--bukan novel Horor--
--bukan novel bertema Mafia--
ini novel bertema Pendekar dan kesaktian jika tidak suka jangan di baca karena akan merugikan author jika kalian membaca tidak selesai. hargai karya orang lain.
***
Adiwijaya Bagaskoro merupakan anak yang selalu di manja kedua orang tuanya yang merupakan seorang demang di desanya. Namun penghianatan terjadi paman Adiwijaya membunuh kedua orang tua Adiwijaya dan mengambil mustika keluarga.
Adiwijaya mengejar Pamannya yang kabur ke dalam hutan hingga Akhirnya Adiwijaya bertemu dengan banyak kera dan seorang petapa sakti yang sulit mati sebelum menurunkan ketiga Ajiannya yaitu Ajian Anoman Obong, Pancasona, dan Ajian Bayu Saketi.
Bagaimana kisah Adiwijaya selanjutnya? dan akankah Adiwijaya mampu membunuh Pamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
belum ada judul
Ki Joko Tuak sendiri tidak menyadari bahwa itu Mahesapati, Ki Joko Tuak hanya mengira dia hanya pria desa biasa yang hanya memiliki satu tangan.
Sementara tujuan Mahesapati itu sendiri hendak menuju desa lainnya untuk mencari kembang desa yang kini hanya perlu 15 kembang desa lagi bagi Mahesapati untuk bisa menggenapkan seratus kembang desa.
Sementara di tempat lain...
Terlihat Adiwijaya dan Jambulana yang menerobos para pasukan Portugis, mereka berdua terlihat mengejar pemimpin pasukan Portugis yang kabur menggunakan kuda.
"Minggir kalian!!" Teriak Jambulana sembari melesatkan pukulan-pukulan brajamusthinya.
Bruakk! Bruak!
Para pasukan Portugis yang menghalangi jalan terpental.
Terlihat Adiwijaya yang bergerak lincah melompati satu atap rumah ke atap lainnya, gerakan Adiwijaya yang sangat mirip dengan kera membuat semua orang terpana terhadap Adiwijaya entah itu Pasukan Portugis, Prajurit Kotaraja bahkan Patih Mangku Dirjo.
Hingga akhirnya Adiwijaya berhasil mendekati kuda yang di ditunggangi pemimpin Portugis, dia langsung melompat ke arah kuda itu dengan tangan yang menjambak rambut Pemimpin portugis.
Argghhh!
Bruaakk!
Pemimpin Pasukan portugis langsung terjatuh ke tanah begitu saja.
Namun pemimpin Portugis sama sekali tidak menyerah dia langsung mengambil shotgun yang dia bawa dan langsung menembaki Adiwijaya dari jarak dekat.
Dor!
Dor!
2 kali tembakan shogun berhasil mengenai dada dan perut Adiwijaya, membuat dada dan perut Adiwijaya berlubang besar.
Namun luka itu tidak berlangsung lama, luka itu menutup dengan sendirinya. Semua orang kembali di Buat terkejut melihat hal itu, dan yang paling terkejut adalah Patih Mangku Dirjo.
"Ternyata pemuda kera itu merupakan pendekar hebat!" Batin Patih Mangku Dirjo. Dia langsung merencanakan sesuatu untuk bisa memanfaatkan kekuatan Adiwijaya demi kepentingan pribadinya.
Bug!
Lumunan patih mangku Dirjo terhenti kala mendengar suara pukulan, tampak pemimpin Portugis terkapar akibat fi pukul Adiwijaya.
Para prajaurit Kotaraja langsung berpencar dan menangkap siapa saja pasukan Portugis yang mencoba kabur, bahkan jika mereka mereka akan di bunuh di tempat.
Hingga akhirnya semua pasukan Portugis berhasil di ringkus.
"Bawa mereka semua ke penjara Kotaraja! Cepat!" Ucap Patih Mangku Dirjo memberikan perintah kepada Para prajurit Kotaraja.
Sementara di tempat lain terlihat Adiwijaya dan Jambulana yang saling memandang dan tersenyum.
"Adi ikutlah bersamaku, kamu harus tahu ternyata Ki Joko merupakan guru bagi para calon prajurit Kotaraja, dia ternyata bukanlah pendekar biasa, pukulan Brajamusti, dan tapak Dewa dialah yang mengajariku dan aku bisa sekuat ini karena dia." Ucap Jambulana.
"Benarkah? Sudah kuduga selama ini Ki Joko menyembunyikan identitas sejatinya dari kita. Sebenarnya aku juga ingin ke Kotaraja namun aku mampir ke desa ini sebentar karena di desa ini terkenal makanannya yang enak-enak, tapi ternyata tempat ini sudah di kuasai orang asing." Jawab Adiwijaya.
"Mereka sangat ingin menguasai tempat ini karena tempat ini memiliki tengah-tengah yang berlimpah Adi, selain itu di sekitar ini ada sungai besar sehingga kapal para orang asing itu bisa sampai ke sini."
