Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Rahasia
Keesokan harinya, Laras kembali menjalani aktivitas-nya seperti biasa. Sampai detik ini, ia belum bisa melupakan sosok Riko yang terus berada di dalam pikirannya. Terlihat juga Laras beberapa kali terlihat melamun ketika sedang memasukan nasi, dengan sendok ke mulut Dina.
Beberapa kali sudah Dina membuka mulutnya yang tidak kunjung Laras perhatikan. Hingga Dina yang sedang bermain ponsel, menoleh dan berkata.
"Ibu, Aaa~ ..."
"Mulut Dina, sudah sedari tadi seperti ini ..." ujar Dina yang masih membuka mulutnya. Lalu membuat, Laras sedikit tertawa dan meminta maaf.
"Ah, maafkan Ibu, sayang ... Ayok, buka lagi~ Aaa ..." kalimat Laras pun di ikuti oleh Dina yang membuka mulut. Ketika keluarga kecil ini sedang sarapan pagi. Drama mencurigakan pagi ini sempat membuat Andi melirik Laras. Walau tidak ia sadari.
Untuk menebus kesalahan Laras kemarin, ia merasa harus membalas atau setidaknya melakukan hal-hal yang tidak memberatkan Mas Andi. Karena dari kemarin, ia yang selalu mengurus dan menjaga Dina.
Laras ingin mengantar Dina ke sekolah hari ini. Namun, ia merasa malu ketika ingin menatap wajah Mas Andi. Setelah apa yang baru saja menimpa Laras pada mimpi semalamnya. Ia kini begitu merasa bersalah.
"Mas, hari ini biar aku yang mengantar Dins kesekolah, yaa? Tidak apa-apa?" tanya Laras, setelah akhirnya memberanikan diri untuk langsung menatap Andi yang duduk di seberangnya.
"Hemm ..." balas singkat Andi. Tanpa menoleh melihat kepada Laras yang bertanya. Seraya terus melanjutkan sarapan pagi dan kalimatnya. "Tidak apa-apa."
Deg!
Hati Laras seperti terbentur sesuatu yang tidak bisa ia katakan. Sikap Andi yang selalu begitu dingin kepadanya, memaksa Laras harus selalu setia menjadi istri dari keluarga ini. Demi Dina. Anak satu-satunya yang menjadi alasan Laras bertahan selama ini pada pernikahannya.
Ketika sudah mendapat jawaban dari Andi, Laras kembali melihat makanan dan mengurus Dina. Serta berusaha melupakan bayang-bayang Riko yang sesekali hadir di ingatan-nya.
Beberapa waktu kemudian. Ketika, Laras sudah berada di depan gerbang sekolah Dina. Laras terlihat tersenyum dan memegang kepala Dina seraya berkata.
"Ibu berangkat kerja dulu, yaa, sayaang? Kamu pinter-pinter sekolahnya ..." ucap Laras. Berjongkok dan memeluk Dina anak tersayangnya. Kini tatapan mereka bertemu.
"Iyaa Ibu ... Dina akan menjadi orang yang pinter agar bisa membuat Ibu seneng!" -Dina. Karena merasa gemas, Laras pun memeluk lagi dengan erat dan sesekali mencubit pipi Dina.
"Mmm ... Gemasnya anak Ibu!" -Laras
Kemudian, tak lama setelah itu datang seorang Guru yang ingin masuk ke kelas. Guru tersebut mengajak Dina untuk bareng.
"Dah! Ibu ... I love you~" teriak Dina, seraya melambaikan tangannya.
"Love you to~" balas Laras, yang juga melambaikan tangannya ketika melihat Dina yang sudah menjauh dari hadapannya.
Kini, Laras harus segera pergi ke kantor. Untuk melakukan, beberapa laporannya tentang pertemuan kemarin dengan klien yang belum sempat ia buat. Laras melihat jam kecil di lengan kirinya.
"Astaga ... Aku hampir telat!" kata Laras, segera berbalik menuju parkir mobil.
Keseharian Laras berjalan seperti biasanya. Tanpa ada masalah di dalam batinnya sejak terakhir kali pertemuan mereka dengan Riko. Laras kini juga terlihat lebih fokus memberikan kembali perhatiannya kepada Dina. Untuk, menebus rasa bersalahnya ketika meningat kejadian di hotel malam itu. Laras juga sebenarnya ingin memberikan perhatiannya kepada Andi. Namun mengenal sifat Andi, seperti ada dinding yang menghalangi Laras untuk memberikan perhatian itu.
