"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 25
"Akhirnya selesai juga." Nazura mengusap peluh yang membasahi dahi ketika ia telah selesai membersihkan rumah peninggalan orang tuanya. Tidak lama dihuni membuat rumah tersebut sangat kotor dan berdebu.
Nazura pun membersihkan seorang diri tanpa dibantu siapa pun. Bahkan, tidak ada yang tahu jika ia kembali pulang ke rumah orang tuanya yang berjarak tidak terlalu jauh dengan tempat tinggalnya kemarin. Jika dari pusat kota paling hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai.
"Aku kangen sekali dengan mereka," gumamnya lirih. Menatap satu persatu foto yang terpasang di dinding yang baru saja ia bersihkan.
Kehilangan.
Rasa sangat kehilangan begitu Nazura rasakan. Di mana ia tidak akan pernah bisa lagi melihat senyum tulus kedua orang tuanya. Bahkan, senyumnya sendiri pun ia merasa ragu karena selama ini Nazura hanya berpura-pura tersenyum di depan orang lain. Menandakan kalau dirinya baik-baik saja meskipun batinnya porak-poranda oleh kenyataan.
Andai boleh memilih maka Nazura akan ikut dengan kedua orang tuanya. Pergi sejauh mungkin. Namun, kembali lagi kepada takdir bahwa ia tidak akan bisa menentangnya. Sekuat apa pun usaha yang telah dilakukan. Yang bisa dilakukan Nazura sekarang hanyalah pasrah dan menerima.
"Lebih baik aku mandi dan tidur." Nazura bergegas ke kamar miliknya yang masih menyimpan banyak kenangan. Di mana masa kecilnya sangat dilimpahi kasih sayang. Namun, sekarang semua itu hanyalah tinggal kenangan.
Seusai membersihkan diri, Nazura duduk di atas ranjang dan menatap sebuah kartu kecil yang saat ini sedang dipegangnya. Kartu nama milik Roger yang ia ambil sebelum pergi dari apartemen. Di sana pun tertulis jelas alamat perusahaan Roger berada.
"Semoga Anda selalu bahagia, Tuan." Nazura tersenyum getir sembari mengusap kartu tersebut secara lembut. Lalu ia merebahkan diri dan mencoba untuk tertidur karena tidak ingin terlalu larut dengan kesedihan.
Biarlah malam ini ia bersedih, tapi esok hari ia berjanji akan menjalani hidup dengan baik dan penuh kebahagiaan tentunya.
***
Setelah satu minggu kepergian Nazura, Roger sangat tidak menyangka kalau ia akan seberantakan ini. Bayangan Nazura benar-benar mengusik hati dan pikirannya. Ia sudah mencoba untuk mengusir, tetapi semua terasa percuma.
Roger seperti kehilangan semangat hidup. Bahkan, ia merasa enggan ketika Soraya datang menemui. Padahal biasanya ia akan menghabiskan waktu dengan wanita itu. Hal itu pun membuat Soraya merasa cukup kesal.
"Roger!" Teriakan Soraya berhasil mengejutkan Roger yang saat itu sedang berusaha fokus dengan layar komputer.
"Apa, sih? Kamu membuatku terkejut," keluhnya. Menghentikan pekerjaan untuk beberapa saat.
"Aku ingin makan siang. Apa kamu mau ikut?" tawar Soraya.
Roger melirik jam tangan yang sudah menunjuk angka dua belas. "Tunggu sebentar. Aku selesaikan ini dulu."
Soraya pun diam menunggu di sofa sambil sibuk bermain ponsel. Lima belas menit kemudian barulah Roger selesai dengan pekerjaannya. Lelaki itu pun segera mengajak Soraya makan di sebuah restoran sebelum wanita itu merajuk karena itu akan lebih susah untuk merayunya.
Namun, ketika baru saja keluar dari lift, Roger dikejutkan dengan salah seorang karyawan yang berjalan mendekat sambil membawa sebuah kotak. Roger pun menghentikan langkahnya saat itu juga.
"Ada apa?" tanyanya penuh selidik.
"Tuan, ada seseorang yang mengirim makan siang untuk Anda."
"Siapa?"
"Saya kurang tahu, Tuan. Dia hanya menitipkan ini dan sangat berharap Anda memakannya," jawabnya.
Kening Roger pun mengerut dalam karena merasa heran, sedangkan Soraya mengembuskan napas kasar berkali-kali.
"Buang saja atau berikan ke salah seorang karyawanmu. Siapa tahu orang itu ingin berbuat jahat kepadamu. Kita tidak tahu apakah dalam makanan itu ada racunnya atau tidak," ucap Soraya setengah kesal.
Roger pun menyetujui ucapan Soraya dan langsung menyuruh karyawan tersebut untuk membuang makanan itu dan meminta agar tidak menerima kiriman dalam bentuk apa pun kecuali Roger sendiri yang memesan. Setelahnya, Roger pun pergi ke restoran bersama Soraya.
"Tuan! Apakah Anda berselingkuh? Apakah ini yang membuat Nazura pergi?" tukas Devi. Mengejutkan Roger dan Soraya yang saat itu sedang sibuk menyantap makanan.
suka nih peran cewe begini