Maulida.
"Aku...." teringat bagaimana sikap Ruliana saat membicarakan Mylea sepertinya istrinya benar-benar tidak mau menerima anaknya dari Nilam. "Nggak yakin." Yudha hopeless.
"Hush nggak boleh ngomong gitu. Nggak ada yang nggak mungkin." tekan Maulida.
Yudha mengulas senyum tipis, sangat tipis.
Maulida menyayangi Nilam pernah egois menikahkan wanita baik itu pada Yudha adalah penyesalan terbesarnya.
Meskipun kini dia mengetahui ada anak antara Nilam dan Yudha. Maulida sama sekali tidak berharap Yudha membina rumah tangga dengan Nilam kembali. Alias rujuk.
Jika dulu dia begitu menyayangi Nilam begitupun hingga detik ini, rasa sayangnya yang membuat Maulida tidak rela jika Nilam kembali pada putranya.
Yudha sudah mendapatkan pasangan yang cocok. Sesuai keinginannya Maulida berharap Nilam juga akan mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik daripada anaknya.
*******
"Aku sih berharapnya cuma prolog nya doang yang sama, epilognya jauh beda, bisa aku lihat Alfaaro itu laki-laki yang bertanggung jawab." Lisa begitu antusias mendengarkan cerita Nilam yang mengatakan dia memberi kesempatan kepada Alfaaro untuk lebih mengenalnya.
"Dia tidak memaksaku, dia bilang dia tidak mau pacaran, jadi dia bilang kalau aku siap dia akan segera melamar ku." terang Nilam.
"Oh my God!" Lisa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
"Kamu sendiri kalau Eco melamar mu gimana?"
"Apa?" Lisa terkekeh. "Tidak mungkin lah." Lisa tidak pernah berpikir seperti itu. Hubungannya dengan sang kekasih tidak memilik harapan, mereka hanya saling menjaga tapi tidak bisa bersama.
"Kamu ini! Begitu hubungan sendiri santai aja jalan di tempat sementara senang betul dukung hubungan orang agar cepat-cepat." Nilam menggelengkan kepalanya.
Lisa kembali terkekeh. " Itu beda, kami bagaikan ayat 40 surat Yasin."
Nilam mengerjapkan matanya sahabatnya ini kadang-kadang suka bermain istilah. "Maksudnya?"
"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. Bagiku antara kami berbeda jauh, hari-hari yang kami lewati berbeda begitu juga kodrat kasta kami."
"Masih tentang perbedaan keyakinan?"
"Itu salah satunya, tapi di negaranya Eco juga bukan orang biasa."
Nilam tahu kekasih sahabatnya adalah seorang yang memiliki pengaruh besar di negaranya pertemuan mereka di Bali dan saling jatuh cinta dari pandangan pertama.
Lisa memang ketus dan cerewet tapi dia memang memiliki daya tarik tersendiri.
"Kamu izinkan mantan suami brengsek mu itu bawa Mylea lagi hari ini?"
"Ibu yang minta izin."
"Harusnya cukup sebulan sekali kamu memberi izin, jangan terlalu longgar pada mereka."
"Aku bisa melakukan hal itu pada dia tapi tidak dengan Ibu."
"Aku bisa bantu ngomong sama Bu Maulida." tawar Lisa.
"Jangan, nanti biar aku sendiri yang mencari alasannya."
Di tengah obrolan mereka Nilam dikejutkan dengan munculnya Alfaaro dengan kemeja putihnya yang berlumuran darah.
"Kita kerumah sakit." ajaknya pada Nilam.
"Ada apa?" tanya Lisa ikut berdiri.
"Tolong urus pembayaran, ayo kita pergi segera."
Meskipun tidak tahu menahu melihat raut tegang Alfaaro membuat Lisa buru-buru melakukan perintah pria itu.
Lisa ikut terseok mengejar langkah Alfaaro dan Nilam.
"Pake mobilku saja." tawar Lisa.
"Aku sama Pak Kadik." buru-buru Alfaaro membukakan pintu mobil untuk Nilam dan Lisa sementara dia menyusul duduk di samping kemudi.
Begitu mobil berjalan Nilam dan Lisa berusaha bertanya apa yang terjadi tapi Alfaaro belum membuka suaranya.
Nilam juga dibuat bingung bagaimana sopirnya bisa bersama Alfaaro.
Hingga sampai di rumah sakit Nilam bertemu dengan Yudha dan Maulida.
Mengapa mereka disini? Bukankah mereka sedang jalan-jalan bersama Mylea.
Tapi jika mereka terlihat berantakan nan kacau dimana Mylea?
Atau jangan-jangan?
"Keluarga Mylea.." seorang dokter muda keluar dari ruangan.
Lutut Nilam lemas begitu paham apa yang terjadi, melihat Alfaaro segera mendekati dokter itu Nilam hampir tak mampu menopang berat tubuhnya.
"Nilam," Lisa buru-buru merangkul Nilam dan membawanya ikut mendekati dokter muda tersebut.
"Bagaimana Bi?" tanya Alfaaro yang terlihat akrab dengan Dokter.
"Darahnya masih kurang satu kantong."
"Ambil darahku lagi!"
"Tidak bisa Aro, ada batas maksimum, dan lagi kamu sudah sangat lemas."
"Aku tidak apa-apa."
"Tidak, aku sudah menghubungi rekanku kita tunggu kabar selanjutnya."
"Tolong selamatkan putri kami."
Dari pembicaraan Alfaaro dan dokter muda tersebut Nilam tahu jika putrinya tidak baik-baik saja, Alfaaro juga sudah mendonorkan darahnya, lantas apa fungsi Yudha disini?
Dan...
"Maafkan Ibu Nilam.." Isak Maulida menghampiri Nilam yang tengah syok.
Pernahkah kamu merasakan mati rasa yang sesungguhnya, hingga apapun yang menyakiti tidak lagi terasa? Atau pernahkah air matamu tiba-tiba terjatuh tanpa kamu sadari! Itulah yang kini sedang menyapa Yudha, bahkan luka di kepalanya sama sekali tidak terasa, padahal lukanya memerlukan beberapa jahitan, itupun ia sadari ketika melihat tangisan histeris ibunya. Dan air mata itu menetes tanpa ia sadari, ia akan tersadar ketika tetesannya sudah jatuh kebawah.
Tuhan... bolehkah ia memutar kembali waktu yang sudah ia lewati? Ia akan merubah segalanya tidak akan menenggak minuman laknat yang membuatnya memiliki kesehatan buruk sampai sekedar mendonorkan darah untuk putrinya saja tidak bisa.
Gula darah dan tekanan darah tinggi, dia masih muda kenapa penyakit itu sudah bersarang dalam tubuhnya?
Bahkan kini Yudha hanya terpaku menatap kedatangan mantan istrinya yang tak kalah kalutnya dengan keadaannya.
Yudha menyesal sangat menyesal membuat putrinya dalam kondisi seperti ini. Ini salahnya seandainya dia tidak egois ingin terus menghabiskan waktu bersama Mylea mungkin saat ini putrinya akan baik-baik saja.
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha