NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lebih dekat ke hatimu

Zara masih terus ngedrama.

"Ish, mana sih koin aku… Hik. Tadi jelas-jelas jatuh di sekitar sini… hik, koin seratus ribu itu-- hik bukan main-main, taukkk... Hik!"

Ia merangkak di rerumputan, matanya masih buram, namun kepalanya menunduk dalam-dalam, seolah pencarian itu sungguh penting. Padahal, ia hanya ingin satu hal. Dibiarkan sendiri.

Dari tempatnya, Haru jongkok mendekat, hanya bisa terheran-heran. Keningnya mengerut, "Koin seratus ribu? Emang ada?" tapi bibirnya menahan senyum tipis. Ia tak tahu harus merasa iba atau geli.

"Zara… ini aku, Haru."

Tak ada respons.

Gadis itu pura-pura tidak dengar. Ia terus meraba-raba tanah, merangkak seperti anak kecil kehilangan harta karunnya. Ia memilih jadi aneh… asal tidak harus menjelaskan rasa sakitnya.

"Ah, mungkin ditiup angin! Hik. Iya, angin jahat! Hik… Ish, koin jahat, hik kenapa kamu kabur dari aku sih-- hik…!"

Cegukannya terus muncul, menyusup di sela suara yang dibuat-buat riang. Haru tak bisa tinggal diam. Ia menyodorkan tumbler biru itu. "Zara, minum dulu. Cegukanmu itu… mengganggu, tauk."

"Minum? Ce-- hik…"

Dan ketika ia melihat tangan itu menyodorkan air bukan karena basa-basi, tapi karena peduli, bibirnya kembali bergetar. "Mi-- minum?"

"Huuaaaa..."

Tanpa berkata apa-apa, ia langsung menjatuhkan tangisannya. Bukan untuk memeluk, tapi untuk menarik jaket varsity yang dikenakan pria itu ke wajahnya. Bersembunyi. Menangis. Air matanya tumpah lagi, lebih deras dari sebelumnya.

"Huuuuu..."

Tangis yang dalam.

Rasanya ingin memeluk. Ingin mengelus kepala mungil itu. Ingin merengkuh tubuh rapuh yang kini menggigil oleh tangis. Tapi Haru urung. Tangannya hanya mengambang di udara, tak jadi menyentuh. Ia biarkan tubuhnya diguncang oleh rengekan dan air mata yang menumpuk di dadanya.

“Padahal cuma pingin minta peluk... tapi Ray nggak pernah mau kasih… huuuu…” suara Zara pecah, renyah dan getir sekaligus.

“Ray udah nggak peduli sama aku… dia buang aku… dia lebih milih orang lain…”

Jaket itu semakin ditarik kuat. "Astaga, kuat juga tenaganya," Haru membatin, nyaris limbung oleh pelukan histeris itu.

“Aku cuma pengin dimengerti…” Zara masih terus, “tapi aku tahu… akunya yang nyebelin. Akunya yang rese… tapi meski begitu… aku tetap butuh Ray!”

“Zara… tenanglah…” Haru akhirnya bersuara. Suaranya dalam dan lembut, seolah keluar dari dada yang berdebar kencang.

Zara mengangkat kepalanya. Matanya basah, pipinya belepotan, maskara mengalir seperti tinta yang pecah. “Haru…”

Sontak saja Haru kaget. Sangat.

Seolah melihat lukisan abstrak yang hidup. “Za-- Zara… wajahmu…” Saking paniknya, Haru tanpa sadar mendorong bahu kecil itu.

Brukk!

Zara jatuh terjerembab ke belakang.

“Aduduy! Bok*ngku yang comel!” keluh Zara sambil mengelus p*ntatnya. “Apa yang kamu lakuin?!”

“Za-- Zara… wajahmu… riasanmu… itu, kenapa-- kenapa kayak poci! Serem taukk!”

Zara sontak menyundulkan keningnya ke kening Haru. “Jangan poci! Aku takuttt!!”

“Aw, Zara! Keningmu kayak batu nisan!!”

Zara menutup wajahnya. “Plis, jangan poci. Mending mbak kunti aja. Aku lebih takut poci.”

Haru menghela napas dan mengambil sesuatu dari sakunya. "Nih. Bersihin mukamu.”

Zara mengintip dari sela jari. “Kamu… kamu bawa tisu basah?”

“Iya. Ambil. Bersihkan dulu mukamu.”

Zara menerimanya. Ia buka bungkusnya dan langsung menempelkan selembar di wajahnya. Seolah sedang cuci muka darurat, ia mengusap sembarangan sambil bergumam. “Aku nggak habis pikir… ada cowok bawa tisu basah…”

“Aku punya masalah kecil soal sterilisasi. Jadi selalu bawa.”

“Masalah apa itu?” Zara melirik.

“Yah… semacam…” Haru melirik ke arah lain, sedikit kikuk. Bingung, masih mencari kata-kata. Tapi tak satu pun terasa cukup pas untuk menjembatani emosinya dan logika Zara yang selalu sulit ditebak.

Zara membuka mata perlahan. Wajah polosnya kini tanpa riasan. "Udah bersih?" tanyanya pelan.

