NovelToon NovelToon
SANTET PEMBUNUH KELUARGA

SANTET PEMBUNUH KELUARGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Mata Batin / Iblis
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: janda#hot

"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24.

"Laporan awal, dokter?" tanya pak Bayu kepada dokter forensik yang sibuk mendokumentasi luka-luka di leher korban.

"Korban meninggal karena pencekikan, pak. Ada memar yang jelas dan patah tulang rawan tiroid ringan. Perkiraan kematian 24 hingga 30 jam sebelum di temukan," jawab dokter itu tanpa menoleh dan terus memeriksa korban.

"Identitas visual cocok dengan KTP yang di temukan di dompet korban : Dinda Kumalasari, 22 tahun. Mahasiswi," ucap sang dokter.

Pak Bayu menatap berkas di tangannya. Dinda Kumalasari, wajahnya di foto KTP terlihat ceria berbanding terbalik dengan pemandangan di hadapannya saat ini. Tugas pertama tim nya ialah memastikan identitas ini 100% akurat dan yang terpenting menyampaikan kabar buruk ini kepada keluarganya.

"Siapkan sidik jari untuk verifikasi silang dan rekam jejak gigi, saya butuh konfirmasi identitas secepatnya dan segera lacak alamat orang tuanya di desa Lodo Ireng," perintah pak Bayu kepada salah satu anggotanya.

Dua jam kemudian, anggotanya kembali dengan wajah keruh.

"Identitas nya terkonfirmasi komandan, sidik jarinya cocok dan kami juga sudah melacak alamat keluarga korban," ucap salah satu anggotanya.

"Baik, siapkan mobilnya. Kamu dan saya yang akan pergi," ucap pak Bayu. Tugas terberat polisi bukanlah menangkap pelaku melainkan saat harus menjadi pembawa pesan kematian.

Perjalanan ke desa Lodo Ireng terasa sunyi. Mobil yang mereka tumpangi membelah kesunyian jalan yang membawa beban yang tak terucapkan. Pak Bayu tahu betul bagaimana kabar ini akan menghancurkan sepasang orangtua mau pun keluarga yang mungkin sedang menanti kabar anaknya dengan harapan anaknya akan baik-baik saja.

Mereka telah tiba di desa Lodo Ireng, lebih tepatnya di depan sebuah rumah yang terbilang cukup megah, bercat hijau pudar. Terdengar samar suara tawa anak kecil dari sebelah rumah kontras dengan suasana mencekam yang mereka bawa.

Pak Bayu dan salah satu anggota nya melangkah ke teras rumah itu lalu mengetuk pintu rumah kayu yang bercat coklat, setelah menunggu beberapa saat munculah sekarang wanita paru baya dengan daster rumahan, Ibu Wati membuka pintu. Wajahnya terlihat lelah namun tetap ramah.

"Maaf! cari siapa yah pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bu Wati.

Pak Bayu melangkah maju, ia menyesuaikan intonasinya, berusaha membuat kata-katanya tidak menyakiti hati seorang ibu yang ada dihadapannya saat ini.

"Selamat sore Bu, saya inspektur Bayu dan rekan saya kami dari kepolisian. Apa kah benar ini kediaman pak Bimo dan Bu wati? orang tua dari saudari Dinda Kumalasari?" tanya pak Bayu.

Mendengar nama anaknya disebut dengan serius oleh polisi senyum di wajah ibu Wati langsung menghilang matanya menampakan kebingungan yang bercampur dengan ketakutan.

"Benar pak, ada apa yah? Dinda anak saya...apa dia baik-baik saja? Kenapa bapak-bapak dari kepolisian datang kemari?" ucap Bu Wati dengan suara mulai bergetar.

Pak Bayu memperhatikan sekelilingnya ia tidak bisa memberitahukan berita penting ini di ambang pintu rumah.

"Bisakah kami berbicara di dalam Bu? Ada hal penting yang harus kami bicarakan!" ucap pak Bayu.

Bu Wati pun mempersilahkan mereka masuk, lalu memanggil Intan untuk membuatkan minuman.

"Intan, nak! Kemari lah," panggil Bu Wati.

"Iya Bu, ada apa? Loh kok ada bapak polisi di rumah kita Bu?" tanya Intan keheranan.

Mendengar kata polisi Rizky pun keluar dari kamarnya lalu bergabung dengan mereka di ruang tamu.