"Jadi seperti itu, pantas saja mereka meriam-meriam mempertahankan tempat ini."
"Menginaplah dulu di Kotaraja Adi, rasakan dulu makanan di sana barulah kamu melanjutkan perjalananmu adi."
"Baiklah Jambulana, tidak ada salahnya aku mampir kesana, kebetulan sekali aku memiliki kerabat di sana."
Patih Mangku Dirjo akhirnya mendekati mereka berdua.
"Kalian berdua benar benar luar biasa, baru kali ini aku melihat ada dua orang yang bertarung paling depan dengan gagah berani dan tidak takut mati." Puji patih Mangku Dirjo.
"Gusti Patih terlalu tinggi menyanjung hamba, ini sudah kewajiban hamba sebagai prajurit Kotaraja."
Patih Mangku Dirjo menepuk pundak Jambulana.
"Raja Paku Alam pasti akan menaikan pangkatmu anak muda." Ucap Patih Mangku Dirjo.
Mendengar hal ini Jambulana senang bukan main hidungnya yang mirip jambu sampai kembang kempis mendengar sebentar lagi dia akan naik pangkat.
Kemudian patih mangku Dirjo menatap Adiwijaya, "siapa sebenarnya kamu pendekar muda, di umurmu yang masih sangat muda namun kamu memiliki kesaktian yang sangat luar biasa."
"Nama Hamba Adiwijaya bagaskoro sering di panggil Adi, Gusti Patih." Jawab Adiwijaya.
"Bagaskoro? Namamu sama seperti Mustika Mayasaka Bagaskoro." Ucap Patih Mangku Dirjo yang membuat Adiwijaya dan Jambulana terkejut.
"Dari mana Gusti Patih mengetahui hal itu?" Tanya Adiwijaya.
"Lupakan saja itu hanya cerita masa lalu, aku pernah mengenal seorang demang tua dari desa di wilayah Kotaraja, demang itu memiliki Mustika yang bernama Mustika Mayasaka Bagaskoro." Jawab Patih Mangku Dirjo.
"Itu pasti kakek saya, benar dia merupakan seorang demang di desa tempat tinggalku dahulu dan di gantikan oleh ayahku, setelah itu tragedi besar menimpa keluarga saya paman saya atau adik kandung dari adik saya membunuh ayah saya dan ibu saya karo situ saya memutuskan untuk menjadi pendekar demi bisa membalas dendam."
"Semoga perjalananmu menjadi pendekar tidak sia-sia adi, aku yakin kamu pasti bisa membalas dendam kepada pamanmu."
Mereka berjalan pulang ke Kotaraja dan sampai di malam hari, karena memang pertarungan selesai di sore hari maka tidak heran jika malam hati mereka baru tiba.
Keesokan harinya..
Patih Mangku Dirjo langsung menceritakan tentang Adiwijaya dan Jambulana yang bertarung paling depan melawan Para pasukan Portugis kepada Raja Paku Alam.
Mendengar cerita patih mangku Dirjo membuat raja Paku Alam tertarik dengan dua orang itu.
"Patih, bawa mereka berdua menemuiku." Ucap Raja Paku Alam.
"Sendiko Gusti Prabu."
Sementara di aula pelatihan Adiwijaya dan Jambulana terlihat berbicara santai tentang peperangan yang kemarin terjadi. Tiba-tiba Ki Joko Tuak datang dengan jalan sempoyongan dan memegang botol bambu berisi tuak. Dia langsung terkejut melihat Adiwijaya..
"Adi?" Tanya Ki Joko Tuak memastikan.
"Ki Joko, kamu kemana saja?" Tanya Jambulana.
"Hais, aku tanya kepada Adiwijaya kenapa kamu selalu aja menyela hidung jambu."
"Benar Ki ini aku Adiwijaya." Sahut Adiwijaya.
Ki Joko Tuak langsung senang mendengar hal itu, mereka bertiga kemudian bercengkrama sembari minum tuak hingga siang hari.
Setelah makan siang Jambulana dan Adiwijaya di hadapan ke Raja Paku Alam, mereka berdua langsung mendapatkan pangkat senopati kerjaan yang bertugas memimpin para prajurit. Jambulana sangat senang mendengar hal itu bahkan dia sampai menangis dengan air mata bahagia, namun tidak dengan Adiwijaya dia menolak tawaran itu karena dia tidak ingin berada di bawah perintah seseorang, dia tidak ingin terikat apapun dan Adiwijaya belum membalas dendam kepada Mahesapati.
Adiwijaya kemudian menceritakan asal usulnya kepada Raja Paku Alam.
Betapa terkejutnya raja Paku Alam dan Patih Mangku Dirjo mendapati bahwa paman Adiwijaya adalah Mahesapati, si Pendekar pemetik kembang.
"Jadi kamu ada hubungannya dengan Mahesapati?!" Tanya Raja Paku Alam tidak percaya.