Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tiga
"Aaaaaaaa...." Kavita berteriak kesakitan. Ia memukul kepala botak yang memiliki kulit bertekstur licin dan berwarna putih hingga kesekujur tubuhnya.
Sosok itu memiliki daun telinga yang berada diatas kepalanya dan berbentuk segitiga sama kaki.
Sosok itu memiliki jemari tangan dan kaki berjumlah empat buah dengan kukunya yang tajam. Dibawah hidungnya terdapat masing-masing dua buah kumis yang melintang panjang dan memiliki diameter sebesar jemari kelingking orang dewasa.
Gigi taringnya menancap dalam dilengan Kavita dan menembus jaketnya.
Melihat hal itu, Dita bergegas menghampirinya, lalu menarik kumis sosok misterius tersebut hingga membuat suara pekikan yang sangat nyaring dan terpaksa melepaskan gigitannya.
Dita menarik ekor makhluk aneh itu, lalu memutar-mutarnya diudara hingga membuat lawannya merasa pusing dan kliyengan.
Saat bersamaan para gerombolan makhluk itu datang menyerang mereka, dan Dita menghalaunya dengan cara menjadikan makhluk anek ditangannya sebagai senjata yang terus ia ayunkan untuk menghalau seragan yang datang.
Sedangkan Galuh sibuk dengan luka yang dialami oleh Kavita, dan mencoba mengikatnya, namun sepertinya gadis itu mengalami infeksi dari cairan saliva yang disuntikkan melalui gigitan dilengannya.
Sementara itu, Angkasa mengayunkan kerisnya untuk membinasakan para makhluk mengerikan itu dan membuatnya hangus menjadi serpihan debu.
Saat perlawanan hampir selesai, Dita melemparkan sosok makhluk yang sudah sangat pusing kepalanya itu ke arah pohon beringin dengan ayunan yang cukup kuat, hingga membuat benturan yang sangat keeas, dan sosok itu memantul kearah mereka, dan melesat menuju kearah Angkasa.
Dengan gerakan cepat, pria itu menghunuskan ujung kerisnya, dan sosok tertancap tepat dibagian kepalanya yang botak.
Craaaaaash
Lalu cairan pekat berwarna hitam memercik dan membuat sosok itu hangus terbakar, lalu menjadi debu.
Jantung Kavita memburu, bibirnya semakin pucat, dan ia merasakan sekujur tubuhnya seolah semakin dingin, tetapi ingin terlihat kuat dan tak mau jika Dita menganggapnya lemah, pastinya itu akan membuat Angkasa semakin mengagumi Dita yang terlihat cukup tangguh.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Angkasa pada Dita, setelah berhasil melenyapkan para makhluk aneh tersebut.
****
Rey yang sedang berada didalam goa, memandangi Jennifer yang terlihat sangat lemah dan bahkan untuk bangkit saja ia sangat kesulitan.
Sosok itu perlahan menggeram. Ia terlihat gelisah. Sebab hantaman cahaya berwarna ungu yang mengenai pelipisnya saat subuh tadi telah membuat ia merasakan sakit yang semakin menjalar kebagian kepalanya.
Ia melirik ke arah Jennifer yang masih terbaring tak berdaya. Gadis itu berharap jika ponselnya menemukan titik signal agar dapat menyampaikan informasi pada kedua orangtuanya dan juga Kavita tentang keberadaannya.
Rey tampak uring-uringan. Ia membutuhkan darah perawan, namun yang didapatnya adalah second semuanya.
Ia melesat keluar, lalu menutup pintu Goa dengan bebatuan besar, agar gadis yang menjadi tawanannya tidak dapat kabur.
Ia bergegas meninggalkan goa. Ia tahu masih ada banyak stok makanan yang akan ia cicipi untuk menghilangkan dahaganya.
Sosok itu menuju tempat dimana ia akan mencari mangsa lainnya.
Ditempat lain, Pak Putro berjalan menyusuri tebing jurang dengan membawa para mahasiswa yang tersisa, dan diantaranya adalah Feby yang tampak lelah.
Ia memegangi lengannya yang terasa sakit dan menimbulkan denyutan yang cukup membuatnya meringis sepanjang perjalanan.
Sedangkan Shasa dan juga Clara berjalan beriringan dengan nafas yang mulai tersengal dibelakangnya.
