NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:480.8k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan sentuh calon Istriku

Lagi, pagi ini aku terpaksa harus melangkahkan kaki ke kantor pengadilan agama. Berat rasanya kaki ini untuk melangkah, karena rasanya aku masih tidak rela kehilangan Hanifa. Kenapa harus berpisah? Kenapa! Dua istri lebih baik bukan.

Satu minggu yang lalu Hanifa memutuskan untuk pindah, sepertinya ia sengaja membuat jarak, agar aku tak lagi menemui nya.

Aku bermalas-malasan bangun dari tempat tidur, selimut tebal semakin aku rapatkan ke tubuhku, tapi Arumi terus saja menggoncang tubuhku dengan di sertai omelannya.

''Buruan bangun, Mas.''

''Aku sudah tidak sabar lagi ingin mendengar kamu mengucapkan kata talak untuk si Hanifa jelek itu.''

''Setelah itu kita akan menikah secara resmi dan mengadakan pesta besar-besaran yang begitu meriah. Aku akan mengundang teman-temanku, rekan bisnis dan orang penting lainnya.''

''Aku sungguh tak sabar lagi.''

''Ayo buruan bangun.''

''Kamu jangan membuat aku kesel.''

''Mas! Cepetan bangun!''

''Aku aja udah selesai mandi dari tadi!''

''Mas, bangun!''

Begitulah kira-kira kalimat yang Arumi lontarkan dengan menggoyang tubuhku cukup kuat dan berulang, bahkan ia juga menepuk bokong ku beberapa kali dengan telapak tangannya, membuat rasa panas dan perih menjelajari bagian pantatku. Aku begitu risih dengan ulah Arumi. Dulu, Hanifa tidak pernah memperlakukan aku seperti itu. Kenapa baru sekarang aku merasakan kehilangan sosok Hanifa yang lemah lembut dan sangat menghargai aku. Setelah itu aku bangun, dan berlalu ke kamar mandi dengan langkah kaki gontai.

Aku masih betah berlama-lama berada di dalam kamar mandi, mengguyur seluruh anggota tubuhku dengan air, dengan berada di bawah shower membuat mood ku yang tadinya jelek sedikit terobati. Perasaan gelisah dari kemarin terus saja membersamai ku.

Hanifa sama sekali tidak membalas pesan yang aku kirim kemarin kepada nya, bahkan, lebih parahnya, ia memblokir nomer ponselku. Apa ia tidak takut dosa, karena telah mengabaikan pria yang jelas-jelas masih berstatus sebagai suami nya. Aku belum menalaknya sama sekali.

Padahal aku hanya rindu, dan aku ingin meminta jatahku yang sudah lama tidak aku dapat dari dirinya. Aku sudah capek-capek mengambil nomernya secara diam-diam dari ponsel Ayah. Tega-teganya ia memblokir nomerku, tanpa tahu betapa besarnya pengorbanan ku untuk mendapatkan nomer itu. Sok jual mahal sekali dia, padahal aku tahu, ia masih sangat mencintai aku. Ia berani menggugat cerai aku pasti atas desakan si Abdillah. Abdillah juga, sok-sokan ikut campur urusan rumah tangga orang. Dasar bujang lapuk tidak laku-laku. Aku saja yang sepantaran dengannya sudah mempunyai istri dua. Sedangkan ia, ah ... Sungguh menyedihkan sekali nasibnya.

Aku keluar dari kamar mandi, dengan handuk putih melilit pinggang ku. Aku melihat Arumi tengah berdiri di depan cermin meja rias, ia sudah terlihat rapi dengan dress ketat bewarna merah menyala. Sekarang ia sibuk memoles wajahnya dengan makeup. Arumi begitu antusias mengajak aku kepengadilan, sepertinya ia sudah tidak sabar lagi ingin memiliki aku seutuhnya.

''Aku harus terlihat cantik paripurna di pengadilan nanti, mengalahkan si jelek Hanifa itu.'' gumam Arumi pelan yang masih bisa aku dengar, aku masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

''Perasaan kamu mandinya lama amat, Mas. Buruan pakai pakaian mu.'' Serunya lagi berbicara kepada ku, saat aku telah sampai di dekat kasur. Aku menjatuhkan bokongku di pinggir kasur.

