Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 24
Saat ini mereka semua tengah melakukan acara makan malam. Acara makan malam berjalan dengan tenang dan nikmat. Setelah acara makan malam selesai, Willie membuka suara.
“Pa, Ma aku mau bicara sama mama dan papa.”
Inggrit dan Tomi saling memandang, mereka berdua seperti satu pemikiran apa yang akan dibicarakan oleh putanya itu, sepertinya sangat seius.
“Kamu mau bicara apa?” tanya Tomi.
“Tapi sebelumnya Willie ingin mama dan papa tidak menolak permintaan ini” Willie mantap mama dan papanya.
Tomi dan Inggrit menatap ke arah putra mereka itu dengan memincingkan kedua mata mereka. Sebelum Willie berbicara mereka tidak ingin berfikiran yang aneh-aneh lebih dulu.
“Kamu mau ngomong apa sih Will sebenarnya?” tanya Inggrit penasaran.
“Willie dan Tari sepakat untuk pindah ke apartemen yang papa belikan” kata Willie tegas.
Membuat kedua orang tuanya itu terkejut dengan ucapan Willie tadi.
“Tidak bisa” tolak Tomi dengan tegas.
“Willie sudah ngomong tadi kalau mama dan papa tidak boleh menolak permintaan ini” ujar Willie.
“Tapi kenapa kalian harus pindah sayang?” tanya Inggrit.
“Memang kenapa kalau kamu dan Mentari tinggal disini, lagi pula Mentari kan ada temannya kalau di rumah ini” ujar Inggrit.
“Willie ingin mandiri ma!”
“Kamu yakin ingin pindah karena ingin mandiri? Bukan karena hal lain?” tanya Tomi sambil menatap putranya itu serius.
“Yakin, tanya saja sama Mentari” ujar Willie.
Mentari namanya yang disebut oleh suaminya itu langsung saja mendongakkan kepala. Padahal dari awal Willie berbicara dengan mama dan papanya, gadis itu hanya diam dan menundukkan kepala.
“Tari” ucap Tomi tegas.
Sebenarnya Mentari tidak tahu akan berbicara apa, tapi kalau ia diam aja pasti Willie akan marah pada dirinya.
“Tari…tari ngikut aja sama kak Willie pa” ucap Mentari gugup.
“Sayang, kamu kalau tidak setuju dengan keinginan Willie bilang aja, jangan takut” ucap Inggrit lembut.
“Nggak ma, Tari nggak keberatan kok. Tari malah senang kalau kak Willie ingin belajar mandiri” ucap Mentari sambil tersenyum pada Inggrit.
“Bagaimana Pa, Ma?” tanya Willie.
“Okay, papa izinin!”
“Tapi ingat kalau sampai papa dengar kamu memperlakukan Mentari semena-semena, kamu tau apa resikonya Will” ucap Tomi dengan menegaskan pada setiap katanya.
Sebenarnya Willie sedikit takut dengan ucapan papanya itu, itu bukan hanya sebuah ancaman biasa. Namun itu adalah ancaman yang mampu membuat Willie mengikuti semua ucapan kedua orang tuanya.
“Okay” ucap Willie santai.
.
Kini Willie dan Mentari sudah berada di kamar. Setelah banyak pertanyaan dan pesan yang diucapkan oleh papa dan mamanya, akhirnya mereka benar-benar memberikan izin untuk Willie dan Mentari pindah ke apartemen.
“Tari, sebelum kita pindah gua mau buat sebuah perjanjian” ucap Willie secara tiba-tiba.
“Maksudnya kak?” ucap Mentari yang tidak paham dengan apa yang Willie maksud.
“Perjanjian tentang apa yang harus lu lakukan dan apa yang nggak perlu lu lakukan” ucap Willie sambil menatap Mentari tajam.
“Memang harus ya kak?” tanya Mentari polos.
“Harus, karena dalam perjanjian ini kita akan saling diuntungkan” ucap Willie.
“Memang apa perjanjiannya kak?”
Willie tersenyum miring, ia yakin dengan mereka pindah ke apartemen dan perjanjian ini Mentari akan menyerah dan akan meminta pisah dengan dirinya.
“Lu harus dengarkan baik-baik, karena gua cuma ngomong sekali aja” ujar Willie, yang langsung dianggukan oleh Mentari.
“Pertama, lu jangan pernah ikut campur sama urusan gua, dan gua pun nggak akan ikut campur sama urusan lu. Gimana?”
“Okay kak” ucap Mentari.
“Kedua, gua nggak mau sampai ada seorang pun yang tahu tentang pernikahan kita ini. Mau itu Queen pun tidak boleh tahu.”
Mentari terdiam sejenak, dan ia langsung saja menganggukan kepalanya.
“Yang terakhir lu jalanin peran lu sebagai seorang istri kalau di apartemen atau pun di depan mama dan papa. Gua juga akan menjalani tugas gua sebagai seorang suami!”
“Tapi kalau di luar jangan lu bersikap seolah kenal dekat sama gua” jelas Willie.