"Ada perlu apa yah pak? Ada yang bisa kami bantu?" tanya Rizky, sedangkan Intan sudah berlalu membuatkan minuman untuk tamu mereka.

"Begini bu dan mas ada hal yang penting yang harus kami sampaikan tentang anak ibu yang bernama Dinda," ucap pak Bayu.

"Dinda?" ada apa pak dengan anak saya? dia sudah tiga hari tidak pulang ke rumah, nomornya tidak bisa kami hubungi bahkan teman-temannya tidak mengetahui keberadaanya saat ini!" ucap Bu Wati.

Saat pak Bayu hendak menjawabnya, Intan datang membawa minuman dan beberapa cemilan untuk para tamu.

Pak Bayu tidak membuang waktu, ia memilih kata-kata yang tegas namun selembut mungkin.

"Ibu dan mas kami mohon ketenangan nya, kami datang membawa kabar buruk. kamu menemukan Dinda...!" pak Bayu berhenti sejenak menatap wajah mereka yang kini memohon agar kata-kata selanjutnya di batalkan..."Saudari Dinda Kumalasari telah meninggal dunia!" ucap pak Bayu.

Dunia seolah berhenti...keheningan yang mencekik menyelimuti ruangan itu.

Lalu terdengar suara bukan teriakan melainkan rengekan kecil dari Bu Wati yang perlahan lahan menjadi isakan tangis yang pecah.

"Tidak...tidak mungkin pak! Beberapa hari yang lalu ia baru menghubungi kami meminta ijin untuk menginap di rumah sahabatnya karena ada kegiatan kampus yang padat!" tangis Bu Wati menjerit, air matanya membasahi wajahnya.

"Dinda saya baik-baik saja! Kalian pasti salah orang!" ucap Bu Wati histeris.

Rizky tidak berkata apa-apa ia menatap wajah kedua polisi tersebut dengan tatapan kosong perlahan tangannya naik untuk menutupi mulutnya menahan raungan kesedihan yang tak tertahankan, sedangkan Intan kini tengah menangis histeris, hancur sudah hatinya cobaan ini terlalu bertubi tubi, ia baru saja kehilangan bapak dan kakak pertama nya sekarang ia harus merelakan kepergian kakak perempuan satu-satunya dengan cara yang tragis.

"Kami sudah mengkonfirmasi identitasnya Bu, mas. Melalui sidik jari dan identitas dokumen. Kami sangat menyesal, dia ditemukan pagi tadi di dalam kamar kosnya dengan kondisi tidak bernyawa lagi!" ucap pak Bayu menjelaskan sedetail mungkin.

"Dia adalah korban pembunuhan," ucap pak Bayu mengakhiri pembicaraannya.

Mendengar kata pembunuhan tangis Bu Wati semakin histeris itu berubah menjadi ratapan pilu yang mencabik hati. Ia baru saja kehilangan putra sulung dan suaminya sekarang ia harus menerima berita jika putrinya juga pergi meninggalkan dirinya. Hancur hatinya masalah santet belum terselesaikan kini putrinya harus pergi dengan cara dibunuh.

1
Siti Yatmi
kesenengan kayany yah...suruh jagain rumah...jiahhhh... semoga intan selamat yah ..
Siti Yatmi
tuh santet gimana nanganinnya...ya kali mati semua...
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
Mewek sekali baca setiap bab nya,,,,

Ssuai judulnya,,,, apakah semua nya akan mati😔😔
Siti Yatmi
jiah Thor up nya dikit amat,,, penasaran deh Thor ... semangat terus nulisnya ya thor
Siti Yatmi
gimana sih Thor ko yah mati semua, trus sisa 1 apa bakal mati juga,,,lah trus nyeritain apaan dong Thor....
Siti Yatmi
amit2 punya sodara model begitu
Siti Yatmi
serem Thor....
Siti Yatmi
kenapa wanita selalu bodoh.. menyerah kan segala nya .dan berakhir mati....
Titin Arvin
bagus
Siti Yatmi
halo Thor....izin mampir ya Thor...menarik....
neni nuraeni
asup pnjra siah
Mericy Setyaningrum
santet emang serem Kak
janda#hot: dah lama terjadi kakak,,waktu masih SMA,om ku sendiri yang nyante aku dan keluarga. aku di buatnya jadi kaya orang gila
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!