'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. KHM
...•~Happy Reading~•...
Frans pun heran melihat reaksi Nathania. "Kenapa mau duduk di sana? Duduk di sini dengan kami." Frans mengulang ucapannya, karena melihat Nathania hendak ke meja teman-teman kakaknya.
"Aku di sana saja, Kak. Biar ngga mengganggu makan malam pertama pengantin baru." Nathania coba bercanda untuk mengurangi rasa tidak sukanya. Nike mengangguk mengiyakan dan menepuk pelan pipi Nathania yang menciumnya.
Frans heran dengan sikap Nike yang membiarkan Nathania tidak duduk dengan mereka. "Mengapa kau tidak biarkan Thania duduk di sini?" Tanya Frans setelah Nathania berlalu.
"Biarkan dia dekat dengan keluaga. Kita makan saja berdua. Kalau Thania duduk di sini, kakak adikmu pasti protes. Mengapa Thania duduk di sini dan mereka tidak." Ucap Nike tenang. Karena dia tahu, Nathania canggung kalau duduk makan bersama mereka. Dan dia tidak mau berkonflik dengan keluarga Frans di awal pernikahan mereka.
Tapi Frans tidak suka melihat Nathania duduk bersama Didit dan Magda di meja mereka. Bukan ke meja Om Felix dan keluarga seperti yang dimaksudkan Nike.
"Tadi Frans bilang apa?" Tanya Didit kepada Nathania, karena melihat tatapan tidak senang Frans kepada mereka.
"Minta duduk makan di meja mereka, Mas Didit." Nathania mengatakan yang dikatakan Frans.
"Makan dengan kami di sini saja. Jangan ganggu pengantin baru." Ucap Didit serius.
Magda jadi melirik Didit yang berkata dengan nada tegas. "Ssttttt.... Dia mau pamer duduk dengan dua bidadari yang bersinar malam ini." Magda sengaja bercanda untuk meredakan emosi Didit sambil tersenyum dan menepuk tangan Nathania.
"Kak Magda yang bidadarinya malam ini." Ucapan Nathania membuat mereka bertiga tertawa. Hal itu membuat Frans makin tidak suka melihat mereka. Padahal dia sedang berusaha mengakrabkan diri dengan Nathania.
"Mas Didit tidur di sini juga?" Nathania mengalihkan pembicaraan mereka dari Frans dan Nike.
"Ngga. Aku pulang ke rumah. Nanti Thania dan Kak Magda saja. Kakakmu sudah tahu, aku ngga menginap. Nanti senin pagi aku datang ke sini untuk antar Nike pergi bulan madu." Didit menjelaskan.
"Oh, iya, Mas. Makasih. Selamat makan." Nathania mengalihkan pembicaraan mereka kepada menu di atas meja. Mereka makan sambil berbincang-bincang akrab.
"Ini sudah malam. Mau ikut pamit sekalian?" Tanya Didit setelah mereka selesai makan.
"Iya, Mas. Kami mau pamit juga. Sudah sangat lelah." Magda dan Nathania ikut berdiri dan berjalan ke arah meja pengantin baru.
"Nike, Frans, kami pamit istirahat duluan. Sudah sangat lelah." Ucap Magda mewakili Didit dan Nathania.
"Ok. Makasih. Oh iya, Magda dan Thania jangan lupa besok ke kamar ya. Aku perlu bantuan kalian." Ucap Nike sebelum mereka beranjak.
"Siap..." Nathania dan Magda berkata bersamaan sambil memberikan jempol dan senyum. Sedangkan Frans hanya duduk diam sambil sesekali melirik Nathania yang tersenyum ke arah Didit dan Magda.
"Mari Thania, Magda, nanti kemalaman." Didit mengajak, karena tidak suka dengan reaksi Frans yang angkuh sambil curi-curi padang melihat mereka.
~*
Ke esokan harinya ; Sebelum makan siang, Nathania dan Magda ke kamar Nike seperti yang diminta. "Mari masuk." Ucap Nike sambil menarik tangan Magda dan Nathania.
"Apa yang mau dibantu?" Tanya Magda setelah masuk ke kamar.
"Sudah, Mag. Tadi malam dibantu Mas Frans." Bisik Nike. "Aku cuma mau minta bantu buka amplop dan hitung, tapi sudah dihitung Mas Frans. Jadi ini uang yang buat melunaskan semua." Nike menyerahkan amplop coklat kepada Magda.
