Mencintaimu, jujur sudah membuat logikaku tak lagi berfungsi.
Nama dan semua kenangan tentangmu telah mampu menutup segala rasa dihatiku dengan atas namanya cinta, semua yang ada padamu candu untukku.
Perpisahan tak lagi jadi alasan untukku membuka hati pada nama nama baru yang datang menawarkan warna lain dari sebuah hubungan.
Tidak, dan tak akan pernah bisa terganti, kapanpun hingga saat itu tiba.
Aku menolak, dan akan terus menolak, karena rasaku telah terpatri hanya untuk satu nama, yaitu namamu.
Gila?
Iya aku memang gila, tergila gila oleh pesonamu, oleh cintamu yang nyatanya tak hanya untukku, terbagi karena memang kau menghadirkanku diantara kau dan dia.
'Jangan pernah berubah, jangan pernah ingin menyerah, mari kita berjuang'. Untaian kata yang selalu kau bisikkan padaku dengan sorot matamu yang teduh.
" maaf jika harus mencintaimu dengan cara seperti ini." engkau pun tersedu, dan akhirnya kita rapuh bersama dalam luka yang tak bertepi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
"Iya, iya. Mama tau dan juga percaya.
Kamu tenang saja, Soni gak bakalan betah diluar sana. Dia itu sudah terbiasa hidup mewah dan serba dilayani. Yakin sama mama, suamimu pasti kembali secepatnya. Jangan sedih lagi." sahut Bu Farah yakin, kalau Soni tak bisa hidup tanpa hartanya. Tanpa sepengetahuannya, Soni sudah bisa mandiri dalam mencari uang sendiri.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sedangkan di lain tempat, Soni yang berniat ngecek saldo di ATM menatap seseorang yang tak asing di matanya. Nampak Albinara tengah berjalan memasuki restoran bersama dengan rekan kerjanya.
"Itu Albinara, aku akan menemuinya setelah ini.
Mungkin dia tengah ada urusan pekerjaan dengan seseorang di dalam sana." batin Soni bermonolog sendiri. Lalu memasuki salah pintu ATM yang berderet panjang.
Soni malu melihat ATM dari orang tuanya, apakah masih bisa digunakan atau sudah dibekukan.
Dan ATM yang khusus untuk mengirim gajinya, saldonya sudah Soni pindahkan ke rekening miliknya yang lain, rekening pribadi miliknya yang tidak diketahui oleh orang tuanya.
"Ternyata masih bisa di gunakan, sebaiknya aku ambil cash dan mentransfer ke rekening baruku, tidak menutup kemungkinan ATM ini akan di blokir sama papa kalau aku tidak kunjung pulang." Soni berbicara sendiri di dalam hatinya.
"Hati ini segini dulu, besok akan aku ambil lagi." lirih Soni dengan tersenyum lega, setidaknya dia masih bisa menyelamatkan harta yang juga menjadi haknya dari orang tuanya.
Setelah misinya selesai, Soni berjalan menuju restoran, tempat di mana dia melihat sosok sahabat lamanya.
Soni mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang sudah lama tidak dijumpainya. Padahal mereka dulu begitu dekat.
"Itu dia, aku akan menunggunya disini." lirih Soni yang menatap Albinara dengan tatapan redup, merasa bersalah dengan sahabatnya itu, karena sudah memberikan semua kesalahannya pada Albinara.
Soni memilih tempat duduk yang tak jauh dari Albinara, dia memesan makanan dan minuman sambil menunggu Albinara menyelesaikan urusannya dengan rekannya.
Hampir setengah jam lebih Soni menunggu kesempatan untuk bisa berbicara dengan Albinara.
Setelah melihat Albinara selesai dan akan segera pergi, Soni dengan cepat menyusul langkah Albinara.
"Tunggu." teriak Soni yang langsung menghentikan langkah Albinara.
"Albin, aku ingin bicara.
Apa kamu ada waktu?" Soni memang wajah penuh sesal, terlihat Albinara hanya menatapnya dengan wajah datar.
