NovelToon NovelToon
Jadi Istri Om Duda!

Jadi Istri Om Duda!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Duda
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Galuh Dwi Fatimah

"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keyakinan Bastian dan Riri

Suasana ruang tamu rumah Riri semakin tegang. Hening sesaat setelah pernyataan Bastian yang dengan berani meminta restu. Rahayu menatap mereka berdua, antara perasaan kecewa dan bingung harus berkata apa.

Ia akhirnya bersuara dengan nada yang berusaha tetap tenang meski suaranya terdengar berat.

“Lebih baik kalian berdua jaga jarak dulu,” ucap Rahayu akhirnya. “Siapa tahu perasaan kalian berdua itu hanya rasa penasaran karena sering bertemu.”

Riri yang sejak tadi diam akhirnya menatap mamanya tajam, suaranya bergetar tapi tegas.

“Ma… aku gak mau.”

“Riri,” tegur Rahayu pelan namun tajam.

Riri menggeleng cepat. “Sebelum Mama suruh kami berdua jaga jarak, aku sama Om Bas udah lebih dulu jaga jarak, Ma. Tapi apa? Kami gak bisa jauh. Justru karena jarak itu kami jadi saling jujur sama perasaan kami, seperti yang Mama tahu sekarang.”

Rahayu memejamkan mata, menarik napas dalam, menahan emosinya.

“Riri, kamu masih terlalu muda untuk bicara seperti itu. Kamu gak paham apa yang kamu rasakan.”

Riri menatap Mamanya dengan mata berkaca-kaca. “Aku paham, Ma. Aku tahu apa yang aku rasakan. Aku gak lagi main-main, aku sayang sama Om Bas. Aku tahu semua orang bakal nyalahin aku, tapi aku juga tahu… Om Bastian bukan orang yang mau main-main sama perasaan aku.”

Bastian yang sejak tadi duduk di seberang Riri pun ikut bicara, suaranya dalam dan mantap.

“Saya yang salah kalau hubungan ini membuat kalian sebagai orangtua Riri merasa kecewa. Tapi saya pastikan satu hal, saya gak berniat sedikit pun mempermainkan Riri. Saya serius.”

Raden yang sedari tadi diam kini angkat bicara.

“Bas,” suaranya berat, seperti menahan sesuatu di dada. “Kamu tahu kan, usia Riri itu jauh di bawah kamu. Bahkan kamu seusia dengan saya, papanya. Apa kamu siap menghadapi sikap dia yang manja, emosinya yang belum stabil, dan semua hal kekanakannya?”

Ia menatap Bastian lekat-lekat, ekspresinya campuran antara seorang sahabat dan ayah yang sedang melindungi putrinya.

“Mungkin dia lebih cocok jadi putri kamu dibandingkan menjadi istri kamu.”

Riri tersentak mendengar kalimat itu. Tapi sebelum ia sempat membalas, Bastian lebih dulu bicara.

“Den,” ucap Bastian pelan tapi tegas. “Sebelum saya memulai hubungan ini dengan Riri, saya pun punya pikiran yang sama dengan kamu. Saya juga ragu, saya takut dianggap salah. Tapi ternyata Riri berbeda.”

Raden mengerutkan kening. “Berbeda gimana maksud kamu?”

Bastian menatap Riri sejenak, senyum lembut muncul di wajahnya. “Dia tahu kapan harus bersikap dewasa, tahu kapan harus menahan diri. Riri memang manja, tapi dia juga tahu bagaimana membuat saya merasa hidup lagi.”

Rahayu menatap Bastian dalam, nadanya masih dingin. “Kamu sadar gak, Bas? Hubungan ini bisa menimbulkan banyak omongan. Orang luar gak akan paham dengan hubungan kalian. Apa kamu sudah siap jadi bahan gunjingan?”

“Saya siap, Rahayu.” jawab Bastian tanpa ragu. “Saya sudah terlalu lama hidup dengan menjaga penilaian orang lain pada diri saya. Tapi kali ini, saya cuma ingin memperjuangkan seseorang yang benar-benar saya sayangi.”

Riri menggenggam tangannya sendiri, suaranya pelan tapi penuh keteguhan.

“Ma, Pa… aku tahu semua ini sulit diterima. Tapi aku mohon, jangan lihat perbedaan umur kami, tolong lihat niat kami. Aku bahagia sama Om Bas. Aku gak mau kehilangan dia.”

Raden menatap keduanya lama. Ada keheningan panjang yang hanya diisi detak jam dinding.

Akhirnya ia berkata lirih, “Papa butuh waktu, Riri. Papa gak bisa langsung terima semua ini begitu saja.”

Rahayu menghela napas, menatap suaminya sejenak lalu menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca.

“Kalau memang ini yang kamu mau, Riri, buktikan. Tapi selama Papa kamu belum memberi keputusan, tolong… jaga sikap kalian berdua.”

