Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekanan dari Mawar
Akhirnya Rio tersadar dari lamunannya, dia melamun memikirkan bagaimana mendapatkan uang dan emas sebanyak itu. Tabungan yang Rio miliki pun kurang dari nominal yang di katakan Pam Ahmad. Rio syok mendengar mahar yang di minta oleh keluarga Mawar, dia masih menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.
"Sayang". Ucap Rio setelah sadar dari lamunannya
Mawar langsung menoleh dan mengangguk, dia ingin mendengar bagaimana jawaban Rio atas pernyataan yang di berikan oleh bapaknya. Karena dari tadi Rio hanya terdiam dan belum menjawab pertanyaam dari Pak Ahmad.
"Iya apa mas? Gimana kamu bisa kan mas?". Tanya Mawar dengan cepat
"Kamu diem gini terus jangan bikin aku khawatir dong mas, aku tahu pasti kamu senang kan kita di restui dan akan menikah dengan cepat". Kata Mawar seraya tersenyum senang
"Hemm..". Rio hanya berdehem
"Bagaimana itu sudah keputusan final bapak, kamu harus menyediakan uang dapur 100 juta dan mahar 24 gram emas murni. Karena Bapak ini seorang kepala desa, masak akan mengadakan pesta pernikahan putri semata wayangnya kecil kecilan. Jadi semua sudah jelas ya nak Rio". Ucap Pak Ahmad
Rio tak mampu berkata apa apa, sontak lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan satu hal. Pak Ahmad ngotot jika Rio harus memberikan Uang Hantaran dan juga Mahar sesuai kesepakatan untuk bisa menikah dengan Mawar.
Setelah pembicaraan tersebut, akhirnya Rio pamit pulang dan Mawar ikut dengannya.
Rio dan Mawar menaiki mobil itu, mobil pun melaju di jalanan.
Di dalam mobil perasaan Rio masih gelisah, bagaimana bisa dia akan mendapatkan uang 100 juta dengan emas murni 24 gram. Rio nampak frustasi memikirkannya
"Mas, aku senang sekali akhirnya kita akan menikah secepat ini. Kamu juga senang kan mas". Ujar Mawar dengan tersenyum lebar
"Boro boro mas senang, mas sangat terkejut mendengar perkataan bapakmu tadi, tentang uang dapur serta mahar yang harus aku berikan untuk kamu saat menikah nanti". Keluh kesah Rio di dalam hati.
Mawar langsung terdiam, dia menatap laki kaki itu dengan tak percaya. Kenapa Rio malah bersikap seperti ini? Harusnya dia senang dong menikah dengan Mawar. Apalagi Mawar tengah hamil anaknya.
Apa Uang dapur dan juga Mahar yang di ajukan sebagai syarat untuk menikahinya lebih berharga daripada hubungan mereka selama ini?
"Maksud kamu apa mas? Kamu tidak setuju dengan Uang dapur dan Mahar yang di ajukan oleh kedua orang tua ku?". Tanya Mawar dengan nada meninggi
"Kamu jangan macam macam ya mas, aku ini tengah mengandung anakmu, kamu malah bertingkah seperti ini". Sambung Mawar lagi dengan melipat tangannya di depan dada dengan menghadap lurus ke depan tanpa mau melihat ke arah Rio yang sedang fokus menyetir.
"Ingat ya mas, kamu kan niat nya emang mau nikahin aku. Dan sekarang aku sedang mengandung, lama kelamaan kandunganku akan membesar. Dan pasti akan orang orang yang akan mencemooh aku karena hamil di luar nikah, apalagi aku adalah anak kepala desa. Bisa malu bapak kalau aib ini ditahu oleh semua orang. Jadi menurut mas, uang lebih berharga dari hubungan kita ini, iya mas begitu? Atau uang lebih berharga daripada anak mu yang tengah aku kandung ini mas!". Cerocos Mawar dengan kesal
Rio hanya terdiam mendengar ocehan Mawar, dia sama sekali tidak bisa menjawab semua perkataan dari Mawar tadi. Semua yang di katakan Mawar adalah suatu kebenaran, jika ia punya uang sudah senang hati Rio akan menikahi Mawar secepatnya. Bahkan besok pun bisa, masalahnya Rio sama sekali tidak memiliki uang.