Tas ransel di pundak Shasa sedikit menjadi bebannya. Sebab saat pendakian semalam, Galuh yang membawakannya.
Langkah-langkah lambat yang menginjak rerumputan basah terdengar menjadi nyanyian dalam kesunyian.
Kabut embun mulai terlihat berkurang. Burung gagak berterbangan dari satu ranting ke ranting lain dengan suara teriakan nyaring yang melambangkan kidung kematian.
“Serem banget sih, Burungnya,” ujar Shasa dengan bulu kuduk meremang. Ia menoleh ke arah pohon pinus yang tumbuh menjulang tinggi dengan ranting-ranting yang kecil.
Daunnya yang berbentuk jarum memberikan aroma segar saat terkena tiupan angin yang bercampur dengan lembabnya udara pagi ini.
“Dia lagi menyampaikan pesan kematian,” sahut mahasiswa yang berada pada barisan paling belakang. Pak Putro sengaja memposisikannya di belakang untuk melindungi para gadis.
“Jangan ngomong yang aneh-aneh!” tukas Clara yang mulai merasakan bulu kuduknya meremang. Ia tak ingin mendengar apapun yang menyeramkan dalam kondisi seperti ini.
Mahasiswa itu terdiam, ia juga tak ingin menambah rasa takut ketiga para gadis tersebut.
“Aku lelah, dapatkah kita beristirahat,” pinta Feby dengan wajahnya yang putih pucat.
“Iya, aku juga kebelet pipis,” rengek Shasa yang sudah terlihat gelisah.
“Aku juga,” Clara menyahut.
Pemuda yang menjaga mereka berdecak, lalu menghentikan langkahnya. “Pak Putro.” Teriaknya pada pria yang sudah berjalan didepan sebagai penunjuk jalan.
Namun panggilannya tak didengar oleh sang dosen dan yang lainnya, hingga membuat mereka terus berjalan.
Sedangkan Feby memilih duduk di tunggul kayu dengan nafasnya yang tersengal dan wajah yang kian memucat.
Pemuda bernama Haris itu menggaruk kepalanya menghadapi kerewelan tiga gadis tersebut.
“Ya, sudah. Clara dan Shasa saling menjaga, jangan terlalu jauh, aku disini tetap mengawasi dan menemani Feby,”titahnya pada kedua gadis tersebut.
Shasa menurunkan tas ranselnya. Lalu meletakkannya di dekat Haris dan hal yang sama dilakukan oleh Clara, lalu keduanya menuju pohon pinus yang berjarak lima meter dari posisi Feby saat ini.
Keduanya menyibak tanaman perdu yang tumbuh subur dengan dedaunannya yang basah terkena embun pagi.
“Buruan,” Clara mengingatkan cara Shasa yang berjalan sangat lambat seperti siput.
“Sabar, donk. Ini juga sudah cepat,” omel Shasa dengan wajah cemberut. Ia berharap jika Clara tak menjahilinya hari ini, sebab gadis itu adalah genk pembully yang sangat meresahkan.
Wuuuuuusssh
Sekelebatan bayangan menyelinap diantara pepohonan pinus.
Aroma darah dan suhu panas yang dipancarkan oleh kedua gadis itu ibarat sebuah gelombang magnet yang dapat menarik perhatian sosok misterius tersebut.
Ia mengendus aroma manisnya darah, namun salah satunya berbeda, sangat manis. Apakah ia masih perawan?
Kedua gadis itu memutuskan untuk berjongkok bersamaan, dan mulai menyelesaikan hajatnya.
Saat selesai dengan semuanya dan ingin membenahi celana dalam mereka, tiba-tiba sebuah bekapan yang cukup cepat menutup mulut keduanya.
“Heeeeeph.” Suara bekapan itu terdengar sesaat di telinga Haris yang tengah mengamati sekitarnya.
Ia terdiam sejenak, mencoba menajamkan indera pendengarannya. “Cla, Sha!” panggilnya dengan suara nyaring dan rasa penuh curiga. Ia merasakan sebuah firasat yang sangat tajam, jika ada sesuatu yang sedang terjadi pada keduanya.
Feby tersentak kaget mendengar teriakan Haris yang tampak gelisah.
Deguban jantung keduanya mulai berpacu cepat, dan gemuruh di dada mereka terdengar begitu kuat.
~Maaf guys, baru update, ada pekerjaan real yang gak bisa ditinggalin...
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