"Ok. Kalau begitu kami pamit." Magda pamit. Sedangkan Nathania peluk kakaknya tanpa suara. Dia jadi mengerti pertolongan yang dimaksudkan kakaknya.
Semua pembicaraan dengan kakaknya, Nathania simpan di hati. "Baguslah, sudah dikerjakan Frans. Jadi kita bisa bersenang-senang hari ini." Ucap Magda terselubung saat dia dan Nathania kembali ke kamar mereka. "Iya, Kak Maga. Kita bisa banyak istirahat hari ini." Ucap Nathania.
~*
Ke esokan paginya ; Setelah mengantar Nike dan Frans berangkat bulan madu, Nathania dan Magda, juga keluarga Om Felix serta keluarga Frans cek out dari hotel. Mereka kembali pada kesibukan masing-masing.
Nathania pulang sendiri ke rumah. Ketika berdiri di halaman, hatinya bergetar merasakan kondisi rumah yang sunyi dan sepi seperti hatinya. Tanpa disadari, air matanya mengalir. Semua kecerian dan kehangatan di hotel dan ketika kakaknya ada seketika sirna.
Dia jadi merinding melihat rumahnya yang kosong. Rasa percaya diri ketika bersama kakaknya tidak bersisa. 'Bagaimana kakak bisa lewati hari-hari yang sunyi sendiri selama ini di rumah ini?' Nathania bertanya sambil melihat halaman rumahnya.
"Non, mari masuk. Jangan berdiri di situ saja." Bibi Sena mendekati Nathania, karena melihat dia diam terpaku di halaman, padahal cuaca sedang panas.
"Oh, iya, Bi. Terima kasih." Nathania menghapus pipinya dengan tangan, agar Bibi tidak tahu dia sedang sedih.
"Mau Bibi bikin minuman dingin?"
"Boleh, Bi. Bawah ke teras paviliun saja." Nathania berbelok ke paviliun, karena cuaca di sana lebih sejuk.
Tidak lama kemudian, Bibi Sena mengantar segelas juice jeruk dingin ke paviliun.
"Bibi, beberapa hari ke depan, tolong benahi rumah, ya. Saya sedang tidak bisa konsentrasi."
"Iya, Non. Pergunakan waktu untuk istirahat. Mumpung warung masih tutup."
"Iya, Bi. Saya berpikir begitu." Nathania mengambil gelas juice jeruk dari tangan Bibi Sena. Dia minum perlahan sambil merenungi kondisi rumah dan dirinya. Jantung dan hatinya tidak tenang.
Selesai minum, dia menuju rumah induk dan masuk kamar untuk istirahat. Hatinya terasa berat dan lelah atas konflik batin yang tidak bisa ditanggung sendiri. Sangat berbeda ketika pulang ke rumah ada kakaknya tempat berbagi suka dan sedih.
~*
Hari berlalu terasa lambat. Nathania merasa telah ditinggal kakaknya berhari-hari, karena tidak tahu mau lakukan apa dalam kesendiriannya.
Padahal baru dua hari berlalu, Nike dan Frans baru tiga hari berbulan madu di Bali dari satu minggu rencana bulan madu mereka. Kondisi Nathania di rumah makin gundah gulana tanpa kakaknya.
Nathania coba masuk ke warung untuk mengalihkan perasaannya yang sepih dan sedih. Konflik batinnya tidak terkendali melihat isi warung yang tadinya memberikan semangat untuknya.
Setelah beberapa saat melihat-lihat dan berusaha fokus, dia tidak mampu menghilangkan rasa hatinya yang tidak tenang dan ingin menangis. Sekian lama berdiri dan memegang apa yang ada dalam warung, rasa hatinya tidak mau pergi.
'Warung ini sudah jadi milikku, tapi aku tidak tahu mau mulai dari mana mengolanya.' Jantungnya berdetak kuat dan tidak percaya diri melihat semuanya. Dia diberikan tanggung jawab yang besar saat kondisi hatinya belum pulih.
'Ternyata tidak mudah menerima tanggung jawab ini.' Nathania membatin sambil merenungi warisan kakaknya. Nathania makin merindukan kakaknya, tapi tidak berani telpon, karena khawatir mengganggu.
'Aku harus berbicara dengan seseorang.' Nathania membatin, karena tidak kuat menanggung beban di hati.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...