''Iya, Sayang.'' jawabku singkat.

''Mas, coba kamu ucapkan kata talak untuk Hanifa sekarang. Aku ingin aku yang menjadi orang pertama yang mendengarkannya.'' Arumi menoleh kearah ku.

''Apaan sih! Kayak nggak ada kerjaan lain aja.'' bantahku, lalu mengambil baju di dalam lemari.

''Ih ... Ayo buruan, Mas. Hitung-hitung kamu buat aku senang pagi ini.'' Arumi menghentak kakinya kecil.

''Nggak usah, nanti saja! Norak banget sih.'' tolakku tegas dengan suara sedikit keras, Arumi ada-ada saja maunya. Aku mendengar Arumi berdecih setelah aku mengatakan itu.

***

Aku mengemudi mobil dengan kecepatan sedang, sekarang kami lagi dalam perjalanan menuju Pengadilan agama. Arumi bergelayut manja di lenganku, sesekali ia merebahkan kepalanya di atas bahuku, aku diam saja melihat tingkah nya, karena kalau aku tegur, takutnya dia akan ngambek, dan mencabut semua fasilitas yang telah ia beri. Padahal di kursi belakang ada Ayah dan Ibu. Arumi sama sekali tidak merasa sungkan menunjukkan kedekatan dan keromantisan kami kepada kedua orang tuaku. Mungkin kehidupan sebagian masyarakat kota memang seperti ini adanya. Aku memaklumi sikap Arumi yang terlalu lengket dengan ku. Hellen tidak ikut serta, karena ia menemani Caca kesekolah. Hubungan Caca dan adikku itu sudah cukup dekat, mereka gampang sekali akrab, padahal mereka baru satu minggu lebih saling berkenalan.

Tidak lama setelah itu, kami tiba di tempat tujuan. Begitu mobil berhenti, Arumi keluar dari dalam mobil duluan, di ikuti aku dan kedua orangtuaku. Di parkiran, aku melihat ada dua buah mobil mewah sudah terparkir rapi, mobil yang aku tahu memiliki nilai beli yang fantastis. Waktu itu Hanifa dan Andillah yang menaiki mobil ini, aku tidak habis pikir, dari mana Abdillah dapat uang untuk membeli mobil semewah ini, sebenarnya apa pekerjaan dia dan hubungan dia sama pria yang ikut mendampingi Hanifa waktu itu? Pertanyaan itu masih terus berkecamuk di dalam benakku. Karena setahu aku dulu, Abdillah hanya bekerja sebagai serabutan saja di Malaysia.

Ternyata Hanifa dan rombongannya sudah sampai duluan. Mendadak dada ku berdebar tak karuan, aku merasa sedikit grogi. Hari ini akan berakhir semua cerita yang telah aku dan Hanifa rangkai selama enam tahun lamanya. Ada perasaan tak rela, tetapi tanpa Arumi, aku bisa apa. Semua kemewahan yang aku nikmati sekarang adalah pemberian Arumi. Dan sekarang orang tuaku dan adikku pun dapat menikmati kemewahan yang sama dengan ku, ini semua berkat Arumi.

''Ayo buruan, Mas.'' Arumi menarik tanganku karena aku yang masih diam terpaku di samping mobil.

''Iya, ayo cepetan Setya.'' timpal Ibuku. Sedangkan Ayah, aku lihat, wajah tua nya nampak murung dan tak bersemangat dari beberapa hari ini.

Setibanya kami di dalam ruang sidang, ternyata Hakim belum datang. Hanya ada Hanifa dan rombongannya saja. Aku melihat Hanifa telah duduk di tempat yang telah di siapkan. Lagi, pria yang waktu itu dan Abdillah telah duduk tepat di belakangnya. Hanifa memalingkan wajahnya saat aku datang, ia pura-pura sibuk dengan ponsel yang berada di tangannya. Aku melihat, hari ini, Hanifa semakin cantik saja dengan gamis dan jilbab lebarnya, ia sungguh anggun, kecantikan wajahnya membuat aku tak bisa berpaling untuk terus menatap kearahnya. Tetapi ia malah semakin menyembunyikan wajahnya dengan terus menunduk. Perasaan nelangsa itu datang lagi, padahal tadi sebelum berangkat aku sudah meyakinkan diriku, kalau aku bakalan tetap bahagia hidup bersama Arumi setelah ini, tanpa kehadiran Hanifa. Tapi sekarang, tiba-tiba aku merasa gundah lagi. Arumi berjalan duluan di depanku, dengan pinggul nya yang berlenggak-lenggok bak seorang model, ia seperti sedang mencari perhatian Abdillah dan temannya Abdillah. Aku merasa malu melihat tingkah Arumi.

