Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canggung
“Aa.”
Seruni berdiri di sebelah pria gagah sembari membawa secangkir kopi hitam dengan sedikit campuran gula. Tatapan gadis berkebaya merah muda itu tertuju pada pria yang tengah duduk bersandar memainkan ponsel. Tak terusik dengan dunia, Wisely bahkan mengabaikan sapaan tak biasa yang ditujukan padanya.
“Aa.”
Setia menanti respons Wisely, Seruni kembali memanggil dengan suara sedikit lebih kencang. Pandangan mengawas pria yang sedang memusatkan perhatian pada gawai di tangan. Jari-jari panjang menari lincah, kemudian mengusik layar dengan cepat.
“Aa, kopinya.”
Masih mematung, Seruni setia berdiri menunggu jawaban. Tergulung canggung, sesaat dilanda bingung. Setelah sekian menit, Wisely pun bereaksi. Menengadah, mengalihkan perhatian dari telepon pintar di dalam genggaman. Duduk menegak, kaki pun menyilang gagah.
“Maaf. Aku belum terbiasa.” Wisely berterus terang. Seumur hidup, dia belum pernah disapa dengan cara yang tak biasa. Para wanita yang dekat dengannya memilih panggilan manis masa kini. Menoleh sekilas, diamatinya gadis yang tengah menyembunyikan semburat jingga di pipi. Sengaja berlama-lama, mengagumi perubahan Seruni yang tampil cantik dengan kebaya merah muda.
“Ini, Aa. Kopinya.” Menghempas rasa jengah ketika ditatap dengan cara tak biasa, Seruni menyodorkan secangkir kopi yang masih menggantung di tangan.
Wisely terkejut. “Ma … maaf.” Terbata-bata, pria muda itu tersadar. Disambarnya kopi hitam yang dipersembahkan khusus untuknya.
“Aa, kalau butuh sesuatu, aku di ruang tengah.”
Tak mau berhadapan terlalu lama, Seruni berusaha menghindar. Dalam hitungan bulan, hubungan mereka akan diresmikan. Akan tetapi, semua masih terlalu baru untuknya.
“Terima kasih.” Wisely menatap ujung telunjuk Seruni yang terarah ke dalam rumah. Pandangan masih belum berpindah, diseruputnya kopi hitam sembari mengintai wanita cantik di hadapannya. Dari posisi ini, duda tanpa anak itu bisa memperhatikan dengan leluasa.
Dia cantik. Ke mana hilangnya si Siti Nurbaya? Apa aku salah mengenali orang lagi?
Tanya berkumandang dalam bungkam, Wisely terus menatap gadis cantik di hadapannya diam-diam. Sesekali, dia membuang pandangan setiap tak sengaja sorot matanya beradu lancang dengan Seruni.
Ya Tuhan, degup apa ini? Kenapa mendadak seperti terkena serangan jantung. Fokus, Wise. Fokus!
Seruni bermaksud pergi ketika Wisely menahan. Meletakkan cangkir kopi ke atas meja, dan memasang wajah datar.
“Mau ke mana?” Pria tampan itu melontarkan tanya.
“Mau … ke dalam. Kalau Aa butuh sesuatu, panggil saja.” Seruni berpesan.
Pandangan mengedar ke sekeliling, Wisely mencari keberadaan yang lain. Rumah sederhana itu tampak sepi, tak terlihat Sandi maupun Lasmi.
“Kenapa, Aa?” Gadis cantik itu bingung.
“Aku … aku … mau ke kamar mandi.” Wisely berusaha mencari alasan agar tak terjebak berdua dan semakin membuat jantungnya berdetak menggila.
“Kamar mandi?” Seruni mengernyit. Dia tak yakin dengan apa yang didengarnya hingga memastikan lagi.
“Ya, aku berangkat pagi-pagi sekali dari Jakarta, belum sempat mandi. Di mana kamar mandinya?”
Mengamati perubahan raut wajah tampan Wisely, Seruni kembali terkejut saat pria yang tak lain calon suaminya itu berdiri dan merogoh sesuatu dari kantong celana.
“Aku butuh handuk bersih.” Pinta yang terdengar tak tahu diri. Meraih tangan Seruni dan membiarkan telapak tersebut terbentang, Wisely meletakkan dompet yang dirogohnya dari saku celana. Disusul kemudian ponsel mahal yang sejak tadi digenggam erat seakan benda persegi itu sangat berharga. “Aku titip. Takutnya malah terjatuh di kamar mandi.” Menyungging senyuman manis., pria itu sanggup membuat pertahanan putri bungsu Sandi tersebut runtuh.
“Em ….” Seruni tertunduk. Ditatapnya ponsel dan dompet yang kini berada di tangannya kini hingga tak berkedip.
“Kamar mandi yang mana?” Wisely kembali bertanya.
Menunjuk ke arah dapur, Seruni masih menatap pria tampan itu lekat-lekat. Wisely dengan pesonanya, sanggup menggetarkan jiwa, membuai raga. Terlampau terpana, gadis itu bahkan tak sadar ketika lawan bicaranya telah berlalu pergi menuju ruang mungil yang dimaksud. Hingga suara terkejut dari arah kamar mandi menyentak kesadarannya.
“Bagaimana aku bisa mandi?”
Teriakan Wisely terdengar kencang dan mengusik ketenteraman semua orang. Tatapan lancang tertuju pada kloset jongkok biru muda dengan jejak noda di ubin berwarna senada. Cacing tanah berukuran gempal tampak mengintai dari celah lantai. Sesekali, ekornya menggeliat seakan menyapa orang baru yang mengunjungi singgasananya.
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...