Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Sudah lama tidak menikmati kasur nyenyak nan empuk seperti ini, Aya tidur nyenyak layaknya orang mati. Seakan tidak tahu diri di mana dia sedang berada. Tidak tahu apa yang terjadi, tidak tahu apa yang ada di sebelahnya, dia terlelap sampai pagi.
Resta tidak mengerti mengapa guling yang dia peluk terasa begitu hangat, dan beraroma. Aroma yang berbeda dari biasanya. Aroma manis yang menguar dari rambut halus Aya, karena gadis itu suka menggunakan shampoo yang beraroma buah-buahan.
Saat pagi menjelang, hasrat untuk mendekap guling hangat itu semakin terasa. Sampai lelaki itu tidak menyadari telah membuat seseorang hampir pingsan karena kekurangan oksigen. Lengan kekar dan kakinya mengunci Aya.
“Errghh… ya ampun. Apa sih ini?” Aya masih memejamkan mata sambil menggerutu kala merasakan ketidaknyamanan, seperti tersekap dan benar-benar membuatnya sesak.
Resta membuka mata, dia terperanjat kaget. Merasa tidak pernah memiliki guling berwarna hitam seperti ini, apa yang sudah dipeluknya semalaman? wangi, dan hangat. “Apa ini?” dia mendorong tubuh Aya yang sedang membelakanginya. pakaian serba hitam yang Aya gunakan membuat seseorang kaget dan panik. Satu dorongan kuat berhasil menghempaskan Aya dari atas kasur, sampai ke lantai. Hingga gadis itu meringis kesakitan.
“Duh…” keluh Aya.
“Siapa kamu?” kesadaran Resta belum penuh, masih mengantuk juga mungkin pengaruh alkohol semalam masih tersisa.
“Ma-af Pak.” Aya cepat-cepat menutup kepalanya dengan hoodie jaket yang sedang dipakainya. Gadis itu memegangi pundak dan pinggangnya. Sakit dan tidak nyaman karena benturan di lantai yang disebabkan oleh Resta.
“Aya?” Resta berkerut kening, mendengar suara itu. Dia cukup mengenalnya.
“Maaf Pak, saya numpang tidur. Maaf saya nggak tau bapak ada di sini. Maaf.” berulang kali Aya meminta maaf tanpa berani menatap lawan bicaranya karena dia sadar akan kesalahannya.
“Sakit nggak?” Resta langsung bergerak ke tepi ranjang, tidak lupa masih membalut tubuhnya dengan selimut, karena dia hanya mengenakan boxer saat ini.
Lelaki itu mengulurkan tangannya, menyesali tindakan bodohnya karena telah mendorong Aya sampai gadis itu meringis kesakitan. “Maaf, saya pikir orang asing.”
Aya bangun, tanpa menerima uluran tangan Resta. “Saya yang minta maaf. Numpang tidur di sini tanpa izin Bapak.”
“Ya, kenapa kamu bisa di sini?” ini yang membuat Resta penasaran. Lelaki itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari wajah Aya. Beda, ada yang berbeda dari Aya yang biasanya. Tidak ada kacamata, gadis ini jauh terlihat lebih cantik.
“Ada hal yang nggak bisa saya ceritakan, Pak. Oh ya, saya izin terlambat ya. Saya mau pulang dulu, mandi dan ganti pakaian.” Aya buru-buru mengambil langkah, tidak lupa mengenakan sandal jepitnya.
Resta memperhatikan gadis itu dari atas hingga ke bawah. “Wajib cerita, bukan saya kepo dan sebagainya. Kamu sekretaris saya, bagian dari perusahaan, apapun yang terjadi sama kamu, saya harus tau. Apa kamu sedang menghindari sesuatu?”
Aya sudah berdiri di ambang pintu, tidak jadi keluar karena pernyataan sekaligus pertanyaan itu. “Saya harus menanggung utang Ayah saya Pak. Akhir-akhir ini ada dua orang penagih utang yang sering nunggu saya di depan kos.”
“Utang ayah kamu, kenapa kamu yang dikejar-“
“Karena ayah saya sedang dalam penjara.”
“Apa?! penjara?!”
“Iya. Bukan kasus kriminal yang mengerikan kok, ayah saya bukan pembunuh. Hanya koruptor.” Aya menghela napas berat. Sudah membuka aibnya, aib keluarganya.
“Kamu anak seorang koruptor?” Tanpa sadar, saking kagetnya Resta menyebut kata koruptor itu dengan penuh penekanan.
Aya mengangguk. “Memalukan. Saya malu, tapi saya nggak punya pilihan lain.”
“Ya udah, sana kamu pulang siap-siap. Saya kasih waktu satu jam.”
“Iya Pak.”
Aya menutup pintu, dia memegangi keningnya. Masih pusing, juga pundaknya masih terasa nyeri karena benturan keras di lantai. Ada rasa khawatir di benaknya kala melihat perubahan ekspresi Resta ketika mendengar cerita tentang ayahnya.
***
Resta tidak langsung bangkit dari ranjangnya. Lelaki itu kembali berbaring, banyak hal yang dia pikirkan. Awalnya, dia sempat iba dengan Aya karena terjerat utang yang seharusnya bukan menjadi tanggungjawabnya. Namun, dia cukup kaget ketika mendengar siapa Aya sebenarnya. Anak seorang koruptor? bukankah itu juga perbuatan yang cukup keji. Ya, memang di jaman sekarang ini tidak lagi terdengar asing. Hanya saja… entahlah Resta kecewa mendengarnya. Kecewa tak bertuan, dan tidak tahu apa alasan dia kecewa karena hal itu.
Padahal, awalnya dia cukup senang karena menyadari semalaman dia tidur dengan memeluk guling hidup berwujud seorang Widi Naraya yang cantik meski tanpa riasan. Wajah blasteran Indo-Jerman milik Aya benar-benar membuatnya sedikit terpana. Tapi kembali lagi mengingat siapa Aya, dia kembali kecewa.
Ada banyak hal yang ingin Resta lakukan hari ini, dia pun bergegas ke kamar mandi. Salah satu hal penting yang ingin dia lakukan adalah menemui papanya Nadine untuk mengembalikan semua uang yang pernah di pinjamnya.
***
Aya mengemas semua barang-barangnya. Laptop, pakaian dan semua-semua yang menurutnya penting. Dua tas dan satu koper sudah dia siapkan. Dia akan pergi ke suatu tempat, menggunakan taksi. Mulai malam ini, Aya tak lagi menempati kos-kosan lamanya, dia sudah menemukan tempat strategis yang mungkin akan sulit ditemukan oleh para preman itu.
Gadis itu terlambat lebih dari dua jam, dari waktu yang telah Resta tentukan. Bagaimana tidak, setelah membawa barang-barangnya ke tempat baru menggunakan taksi, Aya harus kembali lagi ke kos lamanya untuk mengambil motor, setelah itu dia berangkat ke kantor.
“Kenapa lama sekali?” lelaki itu sudah rapi, dan menatap tajam ke Aya.
“Maaf Pak, saya harus mengemasi barang-barang saya dan pindah ke tempat baru-“
“Banyak sekali drama kamu ini.” Resta tidak tahu mengapa dia sangat kecewa dan sikapnya berubah begitu saja terhadap Aya.
🥲
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️