Kisah ini mencertiakan tentang Zahra gadis manis yang berasal dari desa.
Zahra adalah anak yang sangat berbakti kepada kedua orangtua nya. Dia bertekad menjadi orang sukses.
Zahra pun pergi merantau ke kota untuk bekerja.
Gadis itu tidak pernah menyangka dalam perjalanan hidup nya dia bertemu dengan Pria Tampan dan sukses.
Dialah Arfan pratama, Pria tampan dan sukses tapi sayang dengan kepribadian yang dingin dia selalu gagal dalam hubungan asmara nya.
Akankah Zahra dan Arfan akan bersatu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saffana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GADIS LUGU DAN SANGAT POLOS
Zahra bingung melihat telinga Arfan yang memerah, pasalnya Gadis itu tak melihat Arfan terbentur atau digigit serangga.
Pria yang ditanya nya pun diam saja tak mau menjawab. Zahra Gadis manis yang lugu dan sangat polos itu langsung mengeluarkan minyak kayu putih dan memberikannya kepada Arfan.
"Ini, minyak kayu putih … oleskan saja ke telingamu, minyak ini bagus jika kulit kita tergigit nyamuk atau serangga." Zahra menyodorkan minyak nya. Gadis itu berpikir Pria yang di sebelah nya pasti tergigit serangga sewaktu akan memasuki mobil. padahal dialah penyebab nya. Jika dia tak tahu kalau Arfan sedang gugup dan malu pasti telinganya berubah menjadi merah. Mungkin dirinya tidak akan bertingkah konyol dengan menawarkan minyak.
Arfan langsung melirik ke arah Zahra. Pria itu heran sekaligus gemas dibuatnya. Zahra yang terus menatap Arfan dengan wajah lugu nya, sembari menyodorkan minyak pun merasa heran. Kenapa Arfan diam saja. Pria itu Malah balik ikut menatap dirinya.
"Saya, tidak butuh itu. Jadi kamu simpan saja." jawab Arfan. Pria itu pun langsung berbalik dan fokus lagi melihat jalanan.
"kenapa dengan jantungku ini, sepertinya bermasalah" batin Arfan bertanya-tanya. Pasal nya setiap melihat Zahra. Jantung Pria itu berdetak tak karuan.
Sore ini perjalanan sangat memakan waktu, mungkin karena akhir pekan, banyak orang yang yang sengaja keluar untuk berekreasi menghilangkan penat nya sejenak sebelum kembali bekerja ke esokan harinya.
Zahra yang mendengarnya pun langsung memasukan kembali minyak andalan nya itu.
"Mau diantar ke kosan, atau ke Rumah sakit?" tanya Arfan pada Zahra. tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis yang ada di sebelahnya itu.
"Tolong, antar ke Rumah sakit saja … oh, iya sesuai kesepakatan. Aku akan masuk kerja setelah Bapak selesai melakukan operasi."
"Tidak masalah … memangnya kapan dokter mengoperasi Orang Tuamu?" tanya Arfan sambil sesekali mencuri pandang ke arah Zahra.
"Dua hari, lagi," jawab Zahra singkat. Hatinya merasa gusar. Sebenarnya dirinya sangat takut karena dokter sudah menjelaskan tingkat keberhasilan nya lebih sedikit tiga puluh persen dibanding kegagalan nya yang tujuh puluh persen.
"Semoga, operasinya berjalan lancar, dan Orang tuamu bisa segera pulih kembali," tutur Arfan dengan tulus. Pria itu tahu Gadis yang ada di sebelahnya sedang cemas memikirkan resiko yang akan dihadapi Bapaknya tersebut.
"Aamiin … terima kasih," sahut Zahra. Gadis itu tidak menyangka ternyata Arfan Pria dingin itu tak seburuk yang dia kira.
"Sama-sama," jawab Arfan singkat.
Mobil yang dikendarai Arfan pun tak berselang lama berhenti di depan rumah sakit besar yang ada di jakarta pusat.
Zahra bersiap hendak membuka pintu mobil akan tetapi dikejutkan dengan permintaan Arfan.
"Terima kasih, kalau begitu aku pamit," tutur Zahra pada Arfan.
"Boleh Saya ikut?" tanya pria itu pada Zahra.
"Hah, Kamu mau ikut kemana?" jawab Zahra bingung.
"Ikut ke dalam, Saya ingin melihat keadaan orang tuamu, apa boleh?"tanya Arfan sekali lagi sembari menatap wajah manis yang dimiliki Zahra.
Zahra terdiam sejenak. Dirinya berfikir apa saja resiko jika Pria yang ada di dalam mobil itu menemui orang tuanya.