"Aku sedang ada urusan, mungkin lain kali saja." sahut Albinara tenang, namun wajahnya terlihat tidak menyukai kehadiran Soni di hadapannya.
Perbuatan Soni memang sungguh tidak bisa dia maafkan begitu saja.
"Sebentar saja, tolong maafkan semua kesalahanku. Beri aku kesempatan untuk bicara." sahut Albin yang berusaha meminta waktu pada Albin barang sebentar saja.
"Baiklah, tapi waktuku tidak banyak." sahut Albin dengan terpaksa, lagi pula dia juga merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Soni setelah sekian lama menghilang.
"Aku minta maaf untuk kesalahan yang sudah aku lemparkan padamu tentang Renata.
Sekarang aku menyesal, benar benar menyesal. Maafkan aku." Soni menatap lekat wajah Albin yang Tania ekspresi, terkesan dingin dan bibirnya melengkungkan senyum miring padanya.
"Lalu?" sahut Albinara tanpa banyak berkomentar.
"Sekarang aku menyesal dan ingin menebus semua kesalahanku terhadap Renata dan anak anaknya. Dan aku ingin minta maaf padamu. Maaf sudah menyeretmu pada masalah yang sudah aku ciptakan." sahut Soni yang menatap Albinara dalam.
Albinara nampak membuang nafasnya kasar, menatap tajam ke arah Soni dengan perasaan marah.
"Kamu sudah menyulitkan hidupku, Son.
Dan kamu juga sudah membuat Renata men-deri-ta sebab ulahmu itu.
Sekarang kamu bilang menyesal, apa aku tidak salah dengar?" Albin menjawab dengan tatapan menyelidik.
"Pernikahanku tidak bahagia, hidupku benar benar kacau selama ini. Dan aku memutuskan untuk pergi meninggalkan keluargaku.
Aku sudah tidak sanggup menjalani hidup penuh dengan tekanan orang tuaku lagi.
Aku ingin bebas dan menikahi Renata dan menebus semua kesalahanku padanya dan juga kedua anakku dengan Renata." sahut Soni tegas dengan menunduk dalam.
"Lakukanlah, bahagiakan mereka. Tapi pastikan kamu dan keluarga kamu tidak membuat mereka semakin menderita." balas Albinara penuh penekanan.
"Aku tau, untuk itulah aku sudah memutuskan untuk pergi dari rumah dan mulai menata hidupku dengan kedua kakiku sendiri.
Aku akan secepatnya mengurus perceraian ku dengan istriku. Karena rumah tangga kami sudah tidak mungkin diselamatkan. Aku menyerah." lirih Soni, membuat Albinara memicing heran dengan keputusan Soni yang menurutnya gila itu.
Menceraikan istrinya demi untuk menikahi wanita lain.
"Kamu tidak sedang bercanda kan?
Menceraikan istrimu demi untuk bisa menikahi Renata?
Gila, ini benar gila, Soni!" Albinara menatap Soni tak percaya.
"Semua tidak yang seperti kamu bayangkan, Albin.
Rumah tanggaku dengan istriku sudah berantakan lama, dia terlalu bebas dalam menjalani hidupnya.
Kebiasaan hidup di luar negri membuatnya tak memiliki rasa hormat dan etika lagi dalam menempatkan aku sebagai suaminya.
Istriku setiap hari selalu pulang larut malam, bahkan pagi hari. Dia selalu pulang dalam keadaan mabuk.
Aku muak dan tak bisa lagi bertahan dengan perempuan seperti itu." jelas Soni dengan wajah kesal mengingat bagaimana tingkah istrinya selama ini. Sedangkan Albinara masih menatap Soni dengan tatapan tak percaya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Ayah Aku Juga Anakmu
Novel on going :
#Wanita sebatang kara
#Ganti Istri
#Ternyata aku yang kedua
Novel Tamat :
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
kadang kita sebagai orang tua jauh dari kata sempurna.
tapi berusaha untuk putra putri penerus kita. kita berusaha yang terbaik.
semangat ya, mbak Ren.
next.. Thor