Demon King System

Gral muncul di ruang kerja yang dipenuhi oleh pajangan buku-buku tentang Sihir, administrasi negara dan beberapa pajangan barang antik yang berasal dari Labirin.

“Kenapa tuan tidak memberitahu kalau Anda akan datang kemari?” Pria berusia empat puluhan tahun terkejut melihat kemunculan salah satu Komandan Iblis tersebut. “Kuil Cahaya saat ini sedang menaruh Kesatria Sihir di Kota ini dan aku takut kalau ada Inkuisitor diantara mereka yang langsung menyadari Mana Iblis tuan Gral!” keluhnya tidak senang dengan kehadiran Gral.

“Baguslah Kuil Cahaya telah muncul di sini, katakan pada mereka kalau mantan Raja Iblis Zagralaas dan Penyihir Kegelapan telah menyelinap ke dalam kota!” sahut Gral dengan santai duduk di sofa yang terletak dekat meja kerja Pria itu.

“Hah? Raja Iblis itu ada di sini! Bagaimana dengan rencana itu? Apakah kita akan menundanya?” Pria itu penasaran dan juga senang karena akan dianggap berkontribusi besar terhadap Kuil Cahaya karena melaporkan keberadaan sosok yang paling dicari oleh Kuil Cahaya tersebut.

“Kita tetap akan melanjutkannya!” sahut Gral tersenyum, “pengorbanannya diganti dengan darah Penyihir P.e.r.a.w.a.n dan kebetulan sekali aku pernah melihat gadis Penyihir di Kastil ini. Dia gadis berambut perak dengan mata biru.”

Ekspresi wajah Pria itu mengkerut masam dan langsung terduduk lesu, gelas digenggaman tangannya hancur berkeping-keping.

“Ga-gadis itu Putriku tuan Gral!” Pria itu menolak permintaan Gral.

“Aku tidak peduli siapa gadis itu karena dia memiliki Mana yang sangat murni dan hanya darahnya yang cocok dijadikan sebagai pengorbanan untuk mensummon (membangkitkan mayat hidup) itu. Kita sudah melakukan persiapan hingga sejauh ini, jangan bilang kamu akan mengkhianati kebaikan Yang Mulia Raja Iblis Eblirt dan akan melawan kami?“ Gral tidak senang dengan jawaban dari Pria itu.

“Tidak! Bukan itu maksudku tuan Gral, apakah tidak bisa menggunakan Penyihir lain? Kebetulan banyak Kesatria Sihir Kuil Cahaya di Kota ini dan aku akan menyuruh bawahanku menangkap mereka!” sahut Pria itu berusaha menenangkan situasi agar Gral tidak marah.

Gral menggelengkan kepala sebagai tanda hanya gadis itu saja yang cocok dijadikan pengorbanan. Dia kemudian berdiri dan lingkaran sihir muncul dibawah kakinya.

“Tengah malam nanti aku akan menunggumu di tempat ritual dan jangan lupa bawa gadis itu!” seru Gral menatap sinis Pria itu.

Pintu ruangan itu terbuka dan gadis berusia 17 tahun berambut Perak dengan mata biru masuk sembari tersenyum hangat. Namun, Pria itu malah sedih menatap gadis itu karena ia harus menyerahkannya pada Gral untuk dijadikan pengorbanan dalam ritual nanti malam.

“Apakah Ayah berbicara dengan seseorang? Dan kenapa Ayah terlihat sedih?” tanya gadis itu sembari mendekati Pria itu dan menepuk-nepuk pundak Pria itu. “Ayah jangan bekerja terlalu keras, serahkan saja sebagian pekerjaan Ayah padaku atau Kakak!” katanya lagi.

Pria itu menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke arah jendela, tatapannya tampak kosong dan terdengar berkali-kali helaan napas panjang seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit.

“Ayah?” Gadis itu khawatir dengan sikap ayahnya itu.

Pria itu mengangkat tangannya dan seorang Pria tiba-tiba muncul di belakangnya dengan posisi bertekuk lutut dan menundukkan kepalanya.

“Katakan pada Kuil Cahaya kalau mantan Raja Iblis Zagralaas dan Penyihir Kegelapan telah menyusup ke dalam Kota. Katakan juga pada Coen Graham untuk memimpin Kesatria Sihir Keluarga Graham mencari keberadaan mantan Raja Iblis itu!” seru Pria itu.

