Gigolo Tapi Perjaka

Arsya sigap menjauh dari Arin. Namun tangan cewek itu sigap memegangi.

"Apaan sih kamu! Tiba-tiba begini. Beneran aku terkam, baru tahu rasa!" timpal Arsya.

Arin terkekeh sambil melepaskan Arsya. "Serius amat sih kamu. Aku bercanda aja kali," komentarnya.

"Bercanda nggak gitu juga kali," balas Arsya.

"Ya udah deh. Maaf..." ungkap Arin.

Bersamaan dengan itu, bel pintu tiba-tiba terdengar. Arsya yang merupakan pemilik apartemen segera memeriksa dan berjalan ke pintu.

Sebelum membuka pintu, Arsya melihat tamu yang datang melalui video intercom. Dahinya berkerut saat melihat ada dua orang pria asing berbadan kekar berdiri di depan pintu. Keduanya tampak tak berhenti memencet bel.

Melihat dua pria yang datang, perasaan Arsya jadi tidak enak. Dia takut kedua pria itu adalah orang suruhan Damar.

"Siapa?" Arin datang dan ikut melihat ke kamera intercom. Matanya terbelalak saat melihat dua pria itu.

"Kenapa? Apa kau kenal mereka? Jangan bilang mereka..."

"Mereka adalah orang suruhan Kakek Damar. Aku rasa tempat persembunyianku sudah ketahuan. Aku benar kan, nggak mudah melarikan diri dari keluarga Alamsyah," ujar Arin seraya menarik sudut bibirnya ke atas.

"Kau diam saja di sini. Aku tidak akan membuka pintunya. Cepat atau lambat, mereka pasti pergi," usul Arsya.

Arin menggeleng. Dia berucap, "Nggak, Sya. Kau nggak tahu bagaimana cara keluarga Alamsyah mengatasi masalah mereka. Sekarang mereka tahu aku ada di sini. Aku tak punya pilihan selain ikut mereka!"

"Kau gila! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" Arsya menolak tegas.

"Kalau kau menolak, maka kita berdua akan dapat bahaya!" kata Arin. Dia lalu menggenggam tangan Arsya dan melanjutkan, "Aku percaya padamu, Sya. Aku akan ikut mereka, dan sekarang kau sudah tahu aku akan dibawa kemana."

Arsya terdiam dengan raut wajah cemberut. Apa yang dikatakan Arin memang benar, namun di sisi lain dirinya merasa berat membiarkan cewek itu pergi. Apalagi Arin baru saja bertemu dengannya.

"Sya... Buka pintunya sekarang," pinta Arin.

Dengan hembusan nafas berat, Arsya terpaksa membuka pintu. Dua pria utusan Damar langsung menyambut. Atensi mereka tentu tertuju pada perempuan yang mereka cari.

"Aku yakin kau pasti tahu tujuan kami ke sini. Tuan Damar tidak sabar ingin bertemu denganmu," ucap salah satu pria. Dia dan rekannya lalu melirik ke arah Arsya.

"Dia bukan siapa-siapa! Akulah yang memaksa minta pertolongan laki-laki ini. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan pelarianku!" tegas Arin. Dia pun segera keluar dari apartemen dan berjalan menuju lift.

Karena Arin berucap begitu, dua pria utusan Damar percaya saja. Mereka segera berjalan mengikuti Arin.

Sementara itu Arsya, dia hanya bisa menatap kepergian Arin dengan tatapan nanar. Sekali lagi, dia ditinggal oleh perempuan itu.

Arsya kembali masuk ke apartemen. Dia terpikir kalau dirinya tidak bisa menunda waktu lagi. Arsya merasa harus segera menghancurkan keluarga Alamsyah.

Malam itu, Arsya menghabiskan waktu untuk menyusun rencana baru. Rencana yang tentu saja bertujuan untuk menyelamatkan kedua temannya dari jerat keluarga Alamsyah.

"Mungkin pertama-tama, aku harus mulai dari Deva..." gumam Arsya. Dia lantas mencari tahu kelompok mafia Kalajengking Hitam.

Pupil Arsya membesar saat mengetahui fakta tentang Kalajengking Hitam. Ternyata kelompok mafia itu dipimpin oleh seorang wanita. Anggotanya bahkan didominasi oleh wanita.

..._____...

*Maaf baru up guys, othor lagi di kampung. 😆