"Ng-nggak boleh!" jawab Zahra gadis itu sembari menggelengkan kepalanya.
"Baiklah," jawab Arfan singkat. Pria itu pun langsung melajukan mobilnya pergi meninggalkan Zahra.
Zahra merasa bersalah telah menolak permintaan Arfan. Akan tetapi jika dia mengijinkan menemui Ibu dan Bapak nya.
Dia takut ibunya akan curiga. Dirinya juga tidak dekat dan akrab dengan Arfan. Hanya saja mereka dekat karena terikat satu perjanjian konyol.
"Apa dia marah?" gumam Zahra bertanya pada dirinya sendiri. Gadis itu pun langsung melangkahkan kaki nya masuk kedalam Rumah sakit tersebut.
****
Di tempat lain. Rian berada di apartemen Arfan. Pria itu sedang menunggu Bos sekaligus sahabat nya tersebut.
Karena sudah mengenal dan bersahabat dengan waktu yang sangat lama. Arfan dan Rian pun saling mengetahui kode password pintu Apartemen nya masing-masing.
"Tumben-tumbenan ini orang nggak ada di rumahnya." gumam Rian. Pria itu pun langsung mengambil Air dari lemari pendingin dan meminumnya.
Rian yang mulai bosan Karena sudah lama menunggu sahabatnya itu, akan tetapi yang di tunggunya tak kunjung datang. Akhirnya Pria itu pun mencoba menghubungi Arfan dengan menelpon Sahabatnya tersebut.
"Halo, lo ada dimana Bro? gue udah nungguin lama di Apart, tapi penghuninya nggak pulang-pulang," tanya Rian yang sudah sangat bosan menunggu.
"Sebentar lagi gue sampe, lu diem aja di situ jangan kemana-mana," jawab Arfan Pria itu pun langsung mempercepat laju kendaraannya.
"Oke," sahut Rian. Panggilan pun langsung di akhirnya.
Tak berselang lama pintu Apartemen dibuka dari luar. Rian pun melihat sosok Pria tampan sedang berjalan mendekat ke arahnya.
"Tumben, penampilan Lo … aga beda hari ini," ungkap Rian Karen melihat Arfan menggunakan pakaian yang sangat rapi. Padahal setiap akhir pekan dia selalu terlihat kusut seperti baju yang belum di setrika.
"Gue habis dari rumah," jawab Arfan sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk di seberang Rian.
"Oh, pantesan. Gimana kabar Tante Tari, sehatkan?" Rian bertanya kepada Arfan. Pria itu sudah menganggap Mamanya Arfan sebagai Ibunya juga.
"Kabar nya, sangat sehat," jawab Arfan.
"Tumben lu ke sini, Ada urusan apa?" Lanjutnya lagi bertanya kepada Rian.
"Hmmm … Jadi begini, gue setuju dengan permintaan yang lo ajukan waktu itu," tutur Rian sembari melihat sahabat nya yang sedang duduk sembari meminum minumannya.
"Woi … itu minuman gue!" seru Rian yang tak terima minuman yang diambilnya dihabiskan Arfan hingga tak tersisa.
"Nggak salah? semua yang ada di tempat ini, punya gue. lo tuh yang main ambil aja!" cibir Arfan menimpali ucapan Rian.
"Ah … elah lo jadi orang perhitungan banget. Apalagi sama gue," sungut Rian pada sahabat nya itu.
"Jadi gimana? lo setuju kan, yang gue omongin tadi?" tanya Rian penasaran. Karena Arfan tak menjawab pertanyaan nya.
"Nggak, gue nggak setuju! lo telat Yan!" jawab Arfan menolak dengan tegas
"Loh, kok bisa? cepat sekali, lo dapet dari mana perempuan yang langsung setuju gitu aja?" lanjut Rian tak percaya.
"gue udah menemukan seseorang. Gadis manis dan juga sangat lugu. Tentunya Gadis itu tidak bisa menolak karena dia mempunyai hutang budi sama gue," jawab Arfan. bibirnya tertarik ke atas menampilkan senyum yang tak bisa diartikan.
"Jangan bilang … Lo udah ngancem anak Gadis orang?" seru Rian. Pria itu tak menyangka sahabat nya bisa senekat itu.
"Lo udah tahu jawaban nya … kenapa masih bertanya," jawab Arfan dengan santainya.
"Gila Lo, Arfan Pratama! Gue nggak nyangka!" Rian sungguh tak mengira Sahabat sekaligus Bosnya bisa senekat itu.
LOgiKA