“Baik tuan Daendels!” sahut bawahannya langsung menghilang dalam sekejap.

“Kau berdandan lah yang rapi dan nanti malam ikut aku bertemu dengan tokoh penting. Jangan berbicara omong kosong nanti dan turuti saja apa yang kukatakan!” seru Daendels Graham dengan nada bergetar. “Pergilah Juliana... aku sedang sibuk!”

Juliana terkejut mendengar ucapan ayahnya, dia membungkuk sedikit wajahnya dan segera keluar dari ruangan itu sembari bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya, karena sikapnya itu tidak seperti biasanya.

Daendels Graham menyeka air matanya dan tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. “Sayang... jangan khawatir, Yang Mulia Raja Iblis Eblirt pasti akan memberikan hadiah besar padamu nanti!”

“Hmm... seandainya aku mengirimnya lebih cepat ke Akademi Sihir Kerajaan!” sahut Daendels Graham menyesal tidak menuruti seruan istrinya dulu.

Saat Juliana pertama kali bisa menggunakan Sihir, istrinya yang merupakan keturunan campuran Iblis dan Elf itu langsung khawatir Iblis akan menculik Putrinya karena memiliki mana yang sangat murni.

Seperti halnya para Elf yang memiliki mana yang sangat murni, mereka sering diculik oleh Iblis dan Penyihir Hitam karena darah mereka paling cocok digunakan untuk ritual mensummon mayat hidup yang digunakan sebagai senjata.

...***...

Juliana diam-diam mengikuti rombongan kakak laki-lakinya yang memimpin Kesatria Sihir keluarga Graham yang akan mencari keberadaan mantan Raja Iblis dan Penyihir Kegelapan.

Dia sangat penasaran seperti apa sosok Iblis itu, begitu juga dengan Penyihir Kegelapan yang berasal dari kalangan Ras Manusia.

Dia langsung membayangkan kalau mantan Raja Iblis itu adalah sosok bertanduk seperti kerbau dengan kulit merah, sedangkan Penyihir Kegelapan adalah wanita tua yang berjalan membungkuk ditopang oleh tongkat sihir.

Beberapa kali Coen Graham menoleh ke belakang karena merasa ada yang mengawasi mereka. Namun, Juliana segera bersembunyi ketika kakaknya itu menoleh ke arahnya.

“Ah, mereka berjalan terlalu cepat!” gerutu Juliana hendak berlari mengejar rombongan Coen Graham, akan tetapi ia malah menabrak seseorang.

“Hei, berhati-hati lah saat berlari gadis cantik! Alamak... cantik sekali gadis isekai yang satu ini!”

Juliana keheranan dengan nada bicara Pria asing itu. Logat bicaranya itu sangat aneh dan dia berpikir dia mungkin berasal dari wilayah yang jauh dari Kota Senderos.

“Anuuuu... maafkan aku, tuan!” Juliana segera menundukkan kepalanya.

“Tidak apa-apa nona... ah, sakit sekali!”

Juliana langsung mendongak dan kepalanya membentur dagu Pria itu yang juga secara tidak sengaja menggigit lidahnya.

“Tuan Zagralaas!”

Dua wanita yang berjalan bersama Pria muda itu langsung berseru secara bersama-sama, keduanya terlihat sangat peduli dengannya.

“Aku baik-baik saja!” sahut Pitung sembari meludah yang bercampur darah ke arah selokan dekat mereka.

“Ah, Kakak Coen tidak terlihat lagi!” Juliana langsung berlari meninggalkan Pitung. “Maaf tuan Zagralaas... kalau kita bertemu lagi maka aku akan mentraktir kalian jajanan terenak Kota Senderos!” teriaknya.

“He-he-he... gadis cantik yang lucu!” Pitung tersenyum lebar, tetapi ia merasa aura disekitarnya sangat mencekam dan saat ia menoleh ke sisi kiri dan kanan, ia terkejut tatapan Netla Durand dan Larissa Blackwood sangat menyeramkan.

Juliana terus berlari dan tiba-tiba ia berhenti berlari saat teringat dengan nama yang disebutkan oleh Pria muda itu. Dia teringat dengan ucapan ayahnya tentang mantan Raja Iblis yang menyusup ke dalam Kota Senderos. "Mungkinkah mereka?” gumamnya berspekulasi.