Riri mengangguk pelan, menatap Bastian dengan senyum tipis penuh keyakinan.

Setelah percakapan serius yang menguras emosi, semua hanya bisa diam. Rahayu memilih menunduk tanpa kata, sementara Raden duduk di sofa menatap kosong ke arah pintu. Bastian tahu, ia sudah melangkah terlalu jauh. Tidak ada jalan untuk mundur, tapi ia juga tidak bisa maju untuk terlalu memaksa.

Ia menegakkan tubuhnya, menatap Raden dan Rahayu bergantian.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Den, Rahayu.” suaranya dalam, tenang, tapi menyimpan kegetiran. “Mungkin kalian akan sering melihat saya datang lagi nanti.”

Raden hanya mengangguk pelan. “Hati-hati, Bas.”

Bastian lalu menatap Riri yang sejak tadi tak berpaling darinya, matanya tampak basah tapi menahan diri agar tidak menangis.

“Riri,” ucapnya lembut, “saya pulang dulu, ya.”

Riri mengangguk pelan, bibirnya tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Bastian berjalan menuju pintu, menatap sebentar halaman rumah yang mulai diselimuti cahaya matahari, ia lalu menarik napas panjang dan melangkah keluar.

Riri menatap punggung itu menjauh, hatinya terasa sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan perasaan yang meletup di dada. Tapi detik berikutnya, langkah kakinya sudah menyalip akalnya.

“Riri, mau ke mana kamu?” cegah Rahayu dari balik ruang tamu.

Namun Riri tak menjawab, ia hanya menoleh sebentar, “Ma, sebentar aja…” suaranya nyaris bergetar sebelum akhirnya ia membuka pintu dan berlari kecil menyusul Bastian.

Angin terasa berembus lembut, daun kering beterbangan di halaman rumah itu. Bastian baru saja hendak membuka pintu mobilnya ketika sebuah suara lirih memanggilnya.

“Om…”

Langkahnya terhenti. Ia menoleh, dan matanya langsung menangkap sosok Riri yang berlari kecil ke arahnya. Wajah gadis itu penuh emosi, matanya berair, dan dalam sekejap tangan mungil itu sudah melingkar di pinggangnya.

Riri memeluknya erat, seolah dunia akan runtuh jika ia melepaskannya.

“Om…” suaranya serak, nyaris seperti bisikan di tengah senja.

Bastian terpaku. Tubuhnya kaku, tapi hanya sesaat. Tangannya perlahan naik, ragu, sebelum akhirnya membalas pelukan itu dengan lembut.

“Riri…” ucapnya pelan, “jangan begini, nanti Mama Papa kamu lihat.”

Tapi Riri menggeleng di dadanya, suaranya pecah di antara isakan.

“Riri cuma… gak mau Om pergi, tanpa Om tahu kalau aku…”

“Kalau kamu apa?” tanya Bastian, matanya mencari wajah Riri.

“Kalau aku takut kehilangan Om.”

Bastian menatapnya lama, dada pria itu berdegup pelan namun berat. Ada perasaan yang campur aduk. Antara rasa bersalah, rasa sayang, rasa takut, dan bahagia yang tak bisa ia sembunyikan.

Ia menunduk sedikit, menatap mata Riri yang jernih meski basah oleh air mata.

“Riri…” suaranya lirih, “Om gak akan pergi. Tapi Om juga gak mau kamu jadi sedih karena hubungan ini.”

Riri menatapnya dalam, “Aku gak sedih, Om. Aku cuma... pengen Om tahu kalau aku serius. Aku siap nunggu, seberapa pun lamanya. Asal jangan suruh aku pura-pura buat gak sayang sama Om.”

Bastian mengembuskan napas pelan, kemudian menyentuh pipi Riri, menghapus sisa air mata yang menetes.

“Dasar gadis keras kepala…” ujarnya dengan senyum samar. “Om kalah kalau kamu udah kayak gini.”

Riri tersenyum tipis di tengah isaknya, lalu menunduk malu. “Aku cuma jujur sama perasaan aku.”

Sementara dari balik jendela ruang tamu, Rahayu berdiri menatap pemandangan itu dengan napas berat. Ia tidak lagi marah, hanya khawatir — dan mungkin, diam-diam mulai mengerti betapa kuatnya perasaan di antara keduanya.

Bastian akhirnya membuka pintu mobilnya. Ia menatap Riri sekali lagi, lalu mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

“Udah, kamu masuk dulu. Nanti Mama kamu makin khawatir.”

“Om janji bakal datang lagi, kan?” tanya Riri dengan nada ragu.

Bastian menatapnya lama, lalu mengangguk. “Om janji.”

1
nur adam
lnjut
Grindelwald1
Wah, mantap!
Galuh Dwi Fatimah: terimakasih!!
total 1 replies
Niki Fujoshi
Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.
Galuh Dwi Fatimah: Terimakasih kak, semoga harimu selalu menyenangkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!