Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Reuni
Zhiyuan pura-pura sibuk membantu istrinya duduk, sama sekali tidak menyambut uluran tangan Hsu Rou.
“Kalau soal minum, biar aku saja yang ganti.”
Dengan tenang, ia menggulung lengan kemejanya lalu mengambil gelas anggur di depan Liu Yuxin.
Wajah Hsu Rou langsung menegang. Tangannya yang menggantung di udara ditarik kembali dengan kasar, lalu sengaja menyenggol tangan Zhiyuan hingga anggur tersebut tumpah ke lantai.
Cress!
Cairan merah menyebar di lantai, sebagian membasahi kemeja Zhiyuan.
“Oh—” Liu Yuxin refleks menahan napas. Matanya membesar, lalu dengan cepat ia menoleh pada pelayan. “Cepat, tolong ambilkan tisu!”
Nada suaranya lembut, penuh kepedulian. Ia segera berdiri sedikit, mengulurkan tangan dan membersihkan noda di dada Zhiyuan.
Pemandangan itu membuat seisi meja tertegun. Semua orang tahu Liu Yuxin sebagai wanita elegan, dingin, dan tak pernah menunjukkan perhatian berlebihan pada siapa pun. Namun kali ini, ia tampak panik dan penuh sayang pada suaminya.
Zhiyuan menerima tisu dari pelayan, namun sebelum sempat mengelap sendiri, Yuxin lebih dulu menekankan tisu di kemejanya. Zhiyuan menatapnya sekilas, lalu tersenyum tipis.
“Terima kasih, sayang,” ucapnya tenang, seolah-olah itu adalah hal biasa di antara mereka.
Kata-kata itu membuat beberapa orang di meja terdiam kaku, sebagian lainnya saling pandang dengan ekspresi kaget. Suasana hening sesaat, sebelum Hsu Rou—dengan wajah yang semakin kelam—berusaha memecah keheningan.
'Cih... Mau pura-pura jadi istri idaman?' batin Hsu Rou kesal.
“Tunggu dulu! Kalian berdua kan datang terlambat. Lagi pula, Liu Yuxin juga bisa minum sendiri. Kenapa harus digantikan orang lain?” ucapnya dengan licik.
Zhiyuan hanya mengerutkan kening. Tiga gelas anggur bukan masalah untuk Liu Yuxin, sisanya bisa ia tanggung. Namun, Hsu Rou tidak berhenti.
“Satu orang terlambat hukumannya tiga gelas. Kalian berdua berarti enam gelas, tapi karena telat parah, minimal dua belas gelas.”
“Sudahlah, jangan bikin suasana jadi tidak nyaman. Kita juga sudah lama tidak reuni, jangan sampai semuanya mabuk di awal. Lebih baik makan sambil nostalgia,” sela seseorang, berusaha mencairkan suasana.
Hsu Rou terpaksa mundur, meski wajahnya jelas tak puas.
Suasana pun kembali cair.
“Suamiku kerja di kantor pemerintahan, gajinya sekitar sepuluh ribu sebulan. Tidak terlalu besar, tapi cukup. Bagaimana dengan suamimu?”
Seseorang bertanya ringan, dan Hsu Rou langsung menyambar dengan penuh kebanggaan.
“Suamiku manajer di Jinyao Entertainment, gajinya lima juta setahun.”
“Serius?! Manajer Jinyao Entertainment?!”
Orang-orang di sekitar terperangah. Jinyao Entertainment adalah salah satu dari sepuluh perusahaan hiburan terbesar di negeri ini. Bisa bekerja di sana saja sudah bisa dipamerkan, apalagi jadi manajer.
Wajah Hsu Rou semakin sombong. Tatapannya pun beralih kearah Zhiyuan.
“Dengar-dengar, kau cuma menantu Keluarga Liu?”
Seketika, suasana jadi dingin. Tatapan jijik dan heran tertuju pada Zhiyuan.
Dengan tenang, ia meletakkan sumpitnya. “Benar.”
Liu Yuxin langsung pucat. Ia tidak bisa membantah, karena itu memang kenyataan. Ia hanya bisa diam sambil menggenggam sumpit erat-erat.
Zhiyuan menepuk lembut tangannya. “Jangan khawatir. Ayo makan.”
Namun, Hsu Rou tak berhenti. “Aku dengar kau cuma ongkang-ongkang kaki di rumah, makan dari hasil kerja istrimu. Bahkan uang saku bulanan pun dari istrimu. Apa sekarang kau sudah punya pekerjaan?”
