Gairah Cinta Sang Pembalap

Keanu mulai terlelap saat matahari mulai menunjukkan diri. Tak berselang lama dari itu, Jihan membuka mata. Pandangan pertama yang ia lihat pagi ini adalah wajah tampan Keanu, pria yang menjadi pusat perhatiannya sejak remaja dulu. Pria yang selalu memperlakukan dirinya begitu istimewa.

Jihan tersenyum. Jari lembutnya terangkat untuk mengelus wajah yang sedang tertidur pulas itu. Jihan merasakan ketika tadi malam, jari besar Keanu mengusap wajahnya. Sekarang pria itu tak lagi mampu terjaga. Mata Keanu tertutup sempurna.

“Maafkan aku, Kean. Maaf aku belum bisa jujur padamu. Masih banyak urusan yang harus aku kerjakan. Jika kita berjodoh, pasti Tuhan akan mempertemukan kita lagi,” gumam Jihan sambil tersenyum dan mengusap pipi itu.

Keanu tak bergerak. Ia benar-benar pulas.

Kemudian, Jihan kembali bergumam, “terima kasih sudah menolongku semalam. Jika tidak ada kamu, mungkin pagi ini aku hanya tinggal nama. Kamu memang selalu menjadi dewa penolongku, Kean. Bersama siapa pun kita nanti, kamu tetap selalu ada di sini.”

Jihan menunjukkan jarinya ke dada, mengisyaratkan bahwa hatinya hanya milik pria ini.

Lalu, Jihan menarik nafasnya kasar. Ia kembali menatap lekat wajah tampan itu dan mencoba melepaskan kungkungan kedua tangan Keanu dari tubuhnya. Perlahan Jihan memposisikan tidur Keanu dengan benar. Membenarkan kaki dan tangan Keanu dan menyelimuti tubuh tinggi tegap itu.

Kini sudah waktunya Jihan pergi. Ia tidak tahu kapan semesta akan menggiring mereka untuk kembali bertemu.

Keanu masih pulas. ia tak sadar bahwa sang pujaan hati akan kembali pergi.

Jihan bersiap memakai kembali pakaiannya dan meletakkan lingeri itu di sofa. Lalu, ia kembali menatap Keanu sembari mengaitkan tas di bahunya. “Bye, Kean.”

Jihan melangkah menuju pintu. Ia sempat melihat saat Keanu merubah nomor passcode pintu itu semalam. Keanu senvaja mengganti passcode itu menjadi tanggal hari jadi ia dan Jihan bukan ia dan Chintya. Dan hak itu membuat Jihan tersenyum ketika jarinya menekan angka itu.

Keanu memang manis. Walau sikapnya sering mesum dan menyebalkan, tapi dia adalah pria termanis yang pernah Jihan temui.

Tepat tiga jam setelah Jihan pergi, Chintya pun datang. Model cantik itu mencoba menekan passcode pada gagang pintu apartemen Keanu. Ia menekannya berulang. Namun, pintu itu tak kunjung terbuka. Padahal biasanya pintu itu langsung terbuka,m setelah ia menekan tanggal kelahirannya.

“S*al. Mengapa pintu ini tak mau terbuka,” gumam Chintya.

Kemudian, wanita itu mencoba menghubungi Keanu, tapi ponsel pria itu tidak aktif. Keanu memang menonaktifkan ponselnya semalam dan kini ia belum mengaktifkan kembali karena ia belum terjaga.

Chintya kesal. Ia mondar mandir di luar apartemen dan mengira Keanu tidak berada di apartemennya. Pikiran Chintya sudah melanglang buana, mengira saat ini Keanu sedang tidur dengan Rachel di apartemen wanita mekanik itu.

****

“Huh. Akhirnya kau pulang juga. Bagaimana semalam? Jadi … ekhem ekhem …” ledek Fiona sembari melipat kedua tangannya di dada dan bersandar pada pintu setelah membukakan pintu untuk Jihan.

“Apa sih? Kami ga ngapa-ngapain tau.”

Fiona tertawa dan menutup pintu itu. “Ngapa-ngapain juga ga apa-apa, kalian udah dewasa.”

“Aku tetap menganut budaya timur,” sahut Jihan sambil melangkahkan kaki menuju kamar. Ia hendak mengganti pakaiannya.

Fiona yang ingin tahu kegiatan Jihan dan Keanu semalaman itu pun mengikuti langkah Jihan.

“Baiklah. Aku percaya padamu. Tapi tidak dengan pria itu. Apalagi pria itu sangat mesum. Aku bisa melihat tatapannya saat menatapmu, Ji. Dia seolah ingin memakanmu.” Fiona tertawa membayangkan wajah Keanu saat menatap dan merayu Jihan.

Jihan ikut tertawa sembari mengganti pakaian. Ya, Keanu memang seperti itu. terkadang Jihan pun kesal dengan tatapan itu. “Ya, padahal aku tidak punya susuk. Tapi dia selalu menempel. Aku juga heran.”

Fiona kembali tertawa. “Ya, itulah cinta.”

Mata Fiona membulat saat melihat Jihan membuka baju dan hendak memakai kaos oblongnya. Ia melihat tanda keunguan di dada dan leher Jihan.

“Oh, astaga. Apa itu?” tanyanya.

“Apa?” Jihan balik bertanya.

Lalu, Fiona mendekat dan menyentuh warna yang ada di tubuh temannya itu. sontak, Jihan ikut menatap arah telunjuk Fiona.

“Oh, ya ampun. Ternyata dia benar-benar melakukannya,” gumam Jihan kesal.

“Jadi kalian semalam benar-benar melakukannya?” tanya Fiona.

“Tidak … Tidak … maksudku …” Jihan sulit mengelak dan memberi penjelasan pada Fiona yang sedang tersenyum menatapnya. “Ck .. Ah. Dia memang tidak bisa dipercaya. Keanu jeleeek.”

Jihan berteriak memaki Keanu membuat Fiona tertawa dan menggelengkan kepala. Pasalnya Keanu tidak ada di sini, tapi bekasnya ada di sini, di tubuh Jihan. Keanu melakukan hal itu di saat Jihan terlelap. Pria itu tidak menepati janjinya. Dalam keadaan Jihan tak sadar, ternyata Keanu memberi tanda di sisi atas kedua dadanya, leher, serta punggung Jihan.

Teriakan Jihan seolah memekikkan telinga Keanu. Pria itu terbangun dan mencari keberadaan wanita yang semalam ia dekap erat. Keanu sadar, Jihan telah pergi. Merpati itu kembali mengepakkan sayapnya ke angkasa.

Keanu bangkit dan menyandarkan tubuhnya di dinding ranjang. Ia merutuki tidurnya yang terlalu pulas hingga kecolongan dan tidak terjaga saat Jihan pergi. Bahkan wanita itu sudah membuka tirai dan ia masih belum terjaga.

Keanu tersenyum menatap langit. “Kau merpati yang sulit aku tangkap, Ji. Lihat saja, ketika kita bertemu lagi, maka aku tidak akan melepasmu.”