Bagaimana caranya Hanum si preman pasar yang bar- bar seketika menjadi anggun saat dia harus menikah dengan anak majikannya.
"Ada uang Abang kucinta. Gak ada uang Abang kusita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Lengkap
"Ngomong- ngomong, bukannya adik Kakek Tuan ada tiga. Kenapa kita hanya ketemu dua?" tanya Hanum.
Arya mengedarkan pandangannya. "Lebih baik tidak bertemu?"
"Kenapa?" Belum juga Arya menjawab seseorang memanggilnya, hingga Arya dan Hanum menoleh.
"Mas Arya." Arya mendatarkan wajahnya dan menatap pria yang di ikuti seorang gadis di belakangnya. Pria itu nampak tersenyum dan berjalan ke arahnya.
"Lama gak ketemu," ucapnya dengan mengulurkan tangannya.
Arya menyambut uluran tangan tersebut sementara Hanum mengernyit.
Arya tidak menolak, baiklah Hanum akan simpulkan jika Arya tidak suka bersentuhan dengan perempuan sementara dengan laki-laki pria itu biasa saja. Lagi pula Hanum ingat pria itu memang kerap marah saat seorang pelayan wanita tak sengaja menyentuhnya.
Tatapan Hanum beralih pada tangannya yang masih di gandengan Arya lalu melipat bibirnya saat menyadari dia sudah lama menyentuh pria ini. Entah akan semurka apa dia. Jadi dengan pelan Hanum menarik tangannya hendak melepaskan diri, namun dia justru merasa tangannya di tarik kembali dan di lingkarkan erat di lengan Arya. Mata Hanum menatap tak percaya, lalu mendongak menatap Arya yang masih menatap pria di depannya.
"Apa kabar, Mas?" seorang gadis menyapa, gadis yang tadi di belakang si pria. Sepertinya dia sudah tahu jika Arya tidak akan menyambut uluran tangannya jadi dia hanya tersenyum menyapa.
"Baik. Bagaimana kalian?"
"Baik." Tatapan si pria beralih pada Hanum. "Ini?"
"Hanum, pacarku," ucap Arya. "Hanum kamu tadi tanya dimana saudara kakek satu lagi. Ini Andra dan Zayana cucu kakek Permana. Mereka emang tinggal di luar Negeri."
Hanum tersenyum menyapa, "Hai." Hanum mengulurkan tangannya ke arah Zayana yang menyambut dengan senyuman.
"Hallo." Namun saat Hanum akan mengulurkan tangannya pada Andra dengan cepat Arya menariknya.
Melihat tingkah tersebut Andra terkekeh. "Aku baru tahu Mas Arya sangat posesif,"
"Aku hanya tak suka milikku di sentuh pria lain." Hanum sampai mengerutkan alisnya, menatap Arya dengan serius. Ini juga bagian dari sandiwara?
Andra kembali terkekeh dan mengangguk. "Aku tahu, hanya saja ini terlihat aneh."
"Aku tidak melihat kakek Permana?" tanya Aryan mengalihkan pembicaraan.
"Kakek menyesal tidak bisa datang, saat tiba di Indonesia kakek jatuh sakit."
Arya mengangguk. "Aku akan menjenguknya nanti."
"Baiklah, bukankah yang lain sudah menunggu." Arya kembali mengangguk dan Andra pun pergi di susul Zayana yang tersenyum sopan ke arah Arya.
"Mereka sepertinya terlihat lebih normal," ucap Hanum masih dengan menatap Andra dan Zayana.
"Yang terlihat normal belum tentu benar-benar normal."
Hanum mengernyit dengan menatap Arya. "Maksudnya?"
"Tidak, ayo kita kesana."
"Kemana?"
"Jamuan makan. Acara terakhir, aku ingin cepat pulang." Arya segera melangkah dan mengikuti ke arah kepergian Andra dan Zayana.
"Ngomong- ngomong mereka anak siapa, Aku gak lihat orang tua mereka di meja nyonya, tadi? Apa orang tua mereka juga gak datang?"
Arya menggeleng. "Bukan. Orang tua mereka sudah meninggal." Hanum mengangguk mengerti.
"Ada dua orang lagi yang harus kamu temui disana." Arya mengedikkan kepalanya ke arah perkumpulan anak muda yang sepertinya seusia Arya. Anak tante Yumi, Steven. Dan anak tante Irene Romi."
"Seperti apa mereka?"
"Anak laki-laki di keluarga kami tentunya haus akan kekuasaan."
"Seperti Tuan?"
"Aku tidak."
"Tadi katanya semua."
"Mereka berbeda, mereka melakukan segala cara. Sudahlah kamu tidak akan mengerti." Dan Arya menghentikan pembicaraan saat mereka tiba di sebuah meja bundar. Para cucu sudah duduk tenang dengan sesekali mengobrol. Nampak akrab dan bersahaja, hingga kehadiran Arya membuat suasana berubah hening.
Arya adalah pria yang di gadang- gadang akan meneruskan kepemimpinan ayahnya, yang sementara ini di pegang Ningsih.
Keluarga Chandra Wijaya adalah paham yang menganut lelaki yang harus memimpin. Dari ke empat bersaudara Hardi, Harlan, Rustan, dan Permana hanya Hardi yang memiliki anak laki-laki, yaitu Abimanyu ayah Arya. Sisanya hanya memiliki anak perempuan membuat kala itu kedudukan kepala keluarga jatuh ke tangan Abimanyu. Begitu seterusnya hingga kini kedudukan tersebut akan jatuh ke tangan Arya.
