NovelToon NovelToon
Misi Balas Dendam

Misi Balas Dendam

Status: tamat
Genre:Teen School/College / Tamat
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vina Melani Sekar Asih

Hubungan antara Raka dan Jena memang baik-baik saja. Tetapi saat seorang teman kelas Jena memberitahu bahwa Raka sedang bersama seorang perempuan, membuat Jena merasa curiga bahwa Raka menjalin suatu hubungan dengan perempuan itu yang mana perempuan itu adalah sahabat Jena.

Namun kenyataannya, bukan dengan sahabat Jena melainkan dengan seseorang yang bahkan Jena tidak kenal. Dengan begitu, Jena akhirnya memutuskan hubungan dengan Raka dan bahkan Jena membuat kesepakatan dengan seorang lelaki bernama Jevan supaya menjadikan dia sebagai pacar pura-pura Jena.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Bayangan wajah Raka menghantui pikiranku hingga diriku tak fokus mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Beberapa aku aku mencoba untuk fokus namun aku gagal karena aku masih terbayang kejadian tadi saat di UKS.

"Kenapa sih? perasaan dari tadi kelihatannya gelisah."

"Memangnya kelihatan banget ya?"

"Iya, kelihatan banget sampai-sampai gue juga jadi gak bisa fokus karena lo."

Tiba-tiba, Bu Winda menyuruh untuk membuat kelompok yang terdiri dari 4 anggota. Tentunya aku sangat kebingungan karena jujur aku tak mau sekelompok dengan Jevan.

"Jena, Jevan! kalian gabung sama gue dan Raka aja," kata Rendi.

"Gue gak mau!" tolak Jevan mentah-mentah.

Aku mencubit pelan tangan Jevan. "Kenapa gak mau sih?" tanyaku pelan.

"Memangnya lo mau sekelompok sama mantan?"

Aku memang berniat balas dendam kepada Raka, namun aku tidak berniat untuk menjauhinya. Apalagi sekarang merupakan situasi genting, yang mana diperlukan seseorang yang pintar untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Mau sekelompok gak?" tanya Rendi sambil berjalan kearahku dan Jevan.

"Lo gimana sih! masa iya Jena mau disatukan sama pacar dan mantannya," kata Jevan.

"Memangnya kenapa? Justru itu bagus, supaya gak ada perselisihan diantara kalian bertiga," ujar Rendi sambil tersenyum.

Jevan menatap datar kearah Rendi. Bisa-bisanya Rendi tersenyum bahagia diatas penderitaan orang lain. Atau bahkan Rendi memang sengaja membuat Jevan, Jena dan Raka berselisih.

"Lo dukung siapa sih sebenarnya? waktu itu lo menjelekkan Raka, tapi kenyataannya sekarang lo kayak dukung dia sama Jena," bisik Jevan.

Ya, waktu itu Rendi pernah menjelekkan Raka. Rendi berkata bahwa Raka sangat bodoh karena telah menyia-nyiakan Jena.

"Sebab kalian berdua adalah sahabat gue, jadi gue memilih jadi tim netral aja," ujar Rendi sambil tertawa.

"Jev, gak apa-apa sekelompok aja. Soalnya yang lain udah dapat kelompoknya, mau gak mau kita sekelompok sama mereka berdua."

Skip

Saat sedang mengerjakan tugas kelompok, tak satupun ada yang berbicara. Bahkan diantara kita berempat hanya Raka yang fokus menjawab soal-soal yang telah diberikan guru.

"Ini gak ada yang mau bantu gue?" tanya Raka yang akhirnya membuka suara.

"Gue gak bisa bahasa Inggris," jawab Rendi.

"Gue juga gak bisa," jawab Jevan.

Sebenarnya dari tadi aku ingin membantu Raka. Namun karena Raka sepertinya tidak membutuhkan bantuan, jadi aku memutuskan tidak membantunya.

"Sini biar aku kerjakan." Aku mengambil kertas jawaban dan segera mengerjakannya.

"Mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku." Rendi tiba-tiba menyanyikan lagu Maudy Ayunda yang berjudul mantan terindah.

"Berisik, Ren!" ujarku dan Raka bersamaan.

Rendi tertawa ketika melihat ekspresi wajah Jena dan Raka. Namun bukan hanya mereka berdua saja, tetapi bahkan ekspresi wajah Jevan terlihat lebih marah dibandingkan dengan ekspresi wajah Jena maupun Raka.

"Lo berdua pura-pura pacaran, kan?" tuduh Rendi.

"Gue kan udah bilang dari kemarin bahwa gue dan Jena itu pacaran," kata Jevan.

"Coba buktikan kalau kalian memang benar pacaran!" perintah Raka. Lalu Jevan menatap kearah Raka dengan tatapan kesal karena Raka seakan-akan meremehkan seolah-olah Jena tidak akan suka kepada Jevan.