Haru malah Terpaku.

Selama ini, Zara selalu tampil mencolok dengan sentuhan makeup yang mengingatkannya pada karakter anime. Meriah, unik, eksentrik, tapi tetap manis. Tapi sekarang… wajah itu tel*njang dari segala polesan. Dan entah kenapa, Haru justru merasa jantungnya bergetar lebih keras.

Kulit pucat itu seperti kanvas alami. Sorot matanya tanpa eye shadow tanpa eyeliner justru menampakkan kejernihan yang selama ini tersembunyi. Haru seperti sedang mengintip rahasia di balik warna-warna semu yang biasa Zara pakai.

"Astaga… jantungku… kenapa seperti mau copot?" Haru kelimpungan. Kepalanya penuh suara.

"Haru?"

"Tuhan… aku bingung…" Haru menelan ludah. Tak menjawab.

"Haru!!"

“Ack! Iya! Itu…” Haru buru-buru mengambil tisu baru dari bungkusnya. Ia reflek mendekat, berusaha terlihat sibuk meski matanya hampir tak bisa fokus. “Masih… masih ada yang belum bersih…”

Tangannya terulur, gemetar. Tapi ia paksakan tetap tenang. Zara diam saja, malah memejamkan mata. Haru makin panik. "Kenapa malah nutup mata?! Aku gemassss!!" jerit hatinya.

Namun saat tangannya mulai menyapu lembut di pipi dan sekitar mata, Zara justru tersenyum tipis. “Kamu seperti perias…” gumamnya. “Tanganmu lembut. Kayak ada sihirnya. Bikin aku nyaman…”

Suara itu menusuk lembut ke ulu hati Haru. “Aku cuma…” Haru tertelan kata-katanya sendiri. “Cuma ingin hati-hati…”

Dan untuk pertama kalinya, Haru merasa... dia yang selama ini dikenal pintar dan penuh perhitungan, benar-benar tak punya rencana apapun saat sedang berhadapan dengan gadis bernama Zara.

Wajah itu masih dibersihkan dengan hati-hati, seperti mengusap serpih cahaya dari kelopak langit. Gerakan tangan Haru lembut, terlatih oleh ketelitian tapi diganggu oleh jantung yang terus berdetak tak menentu.

“Kenapa makeup kamu gampang banget rusak, Zara?” tanya Haru akhirnya, memecah keheningan. “Apa kamu nggak pandai milih produk? Kupikir kamu jago merias wajah, tapi ternyata nggak pinter milih kosmetik.”

Pipi Zara langsung menggembung, seperti balon yang ditiup ego. Mulutnya manyun, seperti awan kelabu sebelum hujan. “Sembarangan,” balasnya cemberut.

Astaga… bikin gemas… Haru mengerang dalam hati. Sungguh, kalau bukan karena rasa sabarnya tinggi, dia mungkin sudah gemetar sendiri karena overload kelucuan.

“Ini gara-gara kemarin Fanya nyuruh aku coba produk baru,” Zara mulai bercerita, sambil sesekali mengusap matanya. “Katanya dari temennya. Lagi promo gede-gedean, lho.”

“Fanya?” alis Haru naik pelan.

“Um!” Zara mengangguk polos. “Aku sebenarnya jarang ganti produk. Tapi promonya itu lho… bikin aku ngiler. Terus Fanya itu pinter banget ngerayu, jadi… ya, aku beli.”

Tangan Haru terhenti. Ada yang mengganjal. Fanya? Kenapa harus Fanya? Apa yang sebenarnya Fanya rencanakan? Haru mulai menyusun kemungkinan di benaknya, tapi Zara tak memberi jeda.

“Haru… udah belum? Kalau gini terus, aku bisa ketiduran tauk. Enak banget diginiin.” Suaranya lemah tapi manja, seperti bayi kucing menguap.

“Ack! Iya, udah,” Haru buru-buru menarik tangannya, salah tingkah. Wajahnya mulai memanas.

Zara mengusap pipinya pelan. “Hmm… sebenarnya, sedikit gatal juga sih. Tapi kayaknya aku nggak cocok sama produk itu. Aku bakal berhenti makainya. Ya nggak, Haru?”

Haru tersentak.

Pertanyaan itu sederhana, tapi efeknya seperti gelombang kecil yang menampar pantai hatinya. Gadis itu meminta pendapatnya. Dengan polos, tanpa tendensi, tanpa manipulasi. Hanya ingin tahu jawaban Haru.

“Haruuu?” Zara memanggil lagi, suaranya menggoda. “Kamu dari tadi ngelamun terus. Jangan-jangan kamu lapar, ya?”

Tapi Haru tak menjawab.

Dia hanya duduk di sana. Diam. Menatap wajah Zara yang bersih tanpa riasan, tanpa perisai. Wajah yang sejujurnya lebih indah karena kejujurannya. Lalu, Haru sadar, dia sedang kalah.

Mikirin gadis ini… bisa bikin waktu kehilangan irama. Bisa bikin seluruh logika berantakan.

Ia menghela napas, pelan.

Zara, kamu benar-benar bahaya.

1
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini 👍🥰
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!