Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untuk Mencintainya, Aku Harus Berkorban
Lion melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seolah dia ingin menabrak semua kendaraan yang menghalangi jalannya. Tangan kekar itu mencengkram kemudi dengan erat, bahkan urat tangan sampai terlihat menonjol.
"Apa maksudnya dia melakukan itu? Kenapa dia harus menyebarkan rekaman video seolah-olah dia adalah Verina"
Lion sampai di Apartemennya, mencari keberadaan Airin. Tapi istrinya itu tidak berada disana. Lion mencoba menghubunginya, dan tidak bisa. Dia mengusap wajah kasar.
"Sial, dia pergi kemana sebenarnya?"
Lion menghembuskan nafas kasar, mencoba untuk menenangkan dirinya dulu untuk berpikir. Lion harus menemukan keberadaan Airin sekarang. Dia teringat akan Yulita, istri dari sepupunya itu adalah orang yang paling dekat dengan Airin. Segera dia menghubunginya.
"Hallo, Yulita, apa kau tahu dimana Airin?"
"Em, tadi dia datang kesini sebentar, lalu segera pulang. Memangnya belum sampai ke rumah ya?"
"Belum, dia tidak ada disini. Ponselnya juga sulit dihubungi"
"Ah tunggu saja, mungkin sebentar lagi"
Lion mengangguk pelan, meski sadar Yulita tidak akan melihatnya. Dia segera memutus sambungan telepon. Lion duduk di sofa dengan mengusap wajah kasar, dia frustasi dengan masalah yang bermunculan sekarang.
Saat hari dia menemukan Verina di rumah sakit ketika di menjenguk Yulita yang baru saja melahirkan bersama istrinya. Lion tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya banyak hal pada Verina yang berada di salah satu ruang rawat disana.
Namun saat itu, Chris yang menahannya untuk tidak dulu berbicara banyak hal karena keadaan Yulita yang baru saja melakukan cuci darah dan masih lemah.
"Jangan sampai kau goyah dengan kehadiran Verina lagi. Ingat Lion, penyesalan tidak akan datang di awal. Kau tahu sendiri, bagaimana aku pernah mengalaminya. Kehilangan perempuan yang benar-benar tulus pada kita, namun malah kita sia-siakan. Maka itu adalah mula dari kehancuran hidup kita sendiri"
Lion menghembuskan nafas kasar ketika mengingat ucapan Chris.
*
Di tempat yang berbeda, Yulita menatap ponselnya yang sudah mati. Lalu, dia menoleh dan menatap sahabatnya yang berdiri di belakangnya. Yulita menatapnya dengan mata berkaca-kaca, dia menghampiri Airin dan memeluknya.
"Kamu yakin akan melakukan ini? Rin, masih ada waktu untuk kamu mundur dari keputusan ini. Aku ... takut kamu kenapa-napa Rin.. Hiks.." Yulita bahkan tidak bisa menahan tangisannya, melihat pengorbanan sahabatnya untuk orang yang dia cintai begitu besar.
"Yul, aku sudah bulat dengan keputusanku. Kamu pasti mengerti, bagaimana kita yang melihat dia terluka hanya karena tidak bisa bersama dengan perempuan yang dicintainya. Dan aku akan membuat dia bahagia kembali, meski harus aku yang berkorban. Kamu juga sudah dengar 'kan, jika semuanya akan baik-baik saja. Untuk mencintainya, aku harus berkorban"
Yulita mengangguk, dia semakin erat memeluk Airin dan menangis. Masih belum bisa dia menahan air matanya.
"Aku akan selalu mendukung semua keputusan kamu, Rin"
Airin tersenyum, dia menepuk bahu Yulita dengan lembut. "Pokoknya aku percayakan sama kamu. Aku yakin, kamu bisa melakukan apa yang aku inginkan, ya Yul? Bantu aku"
Yulita mengangguk, meski air mata mengalir begitu deras di pipinya. Melihat Airin yang seperti ini, benar-benar tidak pernah terpikirkan oleh Yulita, karena sahabatnya ini adalah gadis yang begitu ceria meski masalah selalu menimpanya. Dia bahkan selalu ada untuk dirinya dalam keadaan apapun. Dan kebaikan juga pengorbanan Airin untuk orang-orang yang dia sayangi dan cintai, memang selalu begitu besar.