Setelah itu aku duduk di kursi yang tidak jauh dari Hanifa. Beberapa menit keheningan mendominasi ruang sidang. Hingga akhirnya Arumi bersuara.

''Heh Hanifa, bersiaplah, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang janda. Hahahaha .... Rasain kamu, emang enak! Aku lah pemenang nya.'' ucap Arumi di sertai tawa berderai, Ibu pun ikut tertawa. Sedangkan aku hanya tersenyum sumbang. Hanifa tak merespon ucapan Arumi, Begitupun rombongan nya.

''Iya, kasihan sekali! Hahaha ...'' timpal Ibuku.

''Aku sangat bersyukur untuk hari ini, bahkan saat ini juga aku ingin mendengar kata talak itu keluar langsung dari mulut suami mu Arumi, Ayo ucapkan saat ini juga kata talak untukku Setya! Tidak perlu menunggu Hakim! Ambil saja untuk mu Arumi, laki-laki miskin dan pengkhianatan seperti Setya. Aku tak butuh sama sekali. Tanpa dia aku masih bisa menjalani hidup dengan baik dan tersenyum bahagia dengan orang-orang sekitar ku.'' Hanifa tiba-tiba bersuara dengan begitu lancar. Emosiku sedikit terpancing setelah mendengar ucapannya.

''Hanifa!'' Bentakku. Aku berdiri, saat ini tubuh ku sudah menghadap kearah Hanifa.

''Apa? Kamu mau apa hah? Mau marah, mau menalakku? Ayo ucapkanlah.'' tantang Hanifa ia juga berdiri dengan tubuh menghadap ku, ia tersenyum sinis, matanya sedikit melotot, wajahnya sama sekali tidak terlihat takut denganku. Mana Hanifa yang cengeng dulu, yang bila kalau aku bentak suka menangis diam-diam. Sedangkan Abdillah dan pria yang ketampanannya masih kalah jauh di bawahku juga sudah berdiri di belakang Hanifa. Mereka seperti siap membantu Hanifa kapan saja. Aku benar-benar tidak suka itu. Sedangkan seorang wanita yang berjilbab pasmina masih duduk dengan tenang di tempat nya semula.

Kedua tangan ku yang tadinya mengepal erat tiba-tiba melemah begitu saja, aku bergidik mendengar ucapan lantang Hanifa. Ingin sekali rasanya aku rangkul tubuh Hanifa yang berdiri di depanku. Rasa marah yang tadi aku tunjukkan dengan seketika menguap, berganti menjadi rasa rindu yang tak dapat aku tahan lagi, setelah aku dapat menatap wajah cantik Hanifa dengan jarak cukup dekat, aku bagai terhipnotis. Dengan begitu saja, aku maju selangkah lalu.

''Dubh.'' tubuh Hanifa sudah berada di dalam dekapan ku. Aku memeluknya erat, menghirup aroma tubuhnya yang begitu menenangkan, yang amat aku rindu, aku tak peduli dengan respon orang-orang sekitar, yang terpenting sedikit rinduku terobati. Hanifa memberontak kuat. Arumi dan Ibuku berteriak nyaring.

''Mas, apa yang kau lakukan!''

''Setya, jangan bodoh!'' ucap mereka.

Setelah itu, tiba-tiba aku merasa tubuhku di tarik begitu kuat, seketika tubuhku dan Hanifa terpisahkan lagi.

''Dasar pria brengsek!''

''Jangan sentuh calon istriku!'' sebuah tinjuan mendarat di pipiku.

Bersambung.

Next nanti malam lagi, ya, kalau sempat.

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!