Beberapa hari telah berlalu, sejak Laras lebih memilih untuk tidak berkomunikasi lagi dengan Riko. Laras ingin menghilang beberapa hari, agar di dalam kepala dan pikirannya, Laras bisa melupakan kejadian malam di hotel itu. Ketika dirinya benar-benar lemah. Walaupun, pesan dari Riko juga terus bermunculan setiap hari di ponsel Laras. Namun tidak ia baca.
Hari ini adalah hari Libur. Laras sedang berbelanja memenuhi kebutuhan dapur yang mulai berkurang dan hampir habis. Ketika Laras sedang memilih-milih sayuran dengan keranjang kuning di tangannya, lagi-lagi notif pesan dari Riko datang. Meski hal ini sudah sering terjadi, tapi kali ini sedikit berbeda. Riko terlihat mulai lebih sering mengirim pesan-pesan untuk Laras. Dan hal ini, membuat Laras sedikit kesal dan membacanya.
"Laraas! ..."
"La ..."
"Ping!!!"
"Laras?"
Itu adalah pesan beberapa hari yang lalu, dan yang sudah Laras baca. Kali ini, Riko hanya mengirimkan pesan singkatnya berupa kalimat pendek.
"Aku ingin bertemu."
Melihat pesan itu, membuat Laras termenung. Berpikir. Dan membuat lagi-lagi hati Laras tergoda. Laras sebenarnya sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk lebih ingin mengurangi interaksi dengan Riko. Tapi hari ini, hati Laras mulai goyah. Ketika Laras ingin membalas pesan itu dengan "Dimana?" Tiba-tiba saja Laras teringat oleh Dina.
Dan ia tidak jadi mengirim pesan itu. Laras menggantinya dengan balasan menolak. Saat ini, Laras ingin fokus membuat masakan untuk keluarganya. Di tambah, ini adalah hari libur. Hari yang cocok untuk membuat hubungan rumah tangga Laras sedikit membaik.
"Tidak bisa."
"Hari ini aku sibuk."
Setelah mendapat balasan pesan itu dari Laras, Riko tidak membalas pesannya lagi. Dan Laras juga terlihat kembali menutup Layar ponselnya. Kembali melanjutkan memilih-milih sayuran.
Malam hari ...
Tidak seperti yang Laras harap. Makan malam itu berlalu bergitu saja untuk keluarga kecil ini. Tanpa adanya obrolan yang terjadi diantara Laras dan Andi.
Laras berdiam diri ketika sedang mencuci piring-piring bekas mereka makan malam. Di dalam dapur yang dihiasi lampu temaran diatas kepada Laras. Dina sudah tidur. Begitupun Mas Andi. Sepertinya.
Laras bingung harus bagaimana lagi. Ia merasa selalu tidak ada celah untuk dirinya bisa berkomunikasi dengan baik dengan Andi.
Sampai tiba-tiba ... Sebuah pesan masuk lagi-lagi berbunyi di ponsel Laras. Tangan Laras yang masih banyak busa ia bersihkan dengan air agar bisa memegang ponsel yang berada di sakunya.
Sebuah pesan singkat dari Riko terpajang jelas di layar depan ponsel milik Laras.
"Aku benar-benar ingin bertemu Laras ... Penting!" Pesan dari Riko ini berhasil menarik perhatian Laras. Ketika ia diam beberapa saat, akhirnya Laras membalas pesan dari Riko.
"Dimana?" -Laras.
Laras segera menyelesaikan pekerjaan cuci piringnya. Ia melihat jam di tangannya yang menunjukan sekarang pukul 11 malam. Setelah urusan di dapur selesai, Laras ingin memastikan agar orang-orang dirumah ini sudah tidur. Dina dan juga termaksud Mas Andi.
Riko sudah mengirimkan sharelok tempat mereka akan bertemu malam ini. Setelah memastikan semuanya aman, Laras mengenakan setelan seadanya, tidak terlalu formal agar terlihat lebih santai.
Laras menggunakan jeans pendek dan kaos putih sebagai daleman, juga crewneck pendek berwarna moca. Laras kembali memastikan bahwa Dina dan Andi sudah tidur. Setelah semuanya aman, Laras baru bisa pergi meninggalkan rumah.
Ia tidak membawa mobil. Jika ia membawanya, itu hanya akan membuat Andi merasa curiga. Untuk sampai ketempat tujuannya sekarang, Laras memesan taxi online. Dan berharap, Riko tidak sedang mengerjainya.
Bersambung ...