Suara bisik-bisik terdengar dari meja.
Dengan tenang, Zhiyuan menunggu Liu Yuxin selesai menyeka mulutnya, lalu menjawab, “Aku kerja di perusahaan istriku.”
“Tuh kan? Benar dugaanku. Cuma tahu numpang sama istri.”
Wajah Liu Yuxin semakin gelap. Ia hendak membela, tapi Zhiyuan menahannya.
“Kau sedang cuti, ingat? Jangan buang-buang tenaga untuk berdebat dengan orang-orang ini. Fokus saja makan.”
Saat itu, pria gemuk di samping Hsu Rou menyeringai. “Hei, laki-laki kok numpang sama istri? Kalau mau, aku bisa atur kau jadi tukang bersih-bersih di Jinyao. Jauh lebih baik daripada hidup seperti ini.”
Bibir orang-orang melengkung licik, menunggu pertunjukan yang sebentar lagi dimulai.
Hsu Rou tertawa kecil. “Iya, Yuxin. Biarkan suamimu kerja di Jinyao, kan lebih baik daripada cuma jadi benalu. Setuju, kan?”
Pipi Liu Yuxin memerah menahan amarah. Meski tidak dihargai keluarganya, ia masih punya harga diri. Belum pernah ia dipermalukan seperti ini.
Namun, sebelum emosinya meledak, Zhiyuan lebih dulu menolak. “Terima kasih, tapi aku sudah cukup nyaman bekerja di perusahaan istriku.”
Tatapan meremehkan langsung bermunculan.
“Sampah tetaplah sampah.”
“Liu Yuxin secantik itu, sayang jatuh ke tangan pria seperti dia.”
Qian Ming, suami Hsu Rou, tersenyum penuh kemenangan sambil melirik cabul ke arah Liu Yuxin. 'Cih, wanita secantik ini mempunyai pria sampah sebagai suaminya. Sedangkan aku? Yang kudapatkan hanga wanita yang pandai menghambur-hamburkan uang.'
Acara reuni pun berakhir hambar. Banyak orang pulang dengan wajah puas setelah menonton pertunjukan mempermalukan Zhiyuan, namun tidak dengan Liu Yuxin yang keluar dengan wajah bersalah.
“Maafkan aku, Zhiyuan. Kalau aku tahu bakal begini, aku tidak akan datang. Aku benar-benar minta maaf.”
Liu Yuxin menunduk seperti anak kecil, jemarinya saling meremas.
Zhiyuan tersenyum nakal, sengaja menggoda. “Permintaan maafmu ini kurang tulus.”
Liu Yuxin mengangkat wajah bingung, tapi langsung salah tingkah saat menatap mata penuh energi milik suaminya. Tatapan itu sesekali jatuh ke bibirnya, membuat wajahnya semakin merah.
Zhiyuan tertawa kecil, lalu mengusap rambutnya. “Sudahlah, aku tidak marah. Orang yang punya tujuan besar tidak akan diganggu hal remeh seperti tadi.”
Liu Yuxin terdiam. Sosok suaminya di matanya tampak semakin besar, seolah menyimpan sesuatu yang luar biasa. Mungkin… masa depan Zhiyuan tidak sesederhana yang dia lihat sekarang.
....
Keesokan harinya, mereka bangun lebih pagi dan keluar bersama. Setelah sarapan dan sedikit perdebatan dengan ibu mertuanya, Zhiyuan mengantar istrinya sampai duduk di mobil.
“Kau tidak pergi ke perusahaan hari ini?” Liu Yuxin menoleh sambil merapikan tasnya.
Zhiyuan mencondongkan tubuh, membantu mengencangkan sabuk pengaman istrinya, lalu melambaikan tangan seolah mengusir sesuatu di luar jendela mobil.
“Aku ada urusan lain, jadi aku tidak bisa masuk hari ini, tapi tenang saja, semua di perusahaan sudah kuatur.”
Hari itu, ia tidak ikut Liu Yuxin ke Vanguard Security. Perusahaan itu sudah berjalan stabil, dan sekarang waktunya ia mengalihkan fokusnya lebih banyak ke Jinyao.
Liu Yuxin sebenarnya penasaran dengan kesibukan Zhiyuan belakangan ini. Namun, karena suaminya tidak berniat menjelaskan, ia memilih menahan diri.
Wanita yang cerdas tahu kapan harus bertanya dan kapan harus pura-pura tidak tahu.
“Kalau begitu, aku berangkat dulu.”
“Baiklah, hati-hati di jalan.”