“Apakah kita juga akan menjalankan peran selayaknya suami istri yang sesungguhnya kak?” tanya Mentari ragu-ragu.
“Jelas, gua akan berperan selayaknya suami lu selama pernikahan kita ini” ujar Willie.
“Tapi masalah yang itu kak” ucap Mentari malu-malu.
Willie mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti maksud ucapan gadis itu. Namun lama-lama dirinya paham maksud ucapan Mentari.
“Lu tenang aja, gua nggak akan pernah nyentuh lu. Karena gua nggak bakalan nyentuh cewek yang tidak gua cintai” ujar Willie.
Mentari tersenyum getir, aturan ia tidak bertanya seperti itu. Padahal dirinya tahu jawaban Willie, tapi kenapa masih bertanya. Suaminya itu saja jijik dengan dirinya, bagaimana bisa untuk menyentuhnya.
“Lu dengerin gua baik-baik. Walaupun gua bilang pernikahan kita ini hanya diatas kertas saja, tapi mulai saat ini gua akan mencoba menjadi seorang suami yang melakukan kewajibannya.”
“Tapi gua nggak akan menyentuh tubuh lu ini, sebelum gua benar-benar jatuh cinta sama lu.”
“Satu hal lagi, jangan coba-coba lu deketin cowok lain atau mau di dekatin sama mereka. Atau gua bakalan langsung bilang sama mama, papa dan ayah lu. Serta gua akan mengugat cerai lu dengan alasan lu selingkuh” ucap Willie.
“Lalu kakak yang memiliki hubungan sama Natasya saat ini bagaimana?” tanya Mentari.
“Terserah lu, kalau lu mau gugat cerai gua silahkan. Tapi ingat bagaimana kondisi ayah lu sekarang” ucap Willie ketus.
Mentari langsung saja terdiam, memang ia dapat bertahan dan sabar akan ucapan Willie serta hubungan suaminya itu dengan Natasya adalah sang ayah. Mentari tidak ingin membuat kondisi ayahnya memburuk karena dirinya.
“Ini kartu ATM buat kebutuhan lu selama jadi istri gua” ucap Willie.
“Jadi mulai sekarang lu jangan terima uang dari mama” lanjut Willie, yang langsung dianggukan oleh Mentari.
“Kita akan pindahan besok, lu titip izin ke Queen untuk tidak masuk sekolah besok” ucap Willie, kemudian ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Mentari menatap punggung Willie yang mulai tertutup oleh pintu kamar mandi sambil tersenyum.
“Aku akan buat kamu jatuh cinta sama ku kak, sebelum pernikahan kita ini berakhir” gumam Mentari.
.
.
Keesokan paginya seperti rencana Willie semalam, mereka akan pindah ke apartemen yang dibelikan oleh sang papa.
“Kamu harus ingat ya Will sama ucapan papa” ucap Tomi.
“Iya pa, Will akan selalu ingat akan hal itu” ujar Willie.
“Sayang mama dan papa minta maaf ya nggak bisa ngaterin kalian pindahan ke apartemen.”
“Soalnya mama dan papa harus ketemu sama client penting pagi ini” ujar Inggrit.
“Nggak papa kok ma” ucap Mentari sambil tersenyum.
“Malah bagus” gumam Willie.
“Kamu ngomong apaan tadi?” sergap Inggrit.
Karena wanita itu berada tepat di samping Willie, jadi ia mendengar ucapan cowok itu walaupun dengan suara yang kecil. Namun Inggrit tidak mendengarnya begitu jelas.
“Emang Willie ngomong apa?” Willie menatap mamanya santai.
“Udah kita berdua pamit, nanti kelamaan ngomong di sini malah buat proses kita berdua beres-beres jadi lama” ucap Willie.
“Ya sudah kalian berdua hati-hati, kalau sudah sampai di apartemen kabari papa.”
“Nanti kalau urusan kantor cepat selesai papa dan mama akan mampir ke sana” lanjut Tomi.
Willie hanya mengangguk saja, kemudian ia pamitan dengan mama dan papanya dan masuk ke dalam mobil, Mentari juga seperti itu.
Setelah sampai di apartemen, Willie langsung menurunkan koper mereka.
“Biar gua aja yang bawanya, lu nggak usah” cegah Willie pada Mentari ketika gadis itu ingin membawa kopernya.
Mentari hanya mengangguk saja sambil tersenyum manis pada Willie.
Sampai mereka di kamar Willie dan Mentari langsung saja duduk di sofa. Mereka berdua cukup merasa lelah karena dari subuh sudah merapikan barang-barang yang akan mereka bawa.
“Owh iya kamar lu sebelah sana dan yang itu adalah kamar gua, jangan pernah lu coba-coba buat masuk ke dalam kamar gua” ucap Willie dengan menatap tajam Mentari.
“Iya kak” ucap Mentari singkat.
Willie langsung saja membawa kopernya dan berjalan masuk ke dalam kamar.
“Kita mulai dari awal ya kak, tidak ada dalam hidup aku nikah dua kali dalam seumur hidup ku” gumam Mentari menatap pintu kamar Willie.
Bersambung…