Chup!

Tubuhku mematung disaat Jevan tiba-tiba mencium pipiku. Aku tidak mengira bahwa dia akan melakukan hal gila seperti ini, padahal sudah jelas bahwa hubungan kita hanya sebatas pacar pura-pura saja.

Aku memandang kearah Jevan lalu menatap orang-orang di sekitarku untuk memastikan kalau hanya kelompok aku saja yang menyaksikan kejadian tadi.

"Gue ke toilet dulu." Raka bergegas pergi, entah karena dia benar-benar pergi ke toilet atau dia pergi karena cemburu.

"Sekarang gue percaya kok." Rendi hanya cengengesan saat melihat Jevan yang melakukan hal gila seperti itu. Pasalnya Jevan sangat terang-terangan mencium Jena pada saat ada guru, tapi untung saja guru tersebut sedang fokus memainkan ponselnya.

...****...

Bel istirahat berbunyi, tetapi aku memutuskan untuk tidak ke kantin sebab aku tak ingin makan bersama Jevan. Ya, gara-gara kejadian tadi membuatku ingin menjauh dari Jevan.

Aku berpikir bahwa semakin kesini Jevan semakin melewati batas, padahal sudah jelas bahwa status dia hanyalah sebagai pacar pura-pura.

"Jen, mau ke kantin gak?" tanya Jevan.

"Enggak, gue gak lapar."

"Oh iya, gue minta maaf tentang kejadian tadi."

"Gue maafkan asal lo jangan melewati batas lagi."

Kemudian Jevan mengangguk lalu ia berpamitan untuk pergi ke kantin. Didalam kelas hanya menyisakan aku saja, jadi ini kesempatanku untuk tidur sejenak.

Ketika aku hendak tidur, tiba-tiba Raka datang sambil menutup rapat pintu kelas. Sorot matanya melihat kearahku dan sekarang kakinya mulai melangkah kearahku.

Otomatis aku berdiri karena ekspresi Raka seakan-akan marah kepadaku. "Ada apa?"

"Jawab aku dengan jujur. Kamu pura-pura pacaran sama Jevan, kan?"

Aku menunduk karena tatapan Raka sangat mengintimidasi. "Aku memang pacaran sama dia. Buktinya tadi kamu lihat sendiri kalau Jevan cium aku."

Posisi Raka semakin dekat dengan Jena hingga membuat Jena mundur hingga mengenai tembok. Lalu Raka menarik pinggang Jena dan dia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan lagi untuk mencium Jena.

Chup!

Aku tak bisa mendorong Raka karena tubuhnya lebih besar dariku. Dengan begitu aku terpaksa harus menendangnya karena hanya itu jalan satu-satunya.

"Aww!"

Raka meringis kesakitan karena sepertinya aku menendang luka di kakinya.

"Sakit, Jen."

"Makanya jangan kayak gitu!"

Aku berlari keluar karena takut dengan Raka. Ya, saat ini sepertinya Raka sangat nafsu sehingga dia mencium bibirku. Jadi lebih baik aku menghindarinya dari pada terjadi hal yang lebih parah dari itu.

Bruk!

Akibat berlari, aku jadi menabrak seseorang. Untung saja orang yang aku tabrak adalah Rendi, jadi aku tak merasa bersalah meskipun telah menabraknya.

"Lo kenapa?" ujar Rendi saat melihat Jena yang ketakutan.

"Gak apa-apa."

Aku kembali berjalan tanpa tujuan yang jelas, yang penting tidak bertemu dengan Raka maupun Jevan. Sekilas terpikirkan olehku untuk pergi menuju perpustakaan, sebab disana merupakan tempat paling aman.

Tiba di perpustakaan, aku sedikit terkejut karena ternyata ada beberapa orang yang berapa di perpustakaan meskipun sekarang waktu istirahat.

Karena aku niatnya memang untuk bersembunyi, jadi aku memilih tempat duduk yang paling ujung. Supaya tidak di usir oleh petugas perpustakaan, aku meminjam satu buku meskipun sebenarnya aku tidak akan membaca buku itu.

Trining! Trining!

Dering ponselku membuat semua orang menoleh kearahku, bahkan beberapa orang ada yang menatap tajam kearahku. Maka dari itu, aku segera menolak panggilan telepon tersebut dan mengubah ponselku ke mode silent.

Orang yang menelponku tadi adalah Raka. Aku mengetahui alasan dia meneleponku. Ya, apalagi kalau bukan untuk meminta maaf.

1
Zhree
Halo Kak.. salam kenal dari "Terjerat Cinta Pria Beristri"
Vimel: salam kenal juga kak 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!