Namun saat ini mereka yang memiliki cucu laki-laki berlomba-lomba untuk merebut kekuasaan tersebut tak hanya Rendi adik sepupu Arya yaitu putra dari adik Abimanyu tapi juga cucu laki-laki dari Permana dan Rustan yang sama-sama memiliki cucu laki-laki juga menginginkan hal tersebut.
Tak jarang mereka terus berusaha mencari celah kelemahan Arya untuk membuatnya terhapus dari penerus kepala keluarga. Namun dengan sekuat tenaga Ningsih selalu bisa membuat semua orang bungkam dengan usahanya. Juga Arya yang memang sudah menunjukkan kemampuannya jika dia kelak bisa membuat keluarga Chandra Wijaya semakin berjaya.
Jadi sebelum mereka bisa menurunkan Aryan mereka hanya bisa tunduk.
"Silakan duduk, Mas." Romi menarik sebuah kursi untuk Arya, namun saat ini Arya justru menarik kursi untuk Hanum.
"Duduklah." Hanum tersenyum mereka harus kembali memerankan peranan, bukan?
"Makasih."
Setelah memastikan Hanum duduk, barulah Arya duduk.
Romi masih berdiri di sebelah Arya dengan menatap Hanum. "Jadi ini kakak ipar yang sejak tadi di ceritakan semua orang?"
Hanum tersenyum. "Hai, aku Hanum," ucapnya ke arah Romi.
"Oh, hallo, aku Romi." ucapnya dengan mengulurkan tangan pada Hanum.
Satu orang lagi berdiri dan juga mengulurkan tangannya pada Hanum. "Aku Steven."
Hanum berdiri dari duduknya hendak menyambut tangan Steven dan Romi namun lagi- lagi Arya menghentikannya.
"Mas Arya tidak akan membiarkan kalian menyentuhnya," ucap Andra dengan terkekeh.
Hanum hanya tersenyum tak enak hati. "Maaf," ucapnya sambil kembali duduk.
Romi dan Steven tertegun beberapa saat lalu mengangguk tersenyum. Sepertinya mereka juga tidak menyangka bisa melihat keposesifan Arya. Mungkin gadis ini benar-benar kekasih Arya, jika hanya pura-pura tidak mungkin Arya begitu posesif.
Hanum mengedarkan pandangannya hingga matanya bertatapan dengan Rania, gadis itu menatapnya tajam begitu penuh kebencian. Sepertinya dia benar-benar cemburu.
Sang pemilik acara muncul Rendi dan Rona yang duduk setelah berjalan bergandengan menunjukan keromantisan.
Beberapa pelayan muncul siap menyajikan makanan untuk semua, namun saat seorang pelayan mendekat ke arah Arya, Hanum segera berdiri. "Maaf, biar aku saja," ucapnya pada pelayan.
Pelayan tersebut mengangguk dan segera pergi untuk melayani yang lain.
Baru saja Hanum membuka mulutnya seseorang bicara dengan nada mengejek. "Hanum, kami tahu kamu itu pembantunya Mas Arya, tapi kamu gak usah menunjukkan itu di depan kami." Itu suara Rania. Gadis itu melipat tangannya di dada. "Biarkan pelayan melakukan tugasnya. Memalukan."
Semua orang terdiam hanya satu orang yang terkekeh Rona.
"Kamu benar Rania. Tapi, pembantu tetap pembantu kan? Mereka tidak akan bisa berubah. Terlalu terbiasa." Rona ikut menimpali masih dengan terkekeh mengejek.
Semua orang menatap Hanum menunggu reaksi dari Hanum, Rendi sendiri melihat Hanum dengan menarik sudut bibirnya.
Di luar dugaan Hanum justru tersenyum sangat cantik bahkan membuat semua orang membeku.
"Maaf, Rania. Tapi aku bukan sedang melayani majikanku, aku sedang melayani calon suamiku. Lagi pula kenapa dengan pembantu? Aku yakin tanpa bantuan pembantu kamu mungkin tidak bisa menggunakan sepatu kamu sendiri." Semua orang tertawa kecil, sementara Arya menarik senyumnya.
"Tolong jangan remehin profesi kami, ya?" Hanum masih nampak tenang dan kembali menoleh pada Arya.
"Abang, mau makan apa?" tanya Hanum dengan senyuman.
"Tolong ambilin makanan kesukaanku, sayang." Arya menopang dagunya di atas meja dengan menatap Hanum lembut.
Semua orang yang ada disana tertegun dengan wajah terkejut yang tak bisa di sembunyikan. Melihat bagaimana cara bicara Arya dan bagaimana perlakuan pria itu kini tak ada keraguan di hati mereka jika Hanum benar- benar gadis yang di sukai Arya.
Bukan hanya mereka yang terkejut, Hanum pun merasa syok mendengar panggilan Arya. 'Sayang' kata itu begitu terngiang membuat jantung Hanum rasanya ingin melompat. Tapi, beruntung dia masih bisa mengendalikan dirinya dengan mengambilkan makanan untuk Arya, tentu saja dengan pipi yang sedikit bersemu.
Rania nampak kesal wajah cemburunya tak bisa di sembunyikan, sementara yang lainnya justru menatap dengan wajah- wajah penuh tipu muslihat, di bibir tersenyum sementara mata memancarkan berbagai macam minat.
si diam2 menghanyutkan...😏
dimana coba, dapat cewek cantik, somplak, trus jago berantem kayak hanum?
arya sih dapat jackpot namanya.. 😄😄
Kalah duluan sama Hanum yang bertindak
lanjut thor 👍👍👍👍