Zayn Adzriel, pria berumur 30 tahun yang sulit jatuh cinta karena pernah mengalami gagal percintaan sebab kurang gerak cepat mengungkapkan isi hati ke gadis pujaan. Hingga membuat Zayn akhirnya memilih menjomblo selama bertahun-tahun lamanya.
Hingga pertemuannya tak diduga dengan Lusy Fernandez, membuat cinta tumbuh di hati Zayn.
Namun, ada masa lalu yang membuat Zayn ragu. Akankah Zayn memperjuangkan perasaannya? Ataukah mundur saat tahu Lusy seorang singel Mom?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Didatangi Max
Lusy menjalani harinya dengan begitu bahagia bersama Cheryl. Dia menghabiskan waktu bersama selama beberapa minggu dengan putri kecilnya itu. Cheryl sendiri mulai terbiasa hidup di sana, lagi pula Cheryl lebih nyaman tinggal di tempat yang memiliki suhu dingin daripada panas seperti di Indonesia.
Lusy bekerja di sebuah kafe yang ada di kota kecil itu, untung saja sang pemilik kafe tidak mempermasalahkan Lusy yang membawa anak saat bekerja. Malahan di sana Lusy diberikan tempat khusus untuk digunakan Cheryl beristirahat.
“Cheryl main di sini dulu, ya. Cheryl ‘kan anak baik.”
Begitulah ucapan yang selalu dilontarkan Lusy, saat dirinya harus melayani pelanggan. Dia akan meminta Cheryl duduk di belakang meja kasir, agar dirinya bisa tenang melayani para tamu. Kafe itu hanya ada dua pegawai, sebab itu Lusy harus lebih giat bekerja.
Saat Lusy sedang melayani tamu, tiba-tiba tatapannya tertuju ke arah seseorang yang sedang berjalan ke arah kafe.
“Rachel, tolong bawa Cheryl ke ruang istirahat. Jangan biarkan dia keluar sampai aku yang menghampiri ke sana,” pinta Lusy dengan wajah panik.
“Baik.” Teman Lusy bernama Rachel itu langsung menggendong Cheryl, kemudian mengajak gadis kecil itu ke ruang istirahat.
Max mendatangi kafe tempat Lusy bekerja, tampaknya pria itu tidak akan berhenti mengejar Lusy sampai mendapatkan anak mereka.
Begitu membuka pintu, tatapan Max langsung tertuju ke Lusy yang berdiri mengenakan seragam kafe dan celemek.
“Di mana dia?” tanya Max tanpa basa-basi.
Lusy berjalan ke arah Max, kemudian menarik kasar pria itu keluar kafe karena di dalam ada tamu.
“Apa kamu masih belum paham dengan yang aku katakan? Cheryl tidak bersamaku!” Lusy berbohong demi melindungi Cheryl.
“Kamu bohong, Lu! Kamu pikir aku tidak tahu! Kamu sudah mengambil Cheryl dari temanmu itu, ‘kan? Sekarang di mana dia?” tanya Max dengan rahang yang mengeras.
Lusy terkesiap mendengar ucapan Max, tidak menyangka jika pria itu akan tahu jika Cheryl bersamanya.
“Jika aku bohong, kamu mau apa? Meski kamu memohon hingga memaksa pun aku tidak akan pernah menyerahkannya!” Lusy bicara dengan begitu tegas, sambil menatap tajam ke Max. “Bukankah kamu mengusirku, kamu tidak mau mengakui bayiku. Lantas kenapa sekarang mengejarku, Max? Apa kamu menyesal karena kini mendapatkan karma jika istrimu sendiri malah tidak bisa hamil?”
“Kamu ….” Max mengangkat tangan bersiap memukul Lusy, tapi sebuah teriakan membuat Max berhenti.
“Jangan bersikap kasar ke wanita!” Teriakan seorang wanita tua, menarik perhatian orang yang sedang berlalu lalang, bahkan pengunjung kafe pun langsung memandang keluar.
Max melihat ke sekitar, orang-orang mulai memandangnya dengan tatapan aneh. Dia kemudian menatap Lusy, terlihat kesal karena dirinya tidak bisa berbuat banyak hal untuk menekan Lusy saat ini.
“Ingat, Lu. Aku akan datang lagi dan memastikan jika aku bisa membawa Cheryl. Dia juga anakku.” Max bicara dengan nada suara yang sedikit ditekan, lantas pergi meninggalkan Lusy.
Lusy terlihat mengangkat dagu seolah menantang, meski sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya dia begitu takut jika Max bersikap kasar dan memaksa membawa Cheryl. Dia bersyukur karena ada wanita yang meneriaki pria itu saat hendak memukulnya.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya wanita tua yang tadi meneriaki Max.
“Saya tidak apa-apa, Bibi.” Lusy tersenyum hangat berterima kasih.
“Syukurlah, kenapa pria sekarang suka sekali berbuat kasar ke wanita.” Wanita tua itu memandang ke arah Max tadi pergi.
Lusy segera masuk kafe setelah Max pergi. Dia mencari Cheryl ke ruang istirahat, lantas menggendong putrinya dan mendekap erat tubuh mungil itu.
Rachel melihat ketakutan dalam tatapan Lusy, bahkan melihat jika bola mata Lusy berkaca-kaca.
“Mommy akan mempertahankanmu, sayang. Mommy tidak akan pernah melepasmu, bahkan jika harus kehilangan nyawa Mommy sendiri.” Lusy menciumi pipi Cheryl bertubi, hingga gadis kecilnya itu menggeliat untuk menghindar.
tapi belum tentu juga sih itu penyebabny, tinggal nunggu hasilnya dulu berarti 🏃🏃
yang sabar, mungkin ga semudah itu
kali aja bisa sekalian jodohnya zahra hahahah
bodyguard++(++nya itu maksutnya suami) hihihihi
nah, bagus sih kalau Zahra masih mau model dikasih bodyguard.
tapi semoga aga Zahra ga khilaf pergi ke club lagi mentang² udah ada bodyguard, karna kan kita ga tau orang² yang iri dengan kita bakalan berbuat apa
🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀
my bodyguard my lovely