"Baiklah, ini sudah menjadi keputusan kamu. Maka, aku hanya bisa berdoa semuanya akan baik-baik saja. Dan kamu ... harus baik-baik saja, Airin"
"Terima kasih Yul, aku pergi dulu"
Yulita melambaikan tangannya, meski sedikit berat melepas kepergian sahabatnya. Ini adalah kepergian Airin yang menurutnya sangat menyakitkan, karena Yulita tidak tahu apa dia akan bisa bertemu lagi atau tidak dengan sahabatnya ini.
"Ya Tuhan, tolong selamatkan sahabatku. Biarkan dia menemukan kebahagiaan dalam hidupnya"
*
Di dalam ruang rawat, Verina melihat berita yang tersebar di ponsel. Bahkan rekaman klarifikasi dari seorang wanita yang mempunyai kemiripan dengannya juga sudah dia lihat. Dia putar beberapa kali rekaman itu.
"Ternyata memang benar-benar sangat mirip. Dunia memang kecil ya, bisa-bisanya kita bertemu dengan pria yang sama. Tapi aku tidak akan merebutnya darimu, aku hanya akan mendoakan kalian bahagia"
Verina menghembuskan nafas kasar, jika dia tidak harus terbaring disini mungkin dia sudah datangi media dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi apalah bisa dia perbuat ketika dia masih harus terjebak di dalam ruangan ini.
Ketika pintu terbuka, Verina tersenyum pada Ibunya. "Bagaimana?"
"Kamu siap-siap saja untuk menjalani operasi malam ini"
"Ma, siapa yang mau mendonorkan satu ginjalnya untukku? Aku ingin tahu"
"Mama juga tidak tahu, Dokter bilang dia ingin menyembunyikan identitasnya. Ya, kita hargai saja keputusannya" ucap Mama sambil berjalan ke arah ranjang pasien yang ditempati oleh Verina.
"Mama dengar kamu bertemu dengan Lion? Sudah berbicara?"
Verina tersenyum, dia mengangguk pelan. "Ya, aku sudah berbicara dengannya. Dan aku bisa melihat tatapan matanya yang bukan lagi tentangku. Dan aku bahagia melihat dia baik-baik saja. Lagipula, jika kita terus bersama, tidak akan ada kebahagiaan. Karena aku merasa, kita tidak begitu cocok"
"Baguslah jika semuanya sudah selesai. Mama lega mendengarnya. Sekarang kamu istirahat saja, menunggu sampai waktu operasi" ucap Mama sambil menyelimuti tubuh putrinya.
"Aku pulang kesini baru 2 minggu, dan tidak sempat untuk jalan-jalan. Padahal, aku merindukan suasana disini"
"Ya kan kamu kesini untuk pengobatan, bukan untuk jalan-jalan Nak. Nanti saja kalau sudah sembuh, kita bisa pergi jalan-jalan sepuasnya"
Verina mengangguk, dia tersenyum pada Ibunya. "Oh ya, Brian dimana Ma? Kenapa tidak kelihatan sejak pagi"
"Dia bilang ada pekerjaan yang harus di selesaikan, jadi tidak bisa menemani kamu disini. Kenapa? Kamu merindukannya?" ucap Mama dengan tatapan menggoda pada putrinya ini.
Verina menggeleng cepat, dengan senyuman yang lebar. "Apasih Mama ini, aku tidak merindukannya. Hanya bertanya saja. Oh ya Ma, aku melihat ada seseorang yang begitu mirip sama aku. Mama, lihat berita itu tidak? Ada rekaman perempuan yang mirip denganku?"
Mama terdiam mendengar itu, dia tersenyum dan mengelus kepala anaknya. "Sudahlah, kamu istirahat. Jangan dulu memikirkan hal yang tidak penting. Kita harus fokus pada kesembuhan kamu dulu"
"Tapi dia begitu mirip denganku, Ma? Dan dia yang menjalin hubungan dengan Lion sekarang. Lucu banget ya, bisa-bisanya dua orang yang begitu mirip padahal bukan saudara, tapi bisa terikat dengan satu pria yang sama"
"Mungkin hanya kebetulan saja, kan semua orang pasti punya kembaran di dunia ini. Dan kebetulannya kamu sama dia berada di tempat yang sama"
"Mungkin ya, kebetulan yang sangat aneh sih sebenarnya. Soalnya wajahnya mirip banget sama aku"
Mama hanya tersenyum saja, namun tatapan matanya terlihat sedikit gelisah dan cemas.
Bersambung
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on
Dan seperti nya ibu nya Verina menyembunyikan rahasia besar 🤨🤨🤨
Lion bahagia ya kamu sekarang karena Verina sdh kembali , setelah ini sebaiknya kamu lepas kan Airin
Biar kan Airin pergi dngn cinta nya