Sejak malam pernikahan, Clara Wu telah diracun oleh pamannya—racun yang membuatnya hanya bisa bertahan hidup lewat penawar yang diberikan setiap minggu.
Namun setiap kali penawar itu datang, bersamanya hadir obat perangsang yang memaksa tubuhnya menjerit tanpa kendali.
Tak sanggup menanggung hasrat yang dipaksakan padanya, Clara memilih menyakiti diri sendiri, melukai tangannya agar tetap sadar.
Tiga tahun ia bertahan dalam pernikahan tanpa cinta, hingga akhirnya diceraikan dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika Adrian Zhou kembali dari luar negeri dan menemukan kebenaran tentang siksaan yang dialami istrinya, hatinya hancur oleh penyesalan.
Apakah Adrian akan mampu mencintai istri yang selama ini ia abaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Perusahaan keluarga Wu, yang selama ini dikelola oleh James Wu bersama dua putranya, kini berada dalam kekacauan. Ruang rapat dipenuhi ketegangan setelah terungkapnya kerugian fantastis akibat ulah Jordy dan Jordan.
Lima pemegang saham beserta manajemen berbicara dengan nada kesal.
"Setelah menimbulkan kerugian sebesar ini, tidak satu pun dari mereka muncul. Ke mana mereka semua pergi?" ucap salah satu pemegang saham.
"Selama ini aku pikir dua bersaudara itu bisa diandalkan. Ternyata hanya topeng belaka. James pandai menyembunyikan semua ini dari kita karena takut posisinya terancam," sambung yang lain.
"Lalu bagaimana dengan perusahaan ini? Kursi direktur sudah kosong hampir seminggu. Mereka tak bisa dihubungi sama sekali," ujar pemegang saham lainnya.
"Tidak ada yang bilang kursi itu kosong," terdengar suara tegas dari arah pintu.
Semua mata menoleh. Clara melangkah masuk dengan tenang, ditemani seorang asisten wanita.
"Nona, siapa Anda?" tanya salah satu pemegang saham.
"Perkenalkan, nama saya Clara Wu. Saya adalah putri kandung Daniel Wu dan Joyce Lee. Saya rasa paman-paman semua pasti mengenal mereka," jawab Clara tegas.
"Daniel dan Joyce? Jadi kau putri kecil mereka yang tak pernah terdengar kabarnya? Bagaimana bisa kau muncul sekarang?" tanya Ekin, salah satu pemegang saham senior.
"Paman Ekin, apakah Paman James tidak pernah memberi tahu kalian bahwa selama ini saya ditahan olehnya?" Clara menatap mereka satu per satu. "Saya tidak hilang. Saya hanya tidak diizinkan keluar dengan bebas. Kematian kedua orang tua saya memberikan kesempatan bagi Paman James dan keluarganya untuk merebut perusahaan serta aset milik orang tua saya. Dan kini, mereka dipaksa mundur setelah kerugian ini tak mampu lagi mereka tanggung."
"Apa? Jadi dia mengurungmu selama ini? Pantas saja kabar tentangmu hilang. James dan keluarganya bahkan tidak pernah menyebut namamu!" Samuel berseru terkejut.
Clara menarik napas dan melangkah maju.
"Paman yang saya hormati, maafkan kemunculan saya yang mendadak. Saya sudah mengetahui seluruh kondisi perusahaan ini dan kerugian yang ditimbulkan. Kedua kakak sepupu saya menyembunyikannya demi mempertahankan posisi mereka. Karena itu saya berdiri di sini… untuk meminta dukungan paman semua."
Tatapannya teguh.
"Saya ingin menggantikan Papa untuk mengelola perusahaan ini."
"Saya ingin perusahaan ini bangkit. Karena itu, saya membutuhkan dukungan Anda semua," ucap Clara sambil membungkuk hormat.
Samuel, salah satu pemegang saham, menghela napas panjang. "Clara, selama ini kau tidak pernah terlibat dalam urusan perusahaan. Bagaimana mungkin kau bisa memahami bisnis sebesar ini?"
"Benar sekali! Menjadi direktur utama bukan perkara mudah. Walau kau putri Daniel, tanpa pengalaman… apa kau tidak takut justru membuat keadaan memburuk?" tambah Ekin.
Clara menatap mereka satu per satu. "Justru karena itu saya membutuhkan dukungan paman semua. Situasi perusahaan saat ini sangat buruk. Bank mana pun tak akan memberi pinjaman jika kita tidak menunjukkan usaha untuk bangkit. Saya siap turun langsung dan akan mendatangkan proyek untuk memulai kembali."
"Kau masih muda, Clara. Tidak berpengalaman. Apakah kau benar-benar yakin?" tanya Jay ragu.
"Aku percaya padanya."
Suara berat itu membuat seluruh ruangan terdiam. Semua kepala menoleh bersamaan.
"Tuan… Zhou?" Nicholas, yang duduk di samping Ekin, tampak terkejut.
Andrian melangkah masuk dengan wibawa kuat, menghampiri Clara. "Aku membawa satu proyek besar," katanya tenang. Lalu ia menatap kelima pemegang saham itu. "Dan persyaratanku hanya satu ... Clara yang akan menjalankannya."
"Clara?" Ekin mengernyit. "Tuan Zhou, bukannya kami tidak percaya padanya. Hanya saja, dia benar-benar tidak punya pengalaman."
Andrian memasukkan tangannya ke saku celana. "James adalah direktur utama, bukan? Dua putranya juga dikatakan berpengalaman. Tapi apa hasilnya? Semua proyek yang mereka tangani gagal. Sekarang perusahaan hampir runtuh."
Ia menatap tajam.
"Satu hal lagi. Mungkin kalian sudah lupa, Clara pernah membantu mendapatkan proyek besar untuk James. Hanya saja James menyembunyikan identitasnya. Dia takut jika kalian tahu, kalian akan mendukung Clara menjadi direktur. Jadi dia memakai nama putranya sendiri sebagai perwakilan. Dua putranya itu… bahkan tidak melakukan apa pun."
Kelima pemegang saham saling berpandangan, wajah mereka berubah.
"Selama ini… apakah kita sudah dibohongi?" Samuel berbisik, suaranya berat.
"Kalian memang dibohongi sejak kematian kedua orang tua Clara," tegas Andrian. "Dan satu hal lagi ... aku juga pemegang saham di sini. Jika proyek besar yang kubawa tidak diberikan kepada Clara, maka aku akan mengundurkan diri dan menarik seluruh danaku."
Suasana ruangan langsung gempar. Bisik-bisik panik terdengar dari segala arah.
"Jika aku keluar," lanjut Andrian dingin, "apakah perusahaan ini masih bisa bertahan?"
“Kedatangan Andrian… ternyata untuk membantuku diterima. Dia benar-benar membelaku.” batin Clara.