Uang Tabungan Rio hanya 20 jutaan saja, sebab uang nya telah ia gunakan untuk membeli mobil baru. Lalu bagaimana dia bisa mencukupi permintaan dari kedua orang tua Mawar? Uang dapur 100 juta dan Mahar 24 gram emas murni itu bukanlah nominal yang sedikit, ia juga tidak bisa mendapatkan itu dengan mudah.
Dulu saat menikah dengan Tiara, ia hanya menggunakan uang lima ratus ribu sebagai mahar pernikahannya. Dan itu pun acaranya di adakan seadanya, hanya menikah jjab qabul di KUA dan Tiara tidak ada protes sama sekali, malah dia menyutujui mahar yang ku berikan. Karena dulu setelah lulus kuliah aku belum bekerja, namun aku nekad menikahi Tiara.
Jika sekarang tentu saja Rio tidak memiliki tabungan, karena setiap bulan dia harus memberi jatah kepada Ibu Ningsih dan Manda. Uang tabungan yang tersisa pun tidak cukup untuk menyanggupi permintaan ke dua orang tua Mawar.
"Mas, kamu gimana sih. Kamu usaha lah, bagaimana caranya!". Kata Mawar dengan nada meninggi, Mawar kesal dengan sikap Rio yang menurutnya sangat tidak menginginkan pernikahan ini.
"Sayang, Please tolong ngertiin mas. Kamu kira uang segitu dan mahar berupa 24 gram mas murni itu jumlah yang sedikit? Mas mau cari dimana uang sebanyak itu".
"Loh kok, kamu jadi nyalahin aku sih mas? Aku itu udah berkorban banyak loh demi kamu, demi hubungan kita. Bahkan aku rela kamu tiduri hingga hamil seperti ini, apa kamu kira ada perempuan yang mau hamil di luar nikah ha? Gk ada mas, bahkan kamu setelah lama menikah juga belum mempunyai anak kan?. Tapi aku bisa memberimu anak mas, dan anak ini darah dagingmu sendiri. Apa kamu tega mas?". Cecar Mawar dengan bertubi tubi
" Aku gk nyangka mas ternyata kayak gini, aku kira mas adalah lelaki yang bertanggung jawab dan pasti akan menyanggupi permintaan kedua orang tuaku". Ujar Mawar lagi dengan nada kecewa
"Bukan begitu maksud mas, Mas bisa menyanggupi permintaan ke dua orang tuamu. Tapi enggak seratus juta, mas uang dari mana sebanyak itu. Jumlah segitu tisak sedikit". Ujar Rio
"Uang seratus juta itu ya sedikitlah mas, dengan uang segitu mas sudah bisa menikahi aku dan mas langsung mempunyai anak dariku. Lalu mas juga akan di kenal menantu dari bapak kepala desa, karena mas relah menikahi anak semata wayang dari kepala desa. Banyak laki laki yang ingin melamarku mas tapi aku memilihmu, bahkan jika kamu menikah dengan ku semua fasilitas yang aku gunakan, kamu juga akan gunakan nanti. Lalu sekarang kamu malah mengeluh". Ucap Mawar dengan kesal
Rio yang mendengarkan ucapan Mawar langsung berfikir matanya nampak berbinar binar, ia juga memikirkan pasti setelah menikah dengan Mawar, dia akan hidup enak. Apalagi Mawar adalah anak satu satunya Pak Ahmad. Seorang kepala desa yang terkenal juga dengan usaha kebun dan beberapa sawah miliknya, Rio jadi membayangkan hidupnya akan lebih tenang dan tidak usah capek capek bekerja. Tinggal ongkang ongkang kaki saja pasti dia bisa mendapatkan uang, Apalagi Rumah Bapak Ahmad sangatlah besar di bandingkan dengan rumah rumah lain di desa. Ah Rio jadi tidak sabar ingin cepat cepat merasakan semuanya.
Ibu dan Mbak Manda pasti juga sangat senang jika aku bisa mendapatkan itu semua, sebaiknya aku ceritakan dulu ini semua kepada mereka. Baru aku mengambil keputusan selanjutnya
usulnya