Mengisahkan tentang Alvero Bramasta CEO sombong yang dikutuk oleh Dewa Agung karena sikapnya yang arogan. Kutukannya itu menyebabkan kehidupannya yang normal seketika berubah drastis. Ia tiba-tiba memiliki kekuatan mata batin yang dapat melihat mahluk tak kasat mata.
Vero lalu di pertemukan dengan Kayla Angelica salah satu pegawai baru di perusahaannya yang juga memiliki kekuatan mata batin yang dapat membantunya mengatasi rasa takutnya.
Kebersamaan mereka pun akhirnya menumbuhkan cinta, namun perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan dan mereka juga dihadapi oleh kehadiran roh jahat yang mengganggu ketentraman dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arie Cybermon Susy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Munculnya masalah baru
Vero pun lalu mengangkat telpon dari Vallen adiknya itu. Terdengar jelas suara isakan tangis adiknya dari seberang telponnya hingga membuat pemuda itu semakin cemas.
"Ada apa Val,,? Kenapa kamu menangis,,? Apa yang telah terjadi,,?" tanya Vero langsung dengan raut wajahnya yang penuh cemas.
"Daddy kak,, Daddy,," jawabnya terbata-bata
"Daddy,,!! Emangnya apa yang telah terjadi pada Daddy,,?" tanya pemuda itu lagi.
"Daddy ditangkap polisi kak,, katanya Daddy ikut terlibat kasus korupsi dana bansos yang dilakukan oleh rekan kerjanya kak,," terangnya sesenggukan.
"Hah korupsi,,!! itu nggak mungkin,, kakak tahu benar bagaimana sifat Daddy,, Daddy memang orangnya keras dan lebih mementingkan harta dibandingkan kebahagiaan anak anaknya,, tapi kakak yakin Daddy nggak akan mungkin melakukan korupsi." ucap Vero yang sangat yakin kalau Robby tidak akan pernah berani melakukan tindak korupsi.
"Lalu mommy bagaimana,,?" sambungnya bertanya.
"Mommy sekarang sedang terbaring di kamarnya kak,, sebab tadi mommy sempat pingsan begitu melihat Daddy dibawa paksa ke kantor polisi." jelas Vallen yang seketika membuat kakaknya itu cemas.
"Lalu gimana sekarang keadaannya mommy,,? Apa kamu sudah menghubungi dokter Arya,,?" tanya Vero lagi penuh selidik.
"Sudah kak,, kata dokter Arya mommy hanya syok aja,, katanya setelah istirahat yang cukup keadaannya akan semakin membaik,," terang Vallen hingga sedikit membuat kakak laki-lakinya itu merasa lega.
"Syukurlah kalau begitu,, sekarang mending kamu temani mommy jangan biarkan dia sendirian,, dan untuk masalah Daddy biar kakak yang tangani,, kamu dan mommy jangan khawatir kakak pasti akan membantu kalian,," tutur Vero dan diiyakan oleh adiknya itu.
Vero pun lalu mematikan sambungan teleponnya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran.
Fandi yang merasa penasaran dengan telpon yang diterima oleh atasannya tadi lantas menanyakannya langsung pada atasannya itu sembari mengikuti langkah kakinya dari belakang.
"Apa yang terjadi pak,,?" tanya Fandi penasaran.
"Daddy ku tersangkut kasus korupsi dan sekarang dia telah dibawa ke kantor polisi." jelas Vero tanpa mengurangi laju langkah kakinya.
"Lalu apakah sekarang bapak ingin mampir ke kantor polisi dahulu sebelum ke kantor,,?" tanya sekertarisnya itu lagi.
Vero menggelengkan kepalanya lalu berkata "nggak kita akan kembali ke kantor dulu,, nanti setelah masalah tanah ini selesai barulah kita ke kantor polisi,," terang Vero dan dibalas baik pak oleh Fandi.
****************
Kayla yang masih berada di mall kini tengah berbincang-bincang dengan Natan. Karena sampai saat ini mereka belum juga sempat pergi makan malam bersama akhirnya CEO tampan itu kembali bertanya kapan wanita itu memiliki waktu luang untuk makan malam dengannya.
"Belakangan ini kamu selalu sibuk karena mengurus acara pembukaan mall ini jadi aku maklum,, tapi setelah ini pekerjaanmu tentunya tidak akan sesibuk kemarin, jadi aku ingin kamu meluangkan waktu mu sebentar setelah pulang kerja untuk makan malam denganku,, bolehkan,,?" tanya nya memastikan.
Kayla tersenyum merekah, ia tak menyangka kalau pemuda tampan dihadapannya kini begitu inginnya makan malam dengannya hingga membuatnya merasa kalau pemuda itu jatuh hati padanya.
Kayla yang juga memiliki perasaan pada CEO tampan itu kini begitu senang karena sepertinya perasaannya pada pemuda itu tak bertepuk sebelah tangan.
"Sebenarnya aku tidak yakin apakah pekerjaanku bisa lebih santai setelah ini tapi aku akan berusaha meluangkan waktu ku untuk bapak,," balas Kayla sedikit malu-malu.
