Menikah bukanlah target seorang Loralei Nyx dalam waktu dekat. Tapi, pada kenyataannya, dia harus berakhir menjadi seorang istri juga.
Menyandang status sebagai pendamping CEO dari keluarga Dominique yang tersohor adalah impian banyak wanita. Namun, tidak bagi Loralei yang membenci suaminya sendiri, tak lain adalah bosnya.
Agathias Gemala Dominique. Pria galak yang selalu membuat hidup Loralei tidak tenang satu detik saja. Tiba-tiba memaksa untuk menikah dengannya tanpa memberikan pilihan, pertanda harus mau menjadi mempelai wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Jadi, harus mengomel dahulu baru diberikan uang? Kenapa tak dari awal menikah saja Loralei lakukan itu. Tapi, kalau ia tidak terdesak dan membutuhkan sekali, pasti juga enggan meminta uang pada Agathias. Berhubung gajinya sudah ludes saja baru membutuhkan harta pria itu.
“Terima kasih, aku ambil satu saja.” Loralei memilih kartu yang hendak digunakan. Dia menarik satu credit card berwarna hitam. “Ini sudah cukup, asal jangan kau blokir dikemudian hari.” Menyodorkan kembali dompet ke dada Agathias yang masih berada di depannya, sembari sedikit mendorong agar menjauh dan hebusan napas pria itu tak menari di wajahnya lagi.
“Kau yakin? Masih ada sembilan lagi.” Agathias mengeluarkan semuanya.
“Ya, punya banyak juga untuk apa?” Seharusnya Loralei ambil semua, tapi tidak mau kalau dianggap hanya menginginkan uang Agathias saja. Walaupun memang sebenarnya iya, tapi dengan satu pun cukup menghidupinya.
“Oke.” Agathias memasukkan lagi semuanya ke dalam dompet. Dia lalu duduk di meja hingga lututnya dengan Loralei saling bertubrukan.
Loralei menaikkan alis ketika Agathias tak kunjung menjauh. “Kenapa masih di sini? Bukankah kau sedang mengerjakan sesuatu?” Ia menunjuk MacBook yang sejak tadi ditinggal di meja bar.
“Karena urusanku denganmu belum selesai.” Agathias menarik sudut bibir, menyeringai penuh arti. “Karena kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, bukankah tak adil jika aku tak mendapatkan apa pun?” Tangan kekarnya menyentuh paha Loralei yang mulus dan tak tertutup apa pun karena wanita itu hanya memakai celana pendek.
“Apa? Kau mau mencabuliku?” Loralei berusaha menyingkirkan tangan suaminya. Ada kilatan listrik yang mendadak mengalir di darahnya. Itu menggelikan.
Agathias mencondongkan tubuh ke depan. Dengan tubuh tinggi dan tegapnya, wajah pun sampai di samping telinga sang istri. “Ya, mendapatkan uang dariku selain gaji sekretarismu, tandanya kau harus siap melayani dan mempersembahkan tubuhmu untukku juga.”
Pria itu mengakhiri bisikan dengan menyibakkan rambut dan mendaratkan bibir ke leher mulus di depan mata. Menarikan lidah di sana supaya menggelitik, dan sesap itu dilakukan demi meninggalkan jejak merah di kulit putih istrinya serta mengantarkan gelenyar gairah.
“Aku tidak mau!” Loralei mendorong Agathias. “Jika dalam kondisi sadar, aku tak bergairah denganmu.” Bohong, padahal ia mulai merasakan kedutan di area sensitif.
“Oh, ya? Kalau begitu, mari kita mabuk.” Agathias berdiri dengan wajah yang tidak main-main. Dia memang sedang ingin. “Kau punya wine, whiskey, atau champagne?” Ia menuju kabinet di dapur, membuka satu persatu untuk mencari cairan yang bisa membuat istrinya sempoyongan.
“Tidak ada, aku bukan peminum aktif.” Loralei lekas bangkit sebelum Agathias berbalik badan. “Dan jangan perhitungan denganku. Sudah seharusnya seorang suami membiayai hidup istrinya.” Sembari berucap, kakinya melangkah menuju kamar.
Agathias menatap pergerakan Loralei yang jelas sekali berusaha menghindarinya. “Begitu juga denganmu. Sudah seharusnya seorang istri melayani suaminya.” Tangan terlipat di dada dan bahu bersandar di kulkas.
Loralei mencebikkan bibir sebelum berhasil melangkah masuk kamar. Berdebat dengan bos selalu ada saja kata-kata yang dibalikkan padanya. “Tidak ada cinta diantara kita. Mana bisa melakukan hal itu tanpa rasa.” Lirikan matanya menunjukkan ketidaksiapan andai ada benih yang akan tumbuh.
“Tidak butuh menunggu cinta untuk bercinta.” Agathias mengendurkan tangan-tangannya, mengayunkan kaki mengikis jarak dengan istri. Tapi pandangan terus tertuju pada wajah Loralei, menikmati sosok itu yang nampak bergetar takut saat ia semakin dekat. Sengaja menyeringai, menunjukkan sisi lain yang katanya suami cabul.
panggil aja cloo
penulisan rapi
alur jelas
kocak abis...