Natan tersenyum lebar sembari memegangi kedua tangan Kayla "benarkah,,? Janji ya,, kali ini aku tak ingin ada pembatalan dengan alasan apapun lagi loh,,"
Kayla menganggukkan kepalanya "iya pak besok kalau aku ada waktu aku pasti akan menghubungi bapak,, dan kali ini aku akan memastikannya lagi dengan schedule nya pak Vero agar tidak membatalkan janjiku dengan bapak seperti saat itu"
"Okey aku pegang janjimu,, tapi ngomong-ngomong kalau di luar pekerjaan jangan panggil aku bapak dong,, aku merasa sangat tua kalau dipanggil bapak sama kamu,, panggil aku Natan aja lagian aku merasa lebih nyaman bila kamu memanggilku dengan namaku saja,," Natan melepaskan genggaman tangannya dari Kayla lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Iya pak,, tapi untuk saat ini aku akan tetap memanggil pak Natan dengan sebutan bapak sebab sekarang kita masih dalam lingkungan pekerjaan." sahut Kayla lalu dibalas anggukan kepala oleh CEO Adson group itu.
****************
Balik lagi ke Vero yang kini tengah menanti kedatangan petugas pemerintah yang mengklaim bahwa tanah yang telah dibelinya adalah tanah milik negara.
Namun berjam-jam dia menunggunya tapi orang itu tak kunjung datang juga hingga membuat CEO Alvero group itu menjadi kesal.
"Fandi coba kamu hubungi kembali pak Dudung apakah orang itu sudah jalan menuju kesini atau belum,," titah Vero lalu diiyakan oleh sekertarisnya itu.
Fandi pun lalu menghubungi kembali pak Dudung kepala mandor yang mengawasi proyek pembangunan hotel milik perusahaan Alvero group itu. Setelah mendengar jawaban dari pak Dudung Fandi pun lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Pak kata pak Dudung petugas itu telah pergi sedari tadi sejak bapak menyuruhnya untuk datang menemui bapak kesini,, pak Dudung juga telah memberikan alamat kantor ini dengan jelas jadi nggak mungkin petugas itu akan kebingungan mencari alamat kantor ini." terang Fandi.
"Apakah mungkin petugas itu nggak jadi datang kesini ya,,?" imbuh Fandi menduga-duga.
"Apa kamu memiliki nomor telepon petugas itu,,?"
Fandi menganggukkan kepalanya "tadi aku sudah meminta pak Dudung untuk mengirimkan nomor telepon petugas itu pada_,,"
Fandi menghentikan ucapannya begitu mendengar suara notifikasi pesan masuk dari handphonenya. Lalu dinyalakannya layar handphonenya dan kemudian dibukanya sebuah pesan masuk dari pak Dudung.
"Pak Dudung sudah mengirimkan aku nomor handphone petugas itu pak,, sekarang akan aku coba untuk menghubungi nya,," tutur Fandi yang lalu menekan tombol panggilan di handphonenya itu.
Berulang kali ia hubungi namun tetap tak ada respon juga dari si pemilik nomor telepon. Bahkan panggilannya beberapa kali di rijek oleh orang itu hingga membuat sekertaris tampan bertubuh tinggi itu pun menjadi curiga.
"Bagaimana,,? Apa orang itu tak mau mengangkat telpon mu,,?" tanya Vero penasaran.
"iya pak telpon dari ku selalu di rijek oleh nya,, sepertinya dia tak akan datang menemui bapak kesini,," jawab Fandi.
"Lalu apa kamu sudah menghubungi pak Herman,,?" tanya pemimpin Alvero group itu lagi.
"Sudah pak katanya sore ini dia akan datang kesini menemui bapak,,"
Baru saja ia berkata begitu tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu ruangan tersebut.
Rupanya pak Herman pemilik tanah sebelumnya yang datang menemui Vero ke ruangannya.
"Selamat sore pak Herman,, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk datang kesini,," sapa Vero sembari menghampiri lelaki paruh baya itu lalu mengulurkan tangannya menawarkan berjabat tangan.
Pak Herman pun lalu membalas jabatan tangan Vero dan berkata "iya pak Vero justru aku yang merasa tak enak hati pada bapak karena permasalahan hak milik tanah itu."
"Tapi jujur pak, tanah itu memang benar-benar adalah tanah ku,, tanah itu adalah tanah yang diwariskan padaku oleh kakekku kalau bapak tak percaya bapak bisa tanyakan sendiri pada para tetua di kampung halamanku,, mereka pasti akan mengatakan bahwa tanah itu memang benar milik kakekku,, surat tanah itu juga atas nama kakekku dan sah secara hukum jadi tak mungkin aku memalsukan surat tanah itu pak,," terang pak Herman.
Dipandangnya dalam wajah lelaki paruh baya itu,, tak sedikitpun tersirat ada kebohongan dimatanya kini.
"Iya pak aku percaya pada bapak,, sepertinya petugas pemerintah itu yang telah membohongi ku,, buktinya sampai saat ini dia tak kunjung tiba dan telpon dari sekertarisku juga tak berani diangkat oleh nya." balas Vero yang lebih mempercayai perkataan pak Herman dibandingkan dengan